Konten dari Pengguna

Paradoks Pendidikan: Mengapa Lulusan SMK dan Mahasiswa Mendominasi Pengangguran

anisatul munawaroh
saya adalah mahasiswa universitas airlangga
16 Oktober 2024 9:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari anisatul munawaroh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar 1 jumlah pengangguran per februari 2024 (sumber :Canva.com)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar 1 jumlah pengangguran per februari 2024 (sumber :Canva.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam lanskap ketenagakerjaan Indonesia, sebuah fenomena menarik sekaligus mengkhawatirkan telah muncul: tingginya tingkat pengangguran di kalangan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan mahasiswa. Paradoks ini menimbulkan pertanyaan mendasar tentang efektivitas sistem pendidikan kita dan kesiapan angkatan kerja muda dalam menghadapi tuntutan pasar kerja yang terus berevolusi. Dan fakta mengejutkannya adalah Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia masih didominasi oleh lulusan SMK dan perguruan tinggi. Angka ini mencerminkan kesenjangan antara output pendidikan dan kebutuhan industri yang semakin kompleks
ADVERTISEMENT
- Lulusan SMK: 8,49% tingkat pengangguran
- Lulusan Universitas: 6,76% tingkat pengangguran
Dibandingkan dengan tingkat pengangguran nasional yang berada di kisaran 5,3%, angka-angka ini menunjukkan adanya masalah sistemik yang perlu segera ditangani.
Ditelusuri akar dari permasalahan ini memiliki beberapa konteks yaitu
1.Ketidaksesuaian Kurikulum
- SMK: Kurikulum yang tidak selalu mengikuti perkembangan teknologi dan kebutuhan industri terkini.
- Perguruan Tinggi: Fokus yang terlalu berat pada teori dibandingkan praktik dan soft skills.
2. Kurangnya Pengalaman Praktis
- Sistem magang yang belum optimal baik di SMK maupun perguruan tinggi.
- Keterbatasan fasilitas praktik yang memadai di institusi pendidikan.
3. Ekspektasi vs. Realitas
ADVERTISEMENT
- Ketidaksesuaian antara ekspektasi lulusan dengan kondisi pasar kerja yang sebenarnya.
- Kurangnya pemahaman tentang jalur karir alternatif dan kewirausahaan.
Setelah mengetahui akar dari permasalahan berlanjutkan dengan adanya solusi yang inovatif pula yaitu dengan cara revilitasi kurikulum berbasis ai yang mengingat di zaman ini semuanya sudah canggih menggunakan ai dalam segala aktivitas juga pembelajaran, program magang virtual dan juga incubator kewirausahaan terpadu.
Adapun Langkah konkret menuju perubahan yaitu dengan cara reformasi kebijakan Pendidikan seperti merevisi undang-undang Pendidikan guna pengembangan kurikulum, investasi infrastruktur digital agar peningkatan akses internet broadband di seluruh institusi Pendidikan dan juga kampanye kesadaran nasional program sosialisasi “siap kerja” yang melibatkan tokok public dan influencer.
ADVERTISEMENT
Dengan pendekatan holistik dan inovatif ini, Indonesia memiliki peluang untuk mengubah paradoks pendidikan menjadi keunggulan kompetitif. Transformasi ini tidak hanya akan mengurangi tingkat pengangguran di kalangan lulusan SMK dan mahasiswa, tetapi juga memposisikan Indonesia sebagai pusat talenta berkualitas tinggi di era ekonomi digital global.