Konten dari Pengguna

Faktor Kesulitan Belajar Siswa Kelas Empat Dalam Memahami Pola Hitung Sederhana

Aulia Maulida Fayza
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
16 Januari 2024 5:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aulia Maulida Fayza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar siswa kelas 3 SDN 2 Girimoyo Malang. DI potret sendiri oleh penulis saat KKN
zoom-in-whitePerbesar
Gambar siswa kelas 3 SDN 2 Girimoyo Malang. DI potret sendiri oleh penulis saat KKN
ADVERTISEMENT
Pada kegiatan belajar siswa sekolah dasar tentu memiliki hambatan dari berbagai sisi, salah satunya kesulitan siswa dalam memahami pembelajaran https://buguruku.com/identifikasi-kesulitan-belajar-peserta-didik-di-sekolah/ . Mata pelajaran yang umumnya sulit dipahami oleh siswa yaitu mata pelajaran matematika. Ilmu pada pelajaran matematika merupakan ilmu yang luas dan mampu mendasari berbagai macam bidang pendidikan lain termasuk perkembangan teknologi di masa kini. Dapat dikatakan matematika merupakan pelajaran dasar yang harus di mengerti oleh seluruh siswa. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam memahami konsep matematika tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena ilmu matematika pasti di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jika siswa tidak di dorong untuk memahami konsep hitungan sederhana sedari dini, maka ke depannya akan semakin sulit bagi siswa untuk menyukai pelajaran matematika. Dari kesulitan yang dialami siswa dalam memahami konsep materi matematika, guru berperan penting dalam memberikan metode pembelajaran yang tepat, sehingga sedikitnya dapat mengurangi perasaan tidak sukanya murid terhadap pelajaran matematika.
ADVERTISEMENT
Fenomena yang terjadi menjadi sebuah topik yang sering kali di temukan di sekolah-sekolah, yaitu siswa kelas atas khususnya kelas empat yang masih kesulitan dalam memahami materi hitungan sederhana seperti penjumlahan dan perkalian (+ dan ×). Kesulitan yang dialami siswa dalam memahami materi terbagi menjadi beberapa contoh, yaitu:
1. Siswa sulit membedakan arti simbol (+ dan ×). Dalam kasus ini, biasanya banyak di temukan salah hitung dalam pecahan campuran karena siswa salah mengira simbol penjumlahan dan perkalian, sehingga hasil dari hitungan siswa tidak sesuai dengan pertanyaan.
2. Siswa kesulitan memahami konsep menghitung (penjumlahan, perkalian, dan pembagian). Ketika siswa akan memecahkan permasalahan hitunga, siswa belum paham betul mengenai konsep hitungan sederhana. Contohnya pada pembagian, masih banyak siswa yang kesulitan memahami konsep pembagian, masih banyak siswa yang keliru cara membagi.
ADVERTISEMENT
3. Siswa belum menemukan cara yang tepat dalam menghitung (penjumlahan, perkalian, dan pembagian). Dalam teori hitungan, guru menjelaskan beragam cara penjumlahan, pengurangan dan pembagian. Akan tetapi, banyak sekali siswa yang masih kesulitan menemukan cara yang paling mudah mereka pahami, sehingga siswa cenderung menggunakan cara asal atau menebak-nebak.
Dari beberapa contoh kesulitan yang dialami oleh siswa, dapat dikatakan adanya indikasi prestasi belajar rendah yang bisa disebabkan oleh kurangnya perhatian pendidik. Dalam memberikan bantuan kepada siswa untuk menyelesaikan pemecahan masalah, guru harus bisa mengetahui latar belakang terjadinya kesulitan belajar pada siswa. Kesulitan belajar pada siswa terjadi karena beberapa faktor, bisa faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang asalnya dari siswa itu sendiri, contohnya:
Gambar siswa SD Muhammadiyah Alam Surya Mentari. Di potret penulis sendiri saat penelitian.
1. Faktor kesehatan siswa. Kondisi tubuh yang kurang sehat tentu dapat mempengaruhi cepat lambatnya siswa dalam mencerna materi yang di sampaikan oleh guru. Selain kesehatan fisik, kesehatan mental juga perlu di perhatikan. Ketika ada siswa yang sedang ada masalah atau suasana hatinya sedang buruk, maka akan mempengaruhi kegiatan belajar sehingga siswa sulit fokus.
ADVERTISEMENT
2. Minat dan bakat siswa. Siswa yang minat belajarnya sedang menurun akan sangat berpengaruh pada kesuksesan belajarnya. Siswanya yang tidak minat dalam pelajaran matematika mungkin akan memunculkan sikap yang kurang baik ketika belajar, contohnya siswa akan asyik mengobrol, mengganggu temannya ketika belajar, bahkan tidur saat guru menjelaskan materi. Hal ini selaras dengan bakat siswa, siswa yang mungkin tidak memiliki bakat dalam pelajaran matematika akan sangat kesulitan menerima materi yang di paparkan guru, sehingga siswa akan malah mengikuti pelajaran tersebut.
3. Besar kecilnya motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa juga sangat penting untuk di perhatikan para guru. Menumbuhkan motivasi belajar siswa tidak bisa di lakukan sekali, tapi harus berkesinambungan, sehingga siswa akan terus terdorong dan termotivasi. Mengubah pola pikir siswa yang awalnya menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit dan menyeramkan, menjadi pelajaran yang asyik dan menyenangkan. Guru juga dapat mendorong motivasi siswa dengan mengubah suasana belajar yang awalnya membosankan menjadi menarik perhatian siswa.
ADVERTISEMENT
4. Kemampuan berpikir atau intelegensi. Perlu diketahui, tingkat kecerdasan dan kemampuan berpikir setiap siswa itu berbeda-beda. Maka dari itu, guru harus bisa mengimbangi kemampuan berpikir siswa dalam memberikan materi di kelas. Materi yang di berikan harus sesuai dengan batas kemampuan siswa. Adapun cara lain dalam membantu siswa berpikir lebih baik dengan menggunakan metode yang mudah dan menyenangkan, sehingga siswa tidak merasa kesulitan dalam menerima materi pola hitung sederhana.
5. Kebiasaan belajar siswa. Ada beberapa macam kebiasaan siswa ketika belajar, contohnya ada siswa yang biasa belajar dengan mendengarkan penjelasan guru, ada juga yang biasa belajar di selingi game, dan ada juga siswa yang sering bercanda ketika belajar. Beberapa kebiasaan siswa ada yang dapat mengganggu kegiatan belajar, di tambah dengan pelajaran matematika memang membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Sehingga sedikitnya materi yang dapat dipahami oleh siswa.
ADVERTISEMENT
Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal bukan dari diri siswa sendiri, contohnya:
Gambar siswa kelas 3 SDN 2 Girimoyo Malang, potret setelah bazzar makanan
1. Faktor dari lingkungan keluarga. Dalam belajar, faktor yang dapat mendukung proses belajar siswa di antaranya yaitu dukungan keluarga. Kegiatan belajar siswa tentunya tidak hanya dilakukan oleh siswa ketika di sekolah saja. Ketika di rumah, siswa juga harus mengulang kembali apa yang telah dipelajari di sekolah, sehingga pemahaman siswa mengenai materi yang sudah di ajarkan semakin meningkat. Orang tua sebagai pemberi fasilitas untuk anak juga harus memperhatikan kebutuhan belajar anak selama di rumah. Kenyataannya masih banyak orang tua yang acuh tak acuh mengenai belajar di rumah, ada yang memang sibuk bekerja, dan ada juga yang memang tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. Sebagai orang tua, harusnya bisa mengatur pola hidup anak selama di rumah, membagi waktu bermain dan belajar anak dengan baik. Apabila anak terbiasa memiliki aturan waktu yang seimbang antara bermain dan belajar, hal tersebut lambat laun dapat meningkatkan intelegensi anak.
Gambar siswa SD Muhammadiyah Alam Surya Mentari. Di potret saat penelitian.
2. Faktor dari lingkungan sekolah. Faktor kesulitan belajar anak bisa juga melalui lingkungan sekolah yang kurang mendukung. Salah satu contohnya yaitu metode belajar yang monoton dan cenderung membosankan. Metode belajar seperti ceramah kemudian penugasan masih sering kita jumpai di sekolah-sekolah. Cara belajar seperti itu cenderung membuat bosan dan siswa akan kesulitan memahami materi belajar. Penggunaan metode yang membosankan dan membuat siswa menjadi pasif ketika belajar di kelas. Metode yang seperti ini biasanya dikarenakan guru kurang mempersiapkan dan menguasai bahan ajar. Selain itu bisa juga kurangnya penggunaan media belajar, sehingga siswa cepat bosan. Pada pembelajaran matematika di sekolah dasar, guru perlu mengembangkan media berupa benda konkret, hal ini bertujuan untuk meningkatkan semangat belajar siswa, serta untuk memudahkan siswa memahami konsep matematika. Karena siswa kelas empat masih perlu contoh nyata dalam memahami pola hitungan.
ADVERTISEMENT