Solusi Demensia dengan Pendekatan Interior Ramah Penderita Demensia

Sienny Ivanalie
Mahasiswa Interior Desain Universitas Kristen Petra Surabaya
Konten dari Pengguna
23 Mei 2022 12:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sienny Ivanalie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penerapan Desain Ramah Penderita Demensia. Ilustrasi : Penulis
zoom-in-whitePerbesar
Penerapan Desain Ramah Penderita Demensia. Ilustrasi : Penulis
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apakah Anda mengenal istilah demensia? Demensia/kepikunan adalah suatu sindrom yang menyebabkan penderitanya mengalami penurunan daya ingat sehingga berdampak pada kemampuan penderita melakukan aktivitasnya sehari-hari. Demensia banyak diderita oleh kaum lansia (lanjut usia), yaitu mereka yang berusia lebih dari 60 tahun. Menurut data statistik, jumlah penderita demensia di Indonesia maupun global diprediksi akan terus mengalami peningkatan dan menyerang kategori usia yang lebih muda. Hampir semua orang akan mengalami demensia dan belum ditemukan pengobatannya, sehingga hal yang bisa dilakukan adalah tindakan preventif melalui tindakan terapi.
ADVERTISEMENT
Salah satu bentuk terapi yang dapat dilakukan adalah melalui pendekatan desain interior yang ramah penderita demensia. Desain interior yang ramah penderita demensia, dapat membantu memperlambat munculnya gejala kepikunan dan mengurangi gejala demensia yang dialami. Berikut adalah beberapa tips yang bisa Anda terapkan.
1. Desain Wayfinding dan Rambu
Penderita demensia pada stadium tertentu memiliki kesulitan untuk mengindentifikasikan ruang, mereka cenderung sering tersesat. Maka dari itu, perlu adanya sistem wayfinding dan rambu untuk membantu penderita demensia bergerak dari ruang ke ruang. Sistem wayfinding adalah proses seorang menentukan jalan dengan mengumpulkan informasi dan memutuskan untuk mengarahkan dirinya menuju tujuan tertentu. Rambu adalah sebuah simbol/tanda yang memberikan pesan, baik menunjukkan arah atau informasi lainnya.
ADVERTISEMENT
Wayfinding penderita demensia harus memperhatikan 2 hal yaitu, pemilihan rute yang singkat dan minimnya momen dimana penderita harus membuat keputusan tentang arah.
Wayfinding Ramah Penderita Demensia. Ilustrasi : Penulis
Rambu diletakkan untuk menandai ruang-ruang, terutama ruang yang sering diakses oleh penderita seperti kamar tidur, toilet, ruang makan, dll. Desain rambu haruslah memperhatikan 3 hal ini yaitu : rambu dengan warna yang kontras, menggunakan font yang jelas dan mudah dibaca, serta rambu diletakkan sejajar dengan mata (eye-level).
Rambu Ramah Penderita Demensia. Ilustrasi : Penulis
Kroma Warna Ramah Penderita Demensia. Ilustrasi : Penulis
Material yang dikategorikan yang ramah penderita demensia adalah material yang sederhana dan terkesan bersih, tidak memiliki pola yang rumit dan kontras, serta tidak bersifat reflektif karena dapat menimbulkan kebingungan bagi penderita demensia.
ADVERTISEMENT
Cahaya merupakan salah satu unsur yang penting juga untuk menciptakan rumah yang ramah penderita demensia. Penurunan indera penglihatan pada lansia menyebabkan kurangnya kemampuan mata untuk menangkap cahaya. Untuk itu, pencahayaan yang baik bagi penderita demensia antara lain: pencahayaan yang merata, pencahayaan dengan intensitas yang tinggi (rata-rata 30 lux), dan banyak akses untuk pencahayaan alami (cahaya matahari) pada ruang.
Salah satu masalah kesehatan pada lansia, terkhusus penderita demensia, adalah kesulitan untuk tidur. Penggunaan warna cahaya yang kebiruan dapat mengurangi efek gelisah dan memperbaiki kualitas tidur. Pada area-area tertentu yang penting untuk diperhatikan oleh penderita, seperti pintu masuk, harus diberikan intensitas cahaya yang lebih tinggi (100 lux).
Penggunaan Cahaya yang Ramah Penderita Demensia. Ilustrasi : Penulis
ADVERTISEMENT
Inilah beberapa tips praktis bisa Anda terapkan. Perhatian kecil terhadap 4 aspek desain interior ramah penderita demensia ini, dapat membantu menciptakan lingkungan hidup yang lebih suportif dan nyaman bagi kaum lansia.
Penulis : Sienny Ivanalie (Program Studi Interior Desain-Universitas Kristen Petra)