Pariwisata Religi, Tempat Ibadah atau Tempat Wisata?

Adib Zulqudsie
Saya merupakan mahasiswa aktif Program Studi S1 Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Univeresitas Gadjah Mada.
Konten dari Pengguna
2 Desember 2022 14:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adib Zulqudsie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sektor pariwisata merupakan sektor yang tidak pernah berhenti diperbincangkan. Seiring berkembangnya zaman, sektor pariwisata turut mengalami perubahan tren yang signifikan. Tapi kalian tau ga, sih? Terdapat salah satu tren berwisata yang berbeda dengan kebanyakan tren wisata lainnya karena memiliki aturannya sendiri dalam pelaksanaannya, yaitu pariwisata religi.
ADVERTISEMENT
Pariwisata religi sendiri merupakan salah bentuk wisata yang tergolong pada wisata minat khusus. Wisata minat khusus yang dimaksud adalah terdapat keterlibatan secara aktif oleh wisatawan pada lingkungan budaya maupun fisik yang dikunjungi yang merupakan aspek utama dari wisata minat khusus. Contoh dari bentuk wisata minat khusus, antara lain wisata pendidikan, wisata seni dan peninggalan sejarah, wisata etnik, wisata petualangan, olah raga dan kesehatan, dan juga tentunya wisata religi (Weiler dan Hall, 1992 dalam Marsono, dkk, 2018).
Singkatnya, pariwisata religi merupakan produk wisata yang memiliki kaitan erat dengan hal-hal religius ataupun keagamaan umat manusia. Pada kasus ini, setiap agama yang dianut umat manusia memiliki tempat sakral tujuan kunjungan masing-masing umatnya, seperti Makkah pada agama Islam atau Yerusalem pada kepercayaan Yahudi.
ADVERTISEMENT
Pariwisata religi memiliki daya tarik wisata yang berbeda dengan produk wisata lain karena atraksi wisatanya yang identik dengan situs atau bangunan keagamaan, seperti masjid, gereja, vihara, makam, dll. Selain itu, kegiatan keagamaan, seperti kegiatan ibadah, ziarah, atau upacara keagamaan merupakan salah satu atraksi wisata yang identik dengan pariwisata religi.
Kemudian, pengalaman berwisata yang penuh dengan kesan spiritual adalah faktor penting yang perlu diperhatikan pada setiap perjalanan pariwisata religi dalam rangka memaksimalkan penyampaian nilai dan hikmah terkait destinasi pariwisata religi kepada wisatawan.
Setiap wisatawan pada sebuah perjalanan religi tentunya memiliki latar belakang motivasi yang beragam. Pada wisata peziarahan, misalnya lokasi pemakaman para wali, motivasi wisatawan yang berkunjung dapat berupa ziarah mengirim doa atau hanya sekadar berkunjung dalam rangka ingin merasakan suasana spiritual dan magis pada area pemakaman.
ADVERTISEMENT
Namun, pada beberapa wisatawan yang melakukan peziarahan dengan tujuan yang tak biasa, yaitu memohon doa karena memiliki hajat atau yang biasa disebut dengan mencari ‘wangsit’. Uniknya, fenomena mencari ‘wangsit’ di area pemakaman wali seringkali dilakukan oleh pejabat politik menjelang diselenggarakannya ‘Pesta Demokrasi’ dengan tujuan memohon doa dan restu dari leluhur.
Salah satu kegiatan wisata religi di Astana Oetara, makam Mangkunegara VI. Sumber : Dokumen pribadi.
Konteksnya pada tempat peribadahan, tak jarang tempat-tempat ibadah umat beragama di dunia dijadikan wishlist atau daftar tujuan wisata religi yang wajib dikunjungi paling tidak sekali dalam seumur hidup, seperti halnya Makkah sebagai pusat Kota Suci bagi umat Islam dan Yerusalem bagi umat Yahudi. Selain itu, perjalanan wisata religi pada sebagian wisatawan dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan status sosialnya pada masyarakat, seperti melakukan ibadah Haji pada umat Islam.
ADVERTISEMENT
Jadi, apakah kalian tertarik untuk melakukan perjalanan wisata religi?
Referensi
Prihantara, F., Irawan, P., & Sari, Y. K. (2018). Dampak pariwisata religi kawasan Masjid Sunan Kudus terhadap ekonomi, lingkungan, dan sosial-budaya. UGM PRESS