Konten dari Pengguna

Menghapus Sistem Zonasi: Solusi atau Ancaman Bagi Pendidikan di Indonesia

Yudha Hino Hasaputra
Profesi : Mahasiswa Institusi : Universitas Negeri Surabaya Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
30 November 2024 13:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yudha Hino Hasaputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kunjungan Gibran Rakabuming ke Sekolah, Foto: Source My Gallery Yudha Hino Hasaputra
zoom-in-whitePerbesar
Kunjungan Gibran Rakabuming ke Sekolah, Foto: Source My Gallery Yudha Hino Hasaputra
ADVERTISEMENT
Gibran Rakabuming Raka, Wakil Presiden Republik Indonesia, baru-baru ini menyampaikan gagasannya tentang penghapusan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Pernyataan ini memantik diskusi luas, mengundang pro dan kontra di kalangan masyarakat, khususnya orang tua, siswa, dan pendidik. Sebagai langkah yang menyasar sistem pendidikan nasional, usulan ini layak ditinjau lebih jauh dari berbagai perspektif.
ADVERTISEMENT

Sistem Zonasi: Niat Baik, Eksekusi yang Rumit

Diperkenalkan dengan tujuan mulia untuk mengurangi kesenjangan akses pendidikan, sistem zonasi menetapkan wilayah geografis tertentu bagi calon siswa. Sistem ini diharapkan dapat memberikan kesempatan yang setara kepada semua anak Indonesia, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi. Di sisi lain, zonasi juga dimaksudkan untuk mendorong pemerataan kualitas pendidikan, terutama di sekolah-sekolah yang selama ini kurang diminati.
Namun, dalam praktiknya, sistem zonasi menghadirkan sejumlah tantangan. Manipulasi alamat oleh orang tua demi mendaftarkan anak ke sekolah favorit menjadi fenomena yang cukup meresahkan. Selain itu, siswa berprestasi sering kali merasa terhalang untuk melanjutkan pendidikan di sekolah unggulan hanya karena tidak berada dalam zona yang ditetapkan. Tidak sedikit pula keluhan tentang kualitas pendidikan yang masih timpang antarwilayah, kendati sistem ini telah berjalan beberapa tahun.
ADVERTISEMENT

Pandangan Gibran: Reformasi untuk Masa Depan

Dalam wawancaranya, Gibran menegaskan bahwa sistem zonasi perlu dihapus demi membuka akses lebih luas bagi siswa berprestasi. Ia menyoroti pentingnya menyusun kebijakan pendidikan yang adaptif terhadap perkembangan zaman, termasuk memasukkan pelajaran berbasis digital seperti pemrograman dan kecerdasan buatan ke dalam kurikulum sekolah.
"Zonasi harus dihapus karena hanya membatasi anak-anak kita berdasarkan batas geografis. Kita harus memberikan peluang yang setara bagi semua siswa untuk berkembang," tegas Gibran. Ia juga mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk mengevaluasi sistem ini dan mencari alternatif yang lebih baik demi menciptakan pendidikan yang inklusif dan berkualitas.

Peluang dan Tantangan

Penghapusan sistem zonasi tentu membawa peluang baru. Salah satunya adalah menciptakan ruang bagi siswa berprestasi dari berbagai daerah untuk mengakses pendidikan berkualitas di sekolah unggulan. Langkah ini juga dapat memotivasi sekolah-sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan demi menarik minat siswa terbaik.
ADVERTISEMENT
Namun, kebijakan ini bukan tanpa risiko. Potensi ketimpangan baru bisa muncul, di mana siswa dari daerah terpencil atau keluarga kurang mampu kian tersisih dari kompetisi. Selain itu, lonjakan permintaan pada sekolah favorit dapat menyebabkan kepadatan yang mengganggu proses belajar-mengajar.

Mencari Solusi Inklusif

Untuk menciptakan pendidikan yang adil dan merata, diperlukan pendekatan yang holistik. Peningkatan kualitas pendidikan di daerah terpencil melalui alokasi sumber daya yang lebih besar menjadi langkah awal yang krusial. Selain itu, program beasiswa dan pengembangan kurikulum fleksibel harus diupayakan untuk memberikan kesempatan lebih luas bagi siswa dari berbagai latar belakang.
Penguatan sistem pendaftaran yang transparan juga penting guna meminimalkan praktik manipulasi data. Sementara itu, pelatihan berkelanjutan bagi guru dan staf pendidik perlu dilakukan agar kualitas pengajaran meningkat secara menyeluruh.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Menghadapi tantangan pendidikan di era modern, kita semua memiliki peran dalam menciptakan sistem yang inklusif dan berkualitas. Menghapus sistem zonasi mungkin menjadi langkah yang diperlukan, namun harus dibarengi dengan kebijakan komplementer yang mendukung pemerataan. Mari bersama-sama menciptakan masa depan pendidikan yang memberikan kesempatan setara bagi setiap anak Indonesia untuk meraih potensi terbaiknya.