Konten dari Pengguna

Kesehatan Mental sebagai Pilar Pembangunan Nasional

Ricky Arif Saputra
S1 Matematika di Universitas Airlangga
30 Desember 2024 17:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ricky Arif Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Tekanan Kebanyakan Pikiran. Sumber: Pixels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tekanan Kebanyakan Pikiran. Sumber: Pixels
ADVERTISEMENT
Di tengah laju perkembangan zaman, kesehatan mental atau mungkin yang lebih dikenal sebagai mental health telah menjadi isu yang semakin mendapatkan perhatian khusus di berbagai negara, termasuk Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sebanyak 20% dari 250 juta jiwa mengalami gangguan mental yang didominasi oleh kalangan remaja. Kondisi ini semakin diperburuk oleh minimnya akses terhadap layanan kesehatan mental. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, satu psikiater harus melayani sekitar 250 ribu penduduk, yang tentu hal ini menjadi beban berat dan tantangan besar untuk diatasi. Ditambah lagi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mental masih jauh dari ideal, sering kali terhambat oleh stigma dan kurangnya pemahaman. Kondisi ini membutuhkan langkah nyata agar kesehatan mental diakui sebagai prioritas nasional yang tak terpisahkan dari upaya pembangunan bangsa.
ADVERTISEMENT

Kesehatan Mental Pilar Pembangunan Nasional?

Kesehatan mental sejatinya adalah pondasi penting bagi kesejahteraan individu dan masyarakat dalam menjalani berbagai aktivitas. Namun, di Indonesia, perhatian terhadap kesehatan mental sering kali terabaikan dan lebih rendah prioritasnya dibandingkan dengan masalah kesehatan fisik. Banyak orang masih menganggap gangguan mental sebagai kelemahan pribadi, bahkan sering kali dicap “gila” ketika seseorang mencari bantuan profesional. Stigma ini menciptakan siklus diam dan penderitaan, di mana individu lebih memilih memendam masalahnya daripada mencari solusi melalui layanan kesehatan.
Selain stigma yang berkembang di masyarakat, akses terhadap layanan kesehatan mental juga menjadi tantangan besar. Hal ini semakin diperburuk oleh distribusi layanan yang tidak merata, di mana tenaga kesehatan mental lebih terkonsentrasi di kota-kota besar. Di banyak daerah terutama wilayah terpencil, akses terhadap psikiater sangat terbatas, yang membuat banyak orang yang membutuhkan kesulitan dalam mencari bantuan. Oleh karena itu, saatnya kesehatan mental menjadi isu nasional yang diprioritaskan, dengan kebijakan yang mendorong pemerataan akses layanan dan menghapus stigma yang ada.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Pekerjaan Berantakan Akibat Mental Rusak. Sumber: Pixels

Dampak Buruk jika Diabaikan

Dampak kesehatan mental yang diabaikan tidak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan, dan hal ini telah menjadi ancaman nyata. Lebih penting lagi, gangguan mental tanpa penanganan yang tepat dapat meningkatkan risiko kekerasan atau perilaku destruktif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan sosial.
Orang dengan gangguan mental sering mengalami kesulitan untuk fokus, merasa mudah lelah, hingga mengalami kecemasan berlebihan, yang tentunya mengganggu kinerja serta aktivitas sehari-hari. Ini tidak hanya mempengaruhi kualitas kerja, tetapi juga menambah tekanan bagi rekan kerja yang harus menanggung beban lebih.

Peranan Penting Generasi Muda

Literasi kesehatan, baik melalui edukasi di sekolah maupun kampanye publik sangat penting untuk mengurangi stigma negatif terkait kesehatan mental. Selain itu, kebijakan nasional yang mendukung akses layanan kesehatan mental gratis atau bersubsidi juga krusial untuk memastikan seluruh lapisan masyarakat dapat memperoleh bantuan yang dibutuhkan. Kesehatan mental bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan dasar setiap individu untuk menjalankan aktivitasnya dengan optimal. Ketika masyarakat memiliki kesehatan mental yang baik produktivitas akan meningkat, keharmonisan terjaga, dan bangsa pun melangkah lebih jauh menuju kemajuan.
Ilustrasi Generasi Muda dengan Sikap Sosial Baik. Sumber: Pixels
Generasi muda memiliki peran vital dalam menciptakan perubahan ketika kesehatan mental menjadi prioritas. Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pentingnya kesehatan mental, mereka dapat menjadi agen perubahan, mengedukasi lingkungan sekitar untuk mengurangi stigma, serta mendorong terciptanya dialog terbuka. Ketika kesehatan mental terjaga, generasi muda akan lebih siap memaksimalkan potensi mereka, membangun masa depan yang lebih produktif, dan berkontribusi pada kemajuan bangsa.
ADVERTISEMENT