Pendidikan Tinggi: Sebuah Kebutuhan Tersier atau Fondasi Masa Depan?

Dinda Rahma Alya
Mahasiswa Statistika Universitas Airlangga angkatan 2023
Konten dari Pengguna
25 Mei 2024 9:34 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dinda Rahma Alya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: shutterstock.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernyataan seorang dosen bahwa pendidikan tinggi adalah kebutuhan tersier memicu perdebatan yang cukup sengit dalam dunia pendidikan dan masyarakat luas. Di satu sisi, pandangan ini mungkin muncul dari perspektif pragmatis mengenai prioritas kebutuhan hidup manusia. Namun, di sisi lain, pendidikan tinggi memiliki peran yang sangat vital dalam pembentukan individu dan kemajuan suatu bangsa. Mari kita telaah lebih dalam tentang makna dan implikasi dari pernyataan tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam teori kebutuhan manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, kebutuhan manusia dibagi menjadi lima tingkatan dalam sebuah piramida hierarki yang dikenal sebagai Maslow's Hierarchy of Needs. Lima tingkatan tersebut adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri . Pendidikan tinggi, dalam konteks ini, sering kali ditempatkan pada level kebutuhan aktualisasi diri. Pada tahap ini, seseorang mengejar ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai potensi maksimalnya. Dengan memperoleh pendidikan tinggi, individu dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan memiliki pengetahuan yang mendalam di bidang yang mereka pilih. Hal ini memungkinkan mereka untuk mencapai tujuan hidup mereka, baik secara profesional maupun pribadi, serta berkontribusi secara signifikan terhadap masyarakat dan dunia.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, pendidikan tinggi dianggap sebagai kebutuhan tersier, yang menjadi prioritas setelah kebutuhan dasar dan keamanan terpenuhi. Artinya, seseorang biasanya akan mempertimbangkan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi setelah mereka merasa aman secara fisik dan emosional, serta memiliki hubungan sosial yang memadai dan mendapatkan penghargaan yang cukup dari lingkungan sekitar mereka.
Dosen yang berpendapat bahwa pendidikan tinggi adalah kebutuhan tersier mungkin memandang dari sisi praktis kehidupan. Banyak individu yang harus menghadapi kenyataan bahwa mereka perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasar sebelum bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Di negara berkembang, realitas ekonomi sering kali memaksa orang untuk mengutamakan pekerjaan dan pendapatan daripada pendidikan yang lebih tinggi. Dalam pandangan ini, pendidikan tinggi bukanlah prioritas utama melainkan pilihan tambahan yang bisa diambil ketika kondisi dasar telah terpenuhi. Namun, penting untuk mempertimbangkan bahwa perspektif semacam ini dapat membatasi pandangan kita terhadap potensi dan manfaat yang lebih besar dari pendidikan tinggi.
ADVERTISEMENT
Mempertimbangkan pendidikan tinggi hanya sebagai kebutuhan tersier mengabaikan banyak aspek penting yang ditawarkan oleh pendidikan tersebut. Pendidikan tinggi bukan hanya soal pengetahuan akademis, tetapi juga tentang pengembangan keterampilan kritis, pemikiran analitis, dan kemampuan adaptasi yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja modern. Selain itu, pendidikan tinggi juga membuka peluang yang lebih besar untuk mobilitas sosial dan ekonomi, serta kontribusi yang signifikan terhadap inovasi dan pembangunan nasional. Berikut nilai-nilai strategis pendidikan tinggi:
Pemberdayaan Individu: Pendidikan tinggi memberdayakan individu dengan pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan mereka untuk berkontribusi lebih besar dalam masyarakat dan ekonomi. Ini adalah investasi dalam sumber daya manusia yang dapat menghasilkan keuntungan jangka panjang. Seorang individu yang terdidik memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, berpenghasilan lebih tinggi, dan memiliki stabilitas ekonomi yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Inovasi dan Kemajuan Teknologi: Institusi pendidikan tinggi sering menjadi pusat penelitian dan inovasi. Penemuan-penemuan baru dan pengembangan teknologi yang dihasilkan oleh universitas dapat mendorong kemajuan di berbagai sektor industri dan kesehatan. Sebagai contoh, banyak inovasi di bidang teknologi informasi, kedokteran, dan teknik yang berawal dari penelitian yang dilakukan di universitas.
Mobilitas Sosial: Bagi banyak orang, pendidikan tinggi adalah jalan utama untuk meningkatkan status sosial dan ekonomi. Gelar akademis sering kali menjadi syarat untuk pekerjaan yang menawarkan pendapatan lebih tinggi dan stabilitas kerja yang lebih baik. Pendidikan tinggi membuka pintu bagi mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi rendah untuk meraih kesempatan yang lebih besar dalam hidup.
Pembangunan Nasional: Pendidikan tinggi memainkan peran penting dalam pembangunan nasional. Negara-negara dengan tingkat pendidikan tinggi yang tinggi cenderung memiliki tingkat pembangunan yang lebih baik. Hal ini disebabkan oleh adanya tenaga kerja yang terampil dan berpendidikan yang dapat berkontribusi secara efektif dalam berbagai sektor perekonomian.
ADVERTISEMENT
Menanggapi nilai-nilai strategis pendidikan tinggi di atas di era globalisasi dan digitalisasi saat ini, pendidikan tinggi menjadi semakin relevan. Kemampuan untuk berpikir kritis, memecahkan masalah kompleks, dan beradaptasi dengan perubahan teknologi adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan. Pendidikan tinggi memberikan landasan untuk mengembangkan keterampilan ini, sehingga individu dapat bersaing di pasar global. Selain itu, pengalaman yang didapat selama menempuh pendidikan tinggi, seperti magang dan proyek penelitian, memberikan keterampilan praktis yang sangat berharga.
Meskipun manfaat pendidikan tinggi sangat besar, ada tantangan yang perlu diatasi. Biaya pendidikan yang tinggi sering kali menjadi hambatan bagi banyak orang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Selain itu, akses yang tidak merata di berbagai wilayah juga menjadi masalah.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah dan lembaga pendidikan perlu bekerja sama untuk menyediakan beasiswa dan bantuan keuangan bagi mahasiswa yang membutuhkan. Program-program yang memfasilitasi akses pendidikan bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil juga harus diperluas. Selain itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di tingkat dasar dan menengah agar lebih banyak siswa yang siap untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi.
Kesimpulan:
Menyebut pendidikan tinggi sebagai kebutuhan tersier mungkin dapat dipahami dari perspektif prioritas kebutuhan dasar manusia. Namun, peran strategis pendidikan tinggi dalam pemberdayaan individu, inovasi, dan mobilitas sosial tidak bisa diabaikan. Pendidikan tinggi adalah investasi jangka panjang yang membawa manfaat signifikan tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi masyarakat dan negara secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT

Oleh karena itu, meskipun pendidikan tinggi mungkin tidak selalu menjadi prioritas utama dalam konteks kebutuhan dasar manusia, penting untuk mengakui nilai dan dampak positifnya yang jauh melampaui sekedar kategori kebutuhan tersier. Pendidikan tinggi adalah fondasi masa depan yang cerah, bukan hanya bagi individu tetapi juga untuk kemajuan bangsa dan dunia. Investasi dalam pendidikan tinggi adalah investasi dalam masa depan yang lebih baik, lebih inovatif, dan lebih berkelanjutan.