Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.0
Konten dari Pengguna
Peran Peternakan dalam Program Makan Bergizi Gratis: Gen Z Harus Peduli!
16 Februari 2025 9:06 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Muhammad Farhan Hidayatullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Gen Z dikenal sebagai generasi yang peduli dengan isu global dan masa depan. Tapi, sudahkah kita menyadari bahwa sektor peternakan punya peran besar dalam mewujudkan ketahanan pangan yang lebih baik?. Ketahanan pangan menjadi isu global yang semakin relevan, terutama bagi generasi muda seperti Gen Z. Dengan meningkatnya populasi dunia dan perubahan iklim yang berdampak pada produksi pangan, peran sektor peternakan menjadi semakin krusial. Namun, masih banyak anak muda yang kurang menyadari betapa pentingnya peternakan dalam memastikan ketersediaan pangan berkualitas di masa depan.
ADVERTISEMENT
Makan Bergizi Gratis: Peluang bagi Sektor Peternakan
Topik Ketahanan Pangan kian populer dimasyarakat apalagi dengan adanya program baru yang digagas oleh Presiden. Program makan bergizi gratis yang dicanangkan pemerintah menjadi momentum penting bagi sektor peternakan di Indonesia. Konsep ini diadopsi dari teori early nutrition, yang menekankan pentingnya pemenuhan gizi pada tahap awal pertumbuhan manusia guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Dalam konteks ini, peternakan berperan sebagai penyedia utama sumber protein hewani berkualitas tinggi, seperti susu, daging, dan telur.
Tingkat konsumsi protein masyarakat Indonesia yang masih tergolong rendah menjadi salah satu dasar diluncurkannya program pemenuhan gizi, terutama pada anak-anak yang sedang masa pertumbuhan. Tahukah kamu kalau konsumsi protein kita masih kalah jauh dibanding Malaysia dan Thailand?. Coba tebak, berapa konsumsi protein orang Indonesia per hari? Hanya sekitar 61,70 gram! Bandingkan dengan Malaysia (159 gram) dan Thailand (141 gram). Jauh banget, kan? Inilah alasan kenapa program makan bergizi gratis jadi penting.
ADVERTISEMENT
Peternakan: Penyedia Protein dan Pendorong Ekonomi
Pernah kepikiran kalau makanan favorit kita ada karena peternakan? Produk seperti telur, susu ataupun daging adalah produk yang sering kita konsumsi. Produk ini merupakan produk hasil ternak yang melalui proses panjang dibalik sektor peternakan sebagai sumber utama protein hewani bagi manusia. Produk hasil peternakan adalah sumber gizi penting untuk pertumbuhan dan kesehatan tubuh kita.
Protein dari daging, susu, dan telur lebih lengkap nutrisinya dibandingkan protein nabati, lho!. Zat gizi ini sangat penting untuk pertumbuhan, perkembangan otak, dan daya tahan tubuh. Sayangnya, tingkat konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Program Makan Bergizi Gratis adalah salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan asupan gizi masyarakat, terutama anak-anak. Dalam konteks ini, sektor peternakan menjadi tulang punggung utama program tersebut dengan menyediakan sumber protein berkualitas tinggi.
ADVERTISEMENT
Peternakan rakyat yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia berkontribusi besar dalam menyediakan hasil ternak, seperti: Peternakan Ruminansia (Sapi dan Kambing) dalam menghasilkan daging yang mengandung zat besi dan meningkatkan energi. Selain itu daging merah seperti daging sapi Vitamin B12 atau kobalamin merupakan vitamin penting untuk pembentukan sel darah sehingga dapat mencegah anemia. Selanjutnya mari kita lihat produk peternakan yang dihasilkan dari komoditi unggas (Ayam dan Bebek) yang merupakan ternak utama penghasil telur. Telur merupakan Sumber protein murah, dan terjangkau yang kaya akan omega-3 dan zat besi.
Tidak hanya sebagai penyedia pangan, sektor peternakan juga membuka peluang besar bagi masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya melalui usaha ternak skala kecil hingga besar. Jika dikelola dengan baik, peternakan tidak hanya mampu mendukung ketahanan pangan nasional, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi generasi muda, terutama di pedesaan.
ADVERTISEMENT
Tantangan Sektor Peternakan
Meskipun sektor peternakan memiliki peran besar dalam ketahanan pangan dan program makan bergizi gratis, ada berbagai tantangan yang menghambat pemenuhannya. Mulai dari rendahnya produktivitas peternakan rakyat hingga ketergantungan pada impor, masalah-masalah ini perlu segera diatasi agar sektor peternakan bisa berkembang lebih optimal.
1. Rendahnya Produktivitas Peternakan Rakyat
Mayoritas hasil ternak di Indonesia masih berasal dari peternakan rakyat, yang berkontribusi sekitar 80% terhadap produksi daging dan susu dalam negeri. Namun, produktivitasnya masih jauh dari optimal karena beberapa faktor seperti, Minimnya populasi ternak terutama ternak sapi yang merupakan ternak utama penghasil daging merah dan susu terbesar. Populasi sapi potong di Indonesia hanya sekitar 11,75 juta ekor, sementara sapi perah sekitar 486 ribu ekor. Jumlah ini masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi protein nasional. Selain itu Rendahnya produksi susu per ekor juga menjadi kendala dengan rata-rata produksi susu sapi di Indonesia hanya sekitar 10-12 liter per hari bahkan ada yang dibawah angka tersebut, jauh lebih rendah dibandingkan negara maju yang bisa mencapai 30 liter per hari. Keterbatasan teknologi juga menjadi kendala utama, banyak peternak masih menggunakan metode tradisional tanpa dukungan teknologi modern, sehingga efisiensi produksi belum optimal.
ADVERTISEMENT
2. Ketergantungan pada Impor
Karena rendahnya produksi dalam negeri, Indonesia masih sangat bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Pemerintah bahkan menargetkan impor 250 ribu ekor sapi pada tahun 2025 guna menunjang program makan bergizi gratis dan menekan defisit daging serta susu. Ketergantungan ini menjadi tantangan besar karena, Fluktuasi harga impor yang mana harga daging dan susu impor bisa berubah-ubah tergantung kondisi pasar global. Selain itu beban ekonomi nasional juga akan bertambah dengan semakin besarnya impor. Namun disisi lain hal ini juga bisa menjadi ancama bagi peternak lokal karena peternak rakyat bisa kesulitan bersaing dengan produk impor yang lebih murah sehingga produksi lokal harus segera ditingkatkan.
3. Kurangnya Minat Generasi Muda di Sektor Peternakan
ADVERTISEMENT
Di era digital, banyak anak muda lebih tertarik pada sektor teknologi, bisnis startup, atau pekerjaan di kota yang dianggap lebih prestisius dibandingkan terjun ke dunia peternakan. Padahal, industri peternakan modern memiliki potensi besar bagi Gen Z untuk berinovasi, seperti: Smart Farming dengan menggunakan IoT dan AI untuk meningkatkan efisiensi peternakan atau dengan mengembangkan platform e-commerce untuk memasarkan hasil peternakan secara online.
Jika tantangan ini tidak segera diatasi, maka sektor peternakan Indonesia akan semakin tertinggal dan ketahanan pangan pun terancam. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak terutama Gen Z untuk mulai peduli dan ikut berkontribusi dalam membangun industri peternakan yang lebih maju.
Apa yang Bisa Dilakukan Gen Z?
Sebagai generasi yang tumbuh di era digital, Gen Z memiliki potensi besar untuk membawa perubahan di sektor peternakan. Berikut beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan:
ADVERTISEMENT
a. Mengenal dan mempelajari lebih dalam sektor peternakan dengan mengikuti Mengikuti seminar, webinar, atau komunitas yang membahas tentang agribisnis dan peternakan
b. Memanfaatkan teknologi seperti, mengembangkan aplikasi, marketplace, atau media sosial untuk mendukung distribusi produk peternakan lokal
c. Mendukung peternakan berkelanjutan dengan memilih produk lokal, mendukung UMKM peternakan, atau bahkan mulai berinvestasi di bidang ini.
d. Menjadi peternak muda inovatif Jika memiliki minat di bidang peternakan, mulai eksplorasi konsep smart farming dan model bisnis peternakan modern.
Dari pembahasan sebelumnya, jelas bahwa sektor peternakan memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional, terutama dalam menyukseskan program Makan Bergizi Gratis. Peternakan bukan hanya penyedia utama sumber protein berkualitas seperti daging, susu, dan telur, tetapi juga membuka peluang ekonomi dan memberdayakan masyarakat, khususnya di pedesaan. Namun, berbagai tantangan seperti rendahnya produktivitas peternakan rakyat, ketergantungan pada impor, serta kurangnya minat generasi muda terhadap sektor ini perlu segera diatasi. Tanpa dukungan dan inovasi, ketahanan pangan Indonesia bisa terancam, dan kita akan semakin bergantung pada produk impor.
ADVERTISEMENT
Ketahanan pangan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau peternak saja, tetapi juga seluruh masyarakat, termasuk anak muda. Jika bukan kita yang peduli, siapa lagi? Jika bukan sekarang, kapan lagi? Saatnya Gen Z mengambil peran dan menjadi bagian dari solusi untuk masa depan ketahanan pangan Indonesia!.
Muhammad Farhan Hidayatullah,
Mahasiswa Program Studi Peternakan Unhas