Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Tidur Sebagai Kebutuhan Sehari-hari, Tapi Mengapa Tidak Bisa Mengingat Mimpi?
3 Desember 2023 17:05 WIB
Tulisan dari Asra Nur Ramadina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu merasakan rasa kantuk di saat kamu sedang melaksanakan aktivitas? Misalnya saja mengantuk disaat dosen ataupun guru sedang menjelaskan materi di depan kelas. Rasa kantuk tersebut kerap erat hubungannya dengan tidur.
ADVERTISEMENT
Dalam keadaan tidur tentunya tak jarang kita mengalami mimpi, namun mengapa seringkali kita merasa melihat sekelabatan mimpi tapi tidak dapat ingat atas mimpi yang telah kita alami disaat kita bangun. Walau rasanya kita telah tidur yang cukup lama dan panjang, kita tetap tidak dapat mengingat detail mimpi dengan jelas. Jadi, kita memiliki kecenderungan untuk melupakan mimpi yang baru kita alami.
Kendati demikian, terdapat juga sebagian orang yang merasa sesekali dapat mengingat mimpi tertentu dengan jelas, bahkan sampai bisa menceritakan ulang kepada orang lain. Proses mengingat mimpi ini juga kerap erat hubungannya dengan memori yang kita miliki saat tidur. Sekaligus hal ini juga berhubungan dengan bagaimana mekanisme otak bisa menyimpan mimpi seseorang.
ADVERTISEMENT
Dalam artikel ini, kita akan menelusuri mengapa kita tidak bisa mengingat mimpi dengan jelas disaat kita tidur, serta hubungannya dengan penyimpanan memori dalam otak.
Apakah Kita Perlu Tidur?
Mekanisme tidur adalah salah satu fungsi fisiologis penting dalam tubuh manusia yang berperan dalam memenuhi kebutuhan dasar dan menjaga kelangsungan hidup serta keseimbangan biologis. Tidur adalah proses alami yang vital bagi tubuh untuk pemulihan fisik dan psikologis.
Lantas, mengapa kita tidur? Hal ini dapat dijawab melalui ritme sirkadian (circadian rhythms). Ritme sirkadian merupakan jam biologis tubuh yang mengatur kapan seseorang bangun dan kapan seseorang harus tidur. Ritme sirkadian dalam tubuh, terutama yang diatur oleh hormon melatonin, mempengaruhi ritme tidur-bangun. Saat malam hari, peningkatan melatonin memicu perasaan kantuk dan mempersiapkan tubuh untuk tidur.
ADVERTISEMENT
Setiap orang memiliki karakteristik waktu produktif dan waktu istirahat yang berbeda-beda. Nah, perbedaan ini dikenal dengan istilah early bird dan night owl.
Seseorang dengan karakteristik early bird mencapai puncak performa di pagi hari dan menurun seiring berjalannya waktu (Taillard et.al., 2003).
Di balik itu, terdapat night owl, night owl mencapai puncak performa di sore hari atau menjelang malam. Seseorang dengan karakteristik night owl ini menunjukkan aktivitas otak yang relatif lebih tinggi (Caldwell, et.al., 2005)
Tidur juga terkait erat dengan konsolidasi memori dan pemulihan fungsi otak. Mekanisme tidur berperan dalam memastikan kelangsungan hidup, kesehatan, dan keberlangsungan spesies manusia. Pengertian mendalam tentang mekanisme tidur ini penting untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan individu serta mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang terkait dengan fungsi-fungsi ini.
ADVERTISEMENT
Tidur memiliki peran yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam melakukan aktivitas. Hal ini dapat menimbulkan beberapa manfaat, diantaranya:
Selain memiliki dampak positif terhadap tubuh, tentunya apabila seseorang memiliki kekurangan dalam tidurnya akan menimbulkan beberapa dampak negatif. Dampak negatif ini dapat menyebabkan seseorang merasa terganggu dalam menjalani aktivitas dalam kehidupannya sehari-hari, diantaranya:
Oleh karena itu, untuk menjaga tubuh kita tetap sehat dan bugar, kita harus memperhatikan siklus tidur kita. Agar dampak negatif tersebut tidak mempengaruhi dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Menelusuri Mimpi melalui Teori Freud
Sigmund Freud, salah satu tokoh psikologi dengan teori psikoanalisisnya yang terkenal. Sigmund Freud merupakan tokoh yang paling tertarik dan antusias terhadap topik "mimpi" sampai pada abad 20. Perjalanan personal yang dialami Freud ini kemudian mengarahkannya pada pengembangan konsep teori mimpi. Beberapa di antaranya seperti pengalaman pribadi, pengalaman rekan, kolega maupun kliennya.
Dalam bukunya, Interpretation of Dream (1914), Freud menjelaskan bahwa mimpi merupakan jembatan antara dunia eksternal dengan perasaan, kesan maupun keinginan terpendam (terepresi). Mimpi adalah pemenuh keinginan dari apa yang tidak mampu terwujudkan di dunia eksternal. Mimpi merupakan proses somatik ketika tidur yang berfungsi menjaga mental dari ketegangan.
Freud turut memberikan gagasan tentang tiga tingkat kesadaran: Sadar (Conscious), Pra Sadar (Preconscious) dan Tak Sadar (Unconscious). Hal ini diperlukan untuk memahami konsep mimpi. Kesadaran manusia berada di tingkat prasadar saat mereka bermimpi. Di mana Id dan Superego memiliki peran yang lebih besar daripada Ego.
ADVERTISEMENT
Mimpi tidak datang begitu saja. Untuk muncul dalam mimpi, diperlukan bahan-bahan yang perlu dirakit untuk dimunculkan di dalam tidur, seperti kesan terbaru, kesan acuh tak acuh, pengalaman masa kecil, dan rangsangan somatik. Stimulus fisiologis yang diberikan saat tidur kemudian terekspresi dalam mimpi inilah yang dimaksud dengan rangsangan somatik. Stimulus dapat berasal dari dalam, seperti organ tubuh, atau dari luar, seperti menyiram air, mendengarkan lagu, atau keadaan tempat tidur. Bahan-bahan tersebut diproses dan kemudian disesuaikan dengan keadaan mental seseorang.
Hubungan Tidur dengan Mimpi
Tidak diragukan lagi, tidur adalah cara terbaik untuk istirahat. Mendapatkan cukup tidur memungkinkan seseorang memiliki stamina yang cukup untuk beraktivitas di pagi hari. Saat seseorang tidur, mereka biasanya bermimpi, yang merupakan tindakan normal selama tidur.
ADVERTISEMENT
Mimpi terjadi pada fase Rapid Eye Movement (REM), atau yang dalam bahasa awam dikenal sebagai fase tidur dalam. Saat seseorang tidur dan tidak mengingat apa pun atau tidak memiliki mimpi, mungkin dapat lebih nyaman untuk tidur. Tetapi ternyata mimpi adalah mekanisme penting bagi tubuh untuk memperbaiki diri. Mimpi juga merupakan bagian dari proses belajar dan konsolidasi memori di otak.
Menurut Rosalind Cartwright, seorang psikolog emeritus, bermimpi saat tidur sama seperti memiliki terapis internal pribadi. Terlepas dari apakah mimpi itu baik atau buruk, mimpi adalah hasil dari hubungan pikiran dengan emosi yang sama sebelumnya. Mimpi adalah respon untuk mengatasi emosi tersebut sehingga dapat merasa lebih baik keesokan harinya.
Dalam Studi Cartwright terhadap perempuan yang bercerai menunjukkan bahwa tidur dapat membantu mengurangi depresi. Mereka yang mengingat mimpinya memberi hasil yang lebih baik pada pagi hari. Mimpi tersebut mencakup hubungannya dengan mantan suaminya dan pernikahannya. Nilai responden ini lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah bermimpi tentang hubungannya atau mengingat mimpi tersebut.
ADVERTISEMENT
Keterkaitan Tidur dan Mimpi dengan Otak
Mimpi mengandung muatan emosi yang nyata. Ada kemungkinan besar mimpi dapat diingat, apabila dalam mimpi tersebut terjadi luapan emosi seperti marah, kaget, takut, senang, atau sedih.
Ada alasan lain mengapa sulit untuk mengingat mimpi, terutama yang biasa, karena otak akan menganggap mimpi jenis ini seperti pikiran saat melamun, sehingga dianggap tidak terlalu berguna untuk diingat. Sebaliknya, mimpi yang lebih hidup, emosional, dan koheren akan lebih mudah diingat. Ini karena jenis mimpi ini menghasilkan situasi bangun yang lebih sistematis dan cerita.
Selain itu, saat kita tertidur, kita dapat mengingat diri sendiri bahwa kita ingin mengingat mimpi kita. Beberapa peneliti percaya bahwa mencatat mimpi dalam jurnal dapat membantu mengingat mimpi lebih baik. Menutup mata, tetap diam, dan memutar kembali ingatan mimpi adalah cara lain untuk membantu hippocampus mengingat mimpi.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laman Live Science, sebuah studi tahun 2011 mengemukakan bahwa saat manusia terlelap, bagian otak satu per satu pun akan ikut tertidur. Menurut para peneliti, Hippocampus, struktur melengkung yang terletak di setiap belahan otak, adalah bagian otak terakhir yang akan tertidur.
Hippocampus diketahui berfungsi untuk memindahkan informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Jika hippocampus menjadi bagian terakhir untuk tertidur, bisa jadi juga jadi paling terakhir terbangun.
Hippocampus biasanya digunakan untuk memindahkan informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Jika hippocampus adalah bagian terakhir dari tubuh untuk tertidur, itu juga bisa menjadi bagian terakhir dari tubuh yang terbangun.
Hal ini dapat menjelaskan mengapa ingatan adalah mimpi yang sangat singkat. Tetapi itu bukan berarti hippocampus tidak akan bekerja sepanjang malam.
ADVERTISEMENT
Selama tidur, bagian otak ini cukup aktif. Hal ini tampaknya memiliki kemampuan untuk menyimpan dan mempertahankan ingatan untuk kemudian dikonsolidasikan daripada menambah pengalaman baru.
Otak manusia memiliki persimpangan temporo-parietal, yang bertanggung jawab atas pemrosesan data. Studi menunjukkan bahwa individu yang mudah mengingat mimpi memiliki temporo-parietal yang lebih aktif. Sebagian orang percaya bahwa peningkatan aktivitas di area ini membantu menyimpan mimpi dalam memori.
Mereka yang dapat mengingat mimpi biasanya lebih sering terjaga selama tidur dibandingkan dengan mereka yang tidak dapat mengingat mimpi. Otak mereka juga lebih reaktif terhadap suara ketika mereka tidur, yang membuat mereka lebih mudah terjaga. Hasil penelitian tersebut disajikan dalam artikel yang dimuat dalam jurnal Neuropsychopharmacology.
Ketika orang terjaga pada malam hari, mereka lebih mudah mengingat mimpi mereka karena reaktivitas otak mereka yang meningkat. Sebaliknya, orang yang kurang aktivitas pada simpangan temporo-parietal jarang terjaga, sehingga otak tidak dapat menyimpan mimpi.
ADVERTISEMENT
Ilmuwan menemukan bahwa perbedaan antara orang yang mudah mengingat mimpi dan orang yang sulit mengingat mimpi tidak hanya terjadi saat mereka tidur, tetapi juga saat mereka terjaga. Peneliti menggunakan PET (Positron Emission Tomography). Alat tersebut dapat mengukur aktivitas otak spontan responden selama tidur dan bangun.
Orang yang memiliki kemampuan untuk mengingat mimpi menunjukkan aktivitas otak yang lebih kuat pada area medial prefrontal cortex (mPFC) dan persimpangan temporo-parietal (TPJ). Area-area ini adalah bagian otak yang bertanggung jawab atas reaksi otak terhadap stimuli dari luar.
Tidak hanya itu, terdapat beberapa bagian otak lain yang juga berperan dalam proses tidur seseorang. Hal ini juga dapat disebut sebagai Biochemical of sleep, diantaranya:
Di dalam otak juga terdapat hipotalamus. Dimana, terdapat wilayah kecil otak di hipotalamus ini disebut nucleus suprachiasmatic ( SCN ). Nucleus suprachiasmatic bertanggung jawab untuk mengendalikan ritme sirkadian dan suhu tubuh berdasarkan rangsang terang-gelap.
ADVERTISEMENT
Untuk meningkatkan rasa kantuk seseorang, maka diperlukan hormon melatonin. Dimana hormon melatonin ini diproduksi secara alami oleh kelenjar pineal yang terdapat di otak. Melatonin kemudian disekresi 2-3 jam sebelum tidur.
Dalam sebagian besar tahap tidur, talamus dan amigdala ini tidak aktif. Hal inilah yang menyebabkan mimpi terjadi.
Basal forebrain ini mengatur senyawa adenosin, yang berfungsi sebagai penyebab rasa kantuk. Apabila mengonsumsi kafein, maka kafein ini akan memblokir senyawa adenosin, sehingga menyebabkan pada rasa kantuk menjadi berkurang.
Menjaga kondisi tubuh tetap sehat adalah sebuah keharusan. Sebagai salah satu langkah kecilnya adalah dengan memperhatikan siklus tidur. Oleh karena itu, harus bisa mengatur tidur yang cukup, agar berdampak baik juga terhadap kesehatan tubuh.
ADVERTISEMENT