Dampak Upah Minimum terhadap Kesejahteraan Pekerja

Febry Andini Purba
Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara 2020
Konten dari Pengguna
24 Agustus 2021 10:33 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Febry Andini Purba tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://cdn.pixabay.com/photo/2018/07/13/18/54/money-3536346__340.jp
zoom-in-whitePerbesar
https://cdn.pixabay.com/photo/2018/07/13/18/54/money-3536346__340.jp
ADVERTISEMENT
Upah Minimum Berdampak pada Kesejahteraan Pekerja. Tekanan biaya hidup pekerja yang semakin tinggi juga menimbulkan tuntutan akan kenaikan upah minimum. Namun sampai saat ini, proses penetapannya masih banyak kelemahan. Di Indonesia masalah upah masih menjadi masalah, masalah upah menjadi masalah teratas karena masih rendahnya upah di Indonesia, jika tidak cepat ditangani dapat menimbulkan mogok kerja atau unjuk rasa oleh para pekerja.
ADVERTISEMENT
Upah minimum adalah standar minimum yang digunakan oleh pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya.
Di dalam PP Nomor 78 mengenai Pengupahan Tahun 2015, upah minimum yang dimaksud pada Pasal 41 ayat 2 adalah upah minimum bulanan yang terdiri dari upah tanpa tunjangan serta upah pokok salah satunya tunjangan tetap.
Upah minimum adalah pemberian gaji terendah yang secara sah yang diberi oleh atasan kepada karyawannya. Dasar harganya yaitu atasan tidak boleh menjual tenaga kerja mereka. Dikarenakan upah minimum meningkatkan biaya para pekerja, banyak perusahaan mencoba menghindari UU upah minimum dengan menyebarkan tenaga kerja ke lokasi dengan upah minimum yang lebih rendah atau sama sekali tidak ada. Salah satu isu yang yang diperbincangkan dalam penolakan rancangan undang-undang (RUU) omnibus law Cipta Kerja yaitu upah minimum.
ADVERTISEMENT
Di negara Indonesia, peraturan upah minimum sudah ada sejak tahun 1970-an, namun baru disahkan di awal tahun 1990-an berhubung adanya tekanan dari negara luar agar menghentikan praktik “sweatshop” - yaitu dengan memanfaatkan pekerja dengan upah yang murah, jam kerja tinggi, dan tempat kerja yang tidak layak.
Perkembangan upah minimum pertama kali dimotivasi agar menghentikan pemanfaatan pekerja di sweatshop, oleh atasan yang diperkirakan memiliki daya tawar yang tidak adil bagi mereka. Selama perkembangannya, upah minimum mulai dilihat sebagai cara untuk membantu keluarga yang berpenghasilan rendah.
Upah minimum dapat meningkatkan efisiensi pasar tenaga kerja dalam skenario monopsoni, di mana pengusaha individu memiliki tingkat kekuasaan penetapan upah atas pasar secara keseluruhan. Pengikut upah minimum mengatakan itu meningkatkan kelayakan hidup para pekerja, mengurangi kemiskinan, mengurangi ketidaksamaan, dan meningkatkan moral. Sebaliknya, penentang upah minimum berkata bahwa itu menaikkan tingkat kemiskinan dan pengangguran karena beberapa pekerja bergaji rendah.
ADVERTISEMENT
Biasanya, pekerja informal didasarkan pada pekerja di perusahaan seperti Perusahaan keluarga (pekerja rumah tangga), Pekerja mandiri (seperti pekerja lepas), dan Pekerja lepas (pekerja pertanian atau pekerja konstruksi).
Penghasilan upah terdiri dari, yang pertama Upah pokok. Upah pokok merupakan dasar yang dibayarkan kepada pekerja menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
Kedua, Tunjangan tetap. yakni merupakan suatu pembayaran yang teratur berhubungan dengan pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk pekerja dan keluarganya juga dibayarkan dalam jangka waktu yang sama dan dilakukan secara berulang dan tidak berhubungan dengan kehadiran serta prestasi para pekerjanya.
Ketiga, Tunjangan tidak tetap. Merupakan suatu pembayaran yang dilaksanakan baik secara langsung maupun tidak berhubungan dengan para pekerja atau buruh yang diberikan secara tidak tentu untuk pekerja beserta keluarganya dan dibayarkan tidak beriringan dengan pembayaran upah pokok seperti tunjangan transport atau makan, jika diberikan berdasarkan kehadiran pekerja atau buruh.
ADVERTISEMENT
Dampak positif dari kenaikan upah minimum sudah mendorong upah tenaga kerja manual. Tingkat upah minimum dan tingkat upah rata-rata juga ada di berbagai kelompok pekerja lain, seperti: pekerja perempuan, pekerja muda, berpendidikan rendah dan pekerja kerah putih. Namun, hubungan positif ini tidak signifikan secara statistik Ini artinya upah minimum tidak berpengaruh terhadap pekerja perseorangan, tetapi efeknya bervariasi dari pekerja ke pekerja. Beberapa upah pekerja menjadi lebih tinggi karena adanya upah minimum, sementara upah pekerja lainnya malah menurun, sehingga pengaruhnya menjadi tidak sama pada upah rata-rata keseluruhan pekerja.
Dampak negatif dari upah minimal dirasakan oleh kelompok yang sangat rentan. Perubahan kondisi pasar tenaga kerja, seperti pekerja perempuan, muda dan yang tingkat pendidikan rendah. Fleksibilitas kerja hingga upah minimum lebih besar dari -0,3 bagi perempuan dan pekerja muda. Artinya setiap 10% kenaikan upah minimum yang sebenarnya menyebabkan penurunan lapangan kerja wanita dan kamu muda menyumbang lebih dari 3%. Pada waktu yang bersamaan, menyerap elastisitas pekerja dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah. Dengan kata lain, untuk setiap kenaikan 10% upah minimum, penyerapan angkatan kerja dengan tingkat pendidikan rendah akan berkurang sekitar 2%.
ADVERTISEMENT
Pekerja kerah biru atau dapat disebut sebagai pekerja yang melaksanakan jenis pekerjaan sesuai kemampuan dan dibayar dengan upah per jam atau harian sedangkan pekerja kerah putih atau bisa disebut pekerja yang melakukan pekerjaan administratif di kantor dan memiliki gaji dengan tarif yang tetap adalah satu-satunya golongan pekerja yang mendapat keuntungan dari upah minimum dalam hal penyerapan tenaga kerja.
Ini memperlihatkan upah minimum memiliki efek penggantian yang mempekerjakan berbagai jenis pekerja. Saat upah minimum nilainya meningkat, perusahaan akan mengurangi sebagian pekerja digantikan oleh pekerja kerah putih. Ini juga menunjukkan bahwa setelah upah minimum mengalami kenaikan, perusahaan telah mengubah proses produksi yang cukup bagi pekerja dan lebih didasarkan pada proses produksi keterampilan.
ADVERTISEMENT
Dapat dikatakan bahwa upah minimum memberi keuntungan bagi sebagian besar pekerja tetapi merugikan sebagian pekerja lainnya. Para pekerja yang mampu bertahan dalam pekerjaannya di beberapa pabrik pasti memperoleh keuntungan dari kenaikan upah minimum. Pekerja kerah putih jelas memperoleh manfaat besar dari berdirinya peraturan upah minimum. Namun, para pekerja yang kehilangan pekerjaan sebagai dampak dari naiknya upah minimum adalah para pekerja yang dirugikan oleh peraturan upah minimum. Para pekerja ini terdiri dari para pekerja yang peka terhadap perubahan kondisi pasar tenaga kerja, seperti pekerja perempuan, usia muda, dan mereka yang berpendidikan rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Husna, Tifani. (2020). Efektifkah Kenaikan Upah Minimum dalam Melindungi Pekerja?. Jakarta
Pamela. (2021). Mengenal Pekerja White Collar dan Bedanya dengan Blue Collar. Jakarta Barat : Ajaib.co.id.
ADVERTISEMENT
Tim Penelitian Smeru. (2001). Dampak Kebijakan Upah Minimum terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Perkotaan Indonesia. Jawa Timur : Lembaga Penelitian Smeru