Konten dari Pengguna

Bagaimana Masyarakat Merespon Perusahaan Multinasional Pro Israel

Zakharia Billy Aprilius Simatupang
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Udayana
27 Desember 2023 14:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zakharia Billy Aprilius Simatupang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.freepik.com/free-vector/flat-israel-palestine-war-flag-illustration_77517473.htm#query=Israel%20and%20palestine%20flag&position=10&from_view=search&track=ais&uuid=6ff9d450-f593-4e0f-afde-bdd0be0d4a93
zoom-in-whitePerbesar
https://www.freepik.com/free-vector/flat-israel-palestine-war-flag-illustration_77517473.htm#query=Israel%20and%20palestine%20flag&position=10&from_view=search&track=ais&uuid=6ff9d450-f593-4e0f-afde-bdd0be0d4a93

Peran Perusahaan Multinasional dalam Konflik Israel Palestina

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perang Israel Palestina yang terjadi sejak Oktober 2023, berdampak pada banyak hal di dunia (Priambada, 2023). Dari kemanusiaan yang disorot sudah tidak ada harganya di daerah perang, hingga isu boikot produk pro Israel. Sebagaimana telah diketahui masyarakat dunia, bahwa Israel memiliki banyak sekali “penyumbang” finansial yang bersumber dari perusahaan multinasional. Salah satunya seperti Unilever, Mcdonald, KFC, dan masih banyak lagi. Berbagai produk telah diboikot oleh masyarakat dunia, namun ada satu jenis perusahaan multinasional yang tidak diboikot oleh masyarakat dunia. Perusahaan tersebut adalah Facebook, Twitter, dan Instagram. Mereka memiliki 2 Induk perusahaan yakni Facebook dan Twitter yang memiliki induk perusahaan META; dan Twitter atau yang saat ini dikenal dengan tulisan “X” yang memiliki perusahaan induk X Corp.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa alasan mengapa sulit untuk melakukan boikot terhadap perusahaan multinasional yang bergerak pada bidang sosial media. Alasan pertama yakni tidak adanya sosial media pengganti jika ketiga sosial media tersebut di boikot. Alasan kedua masyarakat sangat bergantung pada ketiga platform tersebut, hal ini didasari pada ketiga platform tersebut sudah menjadi “gaya hidup” dari masyarakat dan menjadi salah satu sumber utama untuk mendapatkan informasi. Dan yang ketiga adalah ketiga platform tersebut memiliki posisi unik di masyarakat sebagaimana telah disebutkan bahwa ketiga platform sosial media tersebut menjadi sumber informasi yang menjadikan jika masyarakat melakukan boikot terhadap ketiga platform tersebut maka masyarakat tidak memiliki sumber informasi yang menjadikan adanya “pisau bermata dua” dari boikot tersebut.
ADVERTISEMENT
Elon Musk adalah salah satu pemimpin dari perusahaan sosial media terbesar di dunia, yang tidak lain adalah Twitter atau yang kini lebih dikenal dengan istilah X. Elon Musk melakukan sebuah tindakan yang sangat kontra dengan pendukung “Free Palestine”, hal ini dibuktikan dengan adanya pertemuan dengan Presiden Israel. Tidak hanya itu secara terang-terangan Elon Musk mengatakan bahwa ia mendukung penuh tindakan Israel, dari hal tersebut berdampak pada adanya seruan untuk melakukan boikot terhadap produk-produk yang dimiliki oleh Elon Musk, seperti Tesla, Starlink, dan Twitter. Namun lagi-lagi untuk melakukan boikot terhadap produk-produk yang dimiliki oleh Elon Musk sangatlah sulit. Hal ini didasari pada beberapa hal yakni, adanya kemampuan yang sangat langka dan dimiliki oleh produk Elon Musk. Salah satunya adalah Twitter, yang menjadi salah satu sosial media yang paling diminati karena menjadi sumber informasi sejak dulu (Sef, 2023).
ADVERTISEMENT
Tidak hanya Elon Musk, Google juga melakukan hal serupa. Hal ini dibuktikan dengan adanya penghapusan lokasi gaza atau Palestina dari Google Maps. Dengan aksi tersebut Google mendapatkan kritik dari banyak pihak, seperti adanya posisi yang tidak netral dari konflik Israel dan Palestina. Namun banyak dari masyarakat yang tidak tahu bahwa Google telah menjadi tempat bagi masyarakat Israel untuk berbisnis. Hal ini dibuktikan dengan adanya ads atau iklan yang melakukan promosi terkait dengan produk-produk pro Israel. Hal ini juga dikritik oleh masyarakat yang Pro Free Palestine. Dengan adanya aksi tidak netral yang dilakukan oleh Google berdampak pada adanya kritik terhadap aksi yang telah dilakukan. Namun demikian peran Google dalam kehidupan bermasyarakat sangatlah dominan, produk-produk Google seperti Google itu sendiri lalu Facebook, Instagram, Gmail, dan masih banyak lagi memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Dari hal tersebut berdampak pada sulitnya untuk melakukan aksi boikot terhadap Google (Jati, 2020).
ADVERTISEMENT
Berbagai perusahaan multinasional di dunia menunjukan ketidaknetralitasannya dalam menanggapi konflik Israel dan Palestina. Namun dengan berbagai jenis perusahaan multinasional yang bergerak dari produk makanan, kebutuhan rumah, dan berbagai jenis lainnya; terdapat satu jenis perusahaan yang sulit untuk di boikot. Jenis perusahaan ini adalah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang sosial media, seperti Twitter, Instagram, dan Facebook. Aksi boikot sangat sulit untuk dilakukan karena peran sosial media tersebut sangatlah dominan dalam kehidupan bermasyarakat.

Konsep Boikot

https://www.freepik.com/free-vector/protesting-crowd-vector-illustration_5972252.htm#query=Boycott&position=0&from_view=search&track=sph&uuid=73d0739d-08de-4fed-818a-190a31bac5cc
Konsep boikot muncul pertama kali pada 1880 di Irlandia yang seorang yang bernama Charles Boycott, ia memberlakukan pemungutan sewa dengan tarif tinggi. Dari hal tersebut para para buruh melakukan pengambilan buah secara sepihak, hal ini dilakukan karena adanya tarif tinggi yang diberlakukan oleh Charles Boycott. Konsep boikot memiliki 4 kategori, yang pertama adalah aspek boikot yang terbagi dalam 3 jenis yakni, (1) boikot dari komunitas, (2) boikot dari pihak berwenang atau pemerintah, (3) boikot dari institusi internasional. Kategori kedua adalah cara pendekatan boikot yang terbagi dalam 2 jenis yakni, (1) direct approach, dan (2) indirect approach. Kategori ketiga adalah aksi boikot yang terbagi 3 jenis, (1) strike, (2) picketing, (3) aksi boikot. Dan kategori keempat adalah jenis produk yang terbagi dalam 3 jenis yakni, (1) barang konsumen, (2) akademik, (3), dan olahraga. Dari keempat kategori memiliki tujuan untuk membuat pihak yang diboikot tunduk pada tuntutan yang disampaikan oleh pihak lawan (Yunus, 2020).
ADVERTISEMENT
Apabila aksi boikot yang dilaksanakan oleh masyarakat dihubungkan dengan konsep boikot, maka terdapat beberapa hal yang menjadi dasar dari aksi pemboikotan dalam konflik Israel dan Palestina. Aksi masyarakat yang melakukan boikot dilatarbelakangi dengan adanya dukungan perusahaan multinasional terhadap Israel. Hal tersebut dibuktikan melalui dukungan dari Elon Musk dan Google yang menghapus negara Palestina dari platform Google Maps. Selain itu, aksi boikot ini dapat digolongkan sebagai indirect boycott yang merupakan bentuk respon dari masyarakat akibat pengaruh aksi boikot terhadap pro Israel di luar negeri, yang kemudian mendorong masyarakat Indonesia untuk melakukan hal serupa.
Dapat disimpulkan bahwa alasan masyarakat melakukan boikot didasari pada ketidaksukaan masyarakat atas aksi yang dilakukan perusahaan multinasional dengan mendukung Israel. Masyarakat Indonesia terinspirasi dari masyarakat luar negeri yang terlebih dahulu melakukan aksi boikot produk pro-Israel. Dengan demikian aksi boikot terjadi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka:
Sef. (2023). Elon Musk Dukung Israel Serang Gaza Hancurkan Hamas. https://www.cnbcindonesia.com/news/20231128063820-4-492522/elon-musk-dukung-israel-serang-gaza-hancurkan-hamas
Priambada, Yulius Brahmantya. (2023). 27 Hari Paling Mematikan di Gaza. https://www.kompas.id/baca/riset/2023/11/04/27-hari-paling-mematikan-di-gaza
Jati, Haryo. (2020).Palestina hilang dari Google Map, Ternyata Google sudah Jelaskan Alasannya pada 2016. https://www.kompas.tv/internasional/95082/palestina-hilang-dari-google-map-ternyata-google-sudah-jelaskan-alasannya-pada-2016
Yunus, A. M., Chik, W. M. Y. W., Abd Wahid, N., Daud, K. A., & Abd Hamid, M. N. (2020). The Concept of Boycott: A General Introduction. Social Sciences, 10(9), 962-971.