Konten dari Pengguna

Imbas Covid-19, Tingkat Inflasi Menurun?

Anjar Permana
Saat ini merupakan seorang mahasiswa
11 Agustus 2020 13:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anjar Permana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi : Anjar Permana
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi : Anjar Permana
ADVERTISEMENT
Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah menyebar dengan sangat cepat, menginfeksi jutaan orang dan membuat aktivitas ekonomi tidak stabil karena negara-negara menerapkan pembatasan gerak masyarakat untuk menghentikan penyebaran virus. Seiring bertambahnya jumlah korban, pengaruhnya terhadap perekonomian terus terlihat dan merupakan guncangan ekonomi terbesar yang dialami dunia dalam beberapa dekade.
ADVERTISEMENT
Pembatasan yang berkepanjangan dan ketakutan tentang kemungkinan gelombang kedua dan ketiga dari pandemi Covid-19 telah meningkatkan ketidakpastian ekonomi. Ini akan menurunkan pasokan dan permintaan di seluruh dunia secara bersamaan. World Trade Organization memperkirakan perdagangan barang dagangan global akan turun antara 13 hingga 32 persen tahun ini.
Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan menyusut 3 persen. Perekonomian negara maju diperkirakan akan mengalami kontraksi 6,1 persen, dan negara berkembang diperkirakan tumbuh rata-rata hanya 1 persen pada tahun 2020. Ekonomi Jerman, Amerika Serikat dan Jepang diperkirakan anjlok sebesar 7 persen, 5,9 persen dan 5,2 persen masing-masing. Sementara China dan India diperkirakan tumbuh antara 1,2 hingga 1,9 persen.
Pandemi Covid-19 dan langkah-langkah yang ditempuh untuk menahan penyebarannya, seperti social distancing, untuk sementara waktu mengurangi aktivitas ekonomi karena perusahaan dan rumah tangga tidak dapat memproduksi dan melakukan kegiatan konsumsi seperti biasanya. Kegiatan ekonomi global yang lebih lemah kian menambah efek ini, yakni berakibat pada pengurangan permintaan ekspor dan mengganggu rantai pasokan internasional. Akibatnya, pendapatan perusahaan dan pendapatan rumah tangga terus menurun.
ADVERTISEMENT
Meningkatnya ketidakpastian, menurunnya kepercayaan, serta pengetatan kondisi keuangan dan kredit dapat memperkuat penurunan dalam aktivitas pengeluaran dan produksi. Misalnya, rumah tangga dapat menabung lebih banyak sebagai tindakan pencegahan dan beberapa perusahaan mungkin melakukan PHK dan menjual aset yang dimiliki. Sementara aktivitas harus pulih ketika pembatasan dicabut, mungkin akan ada efek membekas yang lebih tahan lama pada ekonomi, meskipun tindakan luar biasa oleh pemerintah dan bank sentral untuk mengurangi keparahan telah dilakukan demi membantu mengatasi hal ini. Keseimbangan dari efek pada penawaran dan permintaan ini sebagian akan menentukan dampak Covid-19 terhadap inflasi.
Tingkat inflasi adalah persentase kenaikan atau penurunan harga selama periode tertentu, biasanya sebulan atau setahun. Persentase memberi tahu seberapa cepat harga naik selama periode tersebut. Misalnya, jika tingkat inflasi satu galon gas adalah 2 persen per tahun, maka harga gas akan lebih tinggi 2 persen tahun depan.
ADVERTISEMENT
Berikutnya ialah soal penyebab inflasi. Penyebab paling umum dari inflasi adalah karena permintaan. Ketika permintaan suatu kelompok masyarakat melebihi pasokan barang atau jasa yang tersedia di pasaran, hal tersebut menyebabkan harga menjadi naik karena tingkat permintaan tinggi sedangkan penawaran tetap. Menyebabkan masyarakat membayar harga yang lebih tinggi. Selain itu, penyebab lain dari timbulnya suatu inflasi yaitu terkait peredaran uang. Apabila jumlah barang tetap namun jumlah uang yang beredar lebih besar dua kali lipat, maka harga barang pun menjadi lebih mahal dua kali lipat.
Situasi pandemi COVID-19 memberikan dampak yang sangat mengkhawatirkan, mengingat telah terjadi perubahan tajam dalam permintaan sementara marak terjadi penutupan beberapa industri. Perusahaan juga cenderung kurang mampu menghasilkan peningkatan permintaan melalui pemotongan harga karena konsumen kurang mampu dan bersedia untuk berbelanja, sehingga mengurangi insentif untuk menurunkan harga. Tekanan biaya eksternal, seperti pergerakan nilai tukar dan harga komoditas, juga akan mempengaruhi inflasi.
ADVERTISEMENT
Menurut data dari Bank Indonesia, per Juli 2020, tingkat inflasi di Indonesia tercatat sebesar 1,54 persen. Angka ini terus menurun sejak bulan Februari, yakni berada di angka 2,98 persen. Menurut klasifikasinya, angka tersebut menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam kategori Mild Inflation, yakni ketika harga naik 3 persen atau kurang. Sama halnya dalam teori ekonomi makro yaitu Kurva Philips menyatakan bahwa tingkat inflasi bergantung pada tiga kekuatan salah satunya adalah penyimpangan pengangguran dari tingkat alami, disebut pengangguran siklis. Dimana tingkat pengangguran memiliki hubungan negatif dengan tingkat inflasi, ketika semakin meningkatnya jumlah pengangguran maka akan menurunkan tingkat inflasi. Dalam pandemi ini, banyak perusahaan yang melakukan PHK terhadap para karyawannya menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia meningkat, peningkatan pengangguran merupakan salah satu dari sedikit penyebab menurunnya tingkat inflasi dalam jangka pendek.
ADVERTISEMENT
Demi menjaga kestabilan ekonomi di Indonesia upaya-upaya telah dilakukan oleh pemerintah baik berupa kebijakan moneter maupun fiskal. Dalam ranah moneter, pemerintah melalui Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan dengan harapan bank umum turut menurunkan suku bunga pinjaman (kredit). Sehingga dengan suku bunga yang rendah, banyak sekali pengusaha yang tertarik berinvestasi karena biaya modal rendah dan kredit lebih murah. Selain itu, surat berharga seperti surat utang negara atau obligasi pemerintah dapat diperjualbelikan sehingga masyarakat ikut berperan dengan cara membeli obligasi tersebut sehingga peredaran uang mengalami perubahan. Melalui kebijakan fiskal, pemerintah melakukan pemberian insentif dan relaksasi pajak yang telah dilakukan Kementerian Keuangan sehingga dapat menjaga kestabilan ekonomi dalam bidang keuangan. Selain itu, berbagai kebijakan di luar ranah ekonomi, seperti kesehatan juga terus digalakkan hingga perekonomian kembali stabil.
ADVERTISEMENT
Anjar Permana, Mahasiswa Diploma III Akuntansi Alih Program Politeknik Keuangan Negara STAN