Konten dari Pengguna

Pengelasan Bawah Laut : Pengertian, Mitigasi Risiko, Prosedur K3 Teknik Elektro

Ihsan Rijal Pratama
Mahasiswa Prodi Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Bandung
6 Januari 2025 15:17 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ihsan Rijal Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Underwater Welding. ( Sumber: Shutterstock )
zoom-in-whitePerbesar
Underwater Welding. ( Sumber: Shutterstock )
ADVERTISEMENT
Latar Belakang:
Pengelasan bawah Laut adalah teknik vital dalam berbagai industri, terutama konstruksi dan reparasi struktur bawah laut seperti platform minyak lepas pantai, pipa bawah laut, dan lambung kapal. Meskipun krusial, pekerjaan ini memiliki risiko yang signifikan bagi para penyelam las. Kondisi lingkungan bawah air laut yang ekstrim, dikombinasikan dengan bahaya inheren dari proses pengelasan, menuntut penerapan K3 yang ketat dan komprehensif.
ADVERTISEMENT
Pendahuluan:
Pengelasan Bawah Laut dilakukan oleh penyelam las yang memiliki keahlian dan sertifikasi khusus. Mereka menggunakan peralatan selam dan peralatan las yang dimodifikasi untuk dapat beroperasi di bawah air. Teknik ini memiliki aplikasi yang luas, namun juga menimbulkan tantangan unik dalam hal keselamatan kerja.
Pernyataan Masalah:
Tingkat kecelakaan kerja dalam pengelasan bawah laut masih relatif tinggi. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Kurangnya kesadaran dan pemahaman akan risiko yang terkait dengan pengelasan bawah laut.
2. Ketidakpatuhan terhadap prosedur K3 yang telah ditetapkan.
3. Kurangnya pelatihan dan supervisi yang memadai.
4. Penggunaan peralatan yang tidak sesuai atau tidak terawat dengan baik.
Underwater Welding. ( Sumber: Shutterstock )
A. Risiko dalam Pengelasan Bawah Laut
ADVERTISEMENT
Pengelasan bawah laut memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan pengelasan di darat. Beberapa risiko utama yang perlu diwaspadai antara lain:
1. Sengatan Listrik: Air merupakan konduktor listrik yang baik, sehingga risiko sengatan listrik bagi penyelam las sangat tinggi.
2. Ledakan: Gas hidrogen yang dihasilkan selama proses pengelasan dapat terakumulasi dan memicu ledakan jika tidak ditangani dengan benar.
3. Dekompresi: Penyelam las berisiko mengalami dekompresi jika naik ke permukaan terlalu cepat setelah berada di kedalaman tertentu.
4. Tenggelam: Peralatan yang rusak, kehabisan udara, atau terjerat dapat menyebabkan penyelam tenggelam.
5. Cedera Akibat Tekanan: Bekerja di bawah tekanan tinggi dapat menyebabkan barotrauma, yaitu cedera pada telinga, sinus, atau paru-paru.
6. Hipotermia: Suhu air yang dingin dapat menyebabkan hipotermia jika penyelam tidak menggunakan pakaian pelindung yang memadai.
ADVERTISEMENT
7. Visibilitas Terbatas: Kondisi air yang keruh dapat menyulitkan penyelam untuk melihat dengan jelas dan meningkatkan risiko kecelakaan.
8. Kondisi Lingkungan: Arus kuat, hewan laut, dan struktur bawah air dapat membahayakan penyelam las.
B. Prosedur K3 dalam Pengelasan Bawah Air
Untuk meminimalkan risiko dan memastikan keselamatan kerja, berikut adalah prosedur K3 yang wajib diterapkan dalam pengelasan bawah laut:
1. Pelatihan dan Sertifikasi: Penyelam las harus memiliki sertifikasi dan pelatihan khusus untuk pengelasan bawah laut. Pelatihan ini mencakup teknik pengelasan bawah air, prosedur keselamatan, penanganan darurat, dan penggunaan peralatan khusus.
2. Perencanaan yang Matang: Sebelum memulai pekerjaan, lakukan perencanaan yang detail, termasuk penilaian risiko, pemilihan peralatan, dan prosedur darurat. Perencanaan yang matang akan membantu mengidentifikasi potensi bahaya dan menentukan langkah-langkah pencegahan yang tepat.
ADVERTISEMENT
3. Pemeriksaan Peralatan: Pastikan semua peralatan, termasuk peralatan selam dan las, dalam kondisi baik dan terawat dengan baik. Peralatan yang rusak dapat meningkatkan risiko kecelakaan dan membahayakan keselamatan penyelam.
4. Penggunaan APD yang Tepat: Gunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai, seperti pakaian selam kering, helm las bawah air, sarung tangan isolasi, dan sepatu safety. APD berfungsi untuk melindungi penyelam dari bahaya sengatan listrik, cedera, dan hipotermia.
5. Komunikasi yang Efektif: Pastikan komunikasi yang jelas dan efektif antara penyelam las, pengawas di permukaan, dan tim penyelamat. Komunikasi yang baik sangat penting untuk koordinasi dan penanganan situasi darurat.
6. Pemantauan Kondisi Penyelam: Pantau kondisi penyelam las secara terus-menerus, termasuk kedalaman, waktu menyelam, dan pasokan udara. Pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi dini tanda-tanda kelelahan, dekompresi, atau masalah kesehatan lainnya.
ADVERTISEMENT
7. Prosedur Darurat: Siapkan prosedur darurat yang jelas dan latih tim penyelamat untuk menangani situasi darurat seperti kecelakaan atau penyelam yang hilang. Prosedur darurat yang terencana dengan baik dapat membantu menyelamatkan nyawa dalam situasi kritis.
8. Manajemen Kelelahan: Terapkan sistem kerja bergilir dan istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan penyelam yang dapat meningkatkan risiko kecelakaan.
9. Pengendalian Lingkungan: Sedapat mungkin, kendalikan faktor lingkungan seperti arus dan visibilitas untuk menciptakan kondisi kerja yang lebih aman.
C. Data atau Fakta Pendukung
• Menurut data dari Health and Safety Executive (HSE) Inggris, tingkat kematian dalam penyelaman komersial, termasuk pengelasan bawah air, adalah sekitar 20 kematian per 100.000 penyelam per tahun. (Sumber: HSE, "Diving statistics 2020")
ADVERTISEMENT
• Sebuah studi oleh National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) Amerika Serikat menemukan bahwa sebagian besar kecelakaan dalam pengelasan bawah air disebabkan oleh kegagalan peralatan, prosedur kerja yang tidak aman, dan kurangnya pelatihan. (Sumber: NIOSH, "Preventing Occupational Fatalities in Underwater Welding and Cutting Operations")
D. Ulasan dalam Perspektif Lain
Selain fokus pada aspek K3 bagi penyelam las, penting juga untuk memperhatikan dampak lingkungan dari pengelasan bawah air. Proses pengelasan dapat menghasilkan polutan yang merusak ekosistem laut. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengembangkan teknik pengelasan bawah air yang lebih ramah lingkungan dan meminimalkan dampak negatif terhadap biota laut.
Kesimpulan:
Pengelasan bawah laut adalah pekerjaan yang berbahaya. Namun, dengan menerapkan prosedur K3 yang komprehensif dan memastikan kepatuhan yang ketat, risiko dapat dikecilkan secara signifikan. Investasi dalam pelatihan, peralatan, dan sistem manajemen keselamatan yang baik sangat penting untuk melindungi keselamatan dan kesehatan penyelam las. Selain itu, perlu adanya kesadaran dan tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan dalam setiap operasi pengelasan bawah laut.
ADVERTISEMENT
Ihsan Rijal Pratama (Mahasiswa Semester 1 Prodi Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Bandung)
Ir. Rustamaji, M.T. (Dosen Pengampu)