Konten dari Pengguna

Mengenal Resesi dan Depresi Ekonomi

17 Agustus 2020 5:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari 04. Ali Ansor Harahap tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengenal Resesi dan Depresi Ekonomi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Dalam sejarah perekonomian dunia, banyak negara pernah melalui resesi. Krisis ekonomi yang menghantam negara-negara Uni Eropa pada 2008-2009 menyebabkan sekitar 17 negara memasuki masa resesi, contohnya Yunani, Prancis, Portugal, Republik Siprus, Spanyol, Irlandia, dan Italia.
ADVERTISEMENT
Pada 2010, kelesuan ekonomi melanda Thailand. Negeri Gajah Putih itu mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang negatif selama dua kuartal berturut-turut. Hal ini disebabkan produk domestik bruto negara tersebut yang terus merosot.
Tak hanya menghantam negara-negara berkembang, resesi ekonomi juga pernah dialami oleh Rusia yang dikenal sebagai negara super power tandingan Amerika Serikat pada tahun 2015. Resesi di negara ini disebabkan karena pencapaian produk domestik bruto yang rendah karena pasar modal dunia menolak perusahaan-perusahaan Rusia.
Lalu, bagaimana dengan depresi?
Depresi selalu didahuli oleh resesi. Resesi yang berkepanjangan akan menyebabkan ekonomi semakin melambat dan krisis ekonomi yang lama. Resesi ekonomi yang lama dan berkepanjangan inilah yang disebut depresi.
Istilah depresi muncul ketika Amerika Serikat mengalami krisis ekonomi berkepanjangan selama satu dekade yakni pada tahun 1929 hingga 1939. Krisis ekonomi yang menghantam negara adidaya tersebut justru terjadi di saat perekonomian sedang mengalami perkembangan yang begitu pesat di tahun 1920. Perkembangan ekonomi yang pesat memicu spekulasi besar-besaran di pasar saham. Inilah yang kemudian menjadi titik balik terjadinya depresi.
ADVERTISEMENT
Depresi di negeri Paman Sam ini diawali dengan turunnya harga saham pada September 1929. Puncaknya pada 24 Oktober 1929 dilakukan penjualan saham besar-besaran dalam waktu sehari. Hal ini mengakibatkan indeks saham anjlok pada level yang mengkhawatirkan. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan istilah Black Tuesday.
Depresi meluluhlantakkan sendi-sendi ekonomi negara, termasuk perbankan. Pada tahun 1930, terjadi rush money oleh masyarakat yang telah kehilangan kepercayaannya terhadap perbankan. Rush money merupakan aksi penarikan simpanan baik berupa tabungan ataupun deposito secara besar-besaran. Hal ini mengakibatkan kacaunya aliran kas bank, sehingga bank mengalami kekurangan kas. Tahun 1933 merupakan puncak dari krisis perbankan, di mana setengah dari lembaga-lembaga perbankan di Amerika Serikat dinyatakan bangkrut dan tutup.
ADVERTISEMENT
Depresi merupakan mimpi buruk dalam sejarah ekonomi Amerika Serikat dan dunia. Sulit untuk bangkit apalagi keluar dari krisis. Negara maju sekelas Amerika Serikat membutuhkan waktu kurang lebih sepuluh tahun untuk memulihkan kondisi perekonomiannya.
Depresi merupakan krisis ekonomi pada level yang lebih parah. Dampaknya tak hanya lingkup perekonomian dalam negeri tetapi juga dunia. Sebab berimbas pada perdagangan internasional yang melibatkan banyak negara. Jangka waktu keterpurukannya cenderung lebih lama, bahkan bisa mencapai puluhan tahun. Namun, bukan tak mungkin untuk dipulihkan, hanya saja membutuhkan waktu yang cukup lama.
Ali Ansor Harahap, mahasiswa Diploma III Akuntansi Alih Program Politeknik Keuangan Negara STAN