Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengulik Peran AI dalam Diagnosis Medis: Peluang Inovatif atau Tantangan Etis?
22 Desember 2024 15:26 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Bayu Cahyo Bintoro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Artificial Intillegence (AI) atau kecerdasan buatan merupakan sebuah simulasi proses berpikir dalam mesin yang dirancang untuk mendapatkan informasi, memecahkan masalah, membuat keputusan, hingga dapat meniru tindakan manusia. Saat ini, perkembangan AI semakin pesat, terutama di era Society 5.0 yang menekankan pada integrasi teknologi canggih dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bukan hanya tentang teknologi yang menghubungkan manusia dengan dunia digital, tetapi juga tentang bagaimana teknologi seperti AI dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah sosial dan ekonomi, termasuk dalam sektor kesehatan.
ADVERTISEMENT
Di dunia kesehatan, AI telah membuktikan kemampuannya dalam mengubah cara diagnosis dan pengobatan yang telah dilakukan. Teknologi AI dapat menganalisis data medis yang sangat besar dengan cepat dan akurat, membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit, merancang rencana perawatan yang lebih tepat, serta meningkatkan efisiensi dalam layanan kesehatan. AI dapat digunakan untuk mempersonalisasi pengobatan berdasarkan data genetik pasien sehingga memungkinkan pengembangan terapi yang lebih efektif dan lebih aman. Selain itu, penelitian oleh Paul dkk. (2020) menunjukkan bahwa AI juga dapat mempercepat proses pengembangan obat dengan menganalisis kombinasi bahan obat yang potensial dan memprediksi efek samping yang mungkin terjadi.
Penerapan AI dalam diagnosis medis sejatinya bagai pisau bermata dua. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya AI dapat memperbaiki akurasi diagnosis medis secara signifikan, sehingga berpotensi untuk meningkatkan efesiensi, akurasi, dan kualitas pelayanan kesehatan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Esteva dkk. (2019) dalam Journal The Lancet menunjukkan bahwa sistem AI mampu mencapai akurasi diagnosis yang setara atau lebih baik dibandingkan dokter dalam beberpa kasus. Hal tersebut didukung oleh kemampuan AI dalam mengumpulkan dan mengolah data berskala besar. Kemampuan tersebut mendorong AI untuk memecahkan masalah kompleks medis dengan cepat, mengidentifikasi penyakit lebih awal, dan menentukan alur pengobatan yang tersturktur. Namun, disisi lain penggunan AI bisa mengakibatkan ketergantungan berlebihan pada teknologi dan khawatirnya dapat menyebabkan penurunan keterampilan klinis dokter dalam mengambil keputusan secara mandiri, terutama dalam kasus-kasus yang kompleks.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dilema etis lainnya muncul terkait tanggung jawab hukum ketika AI melakukan kesalahan. Siapa yang harus bertanggung jawab jika hal ini terjadi? Masalah ini menunjukkan pentingnya peran etika dan hukum kesehatan dalam menetapkan batasan serta pedoman yang jelas untuk penerapan AI di sektor kesehatan. Regulasi yang kuat diperlukan untuk memastikan bahwa AI memberikan manfaat maksimal sambil meminimalkan potensi kerugian. Misalnya, AI dapat dirancang untuk mengurangi beban kerja dokter tanpa mengancam peluang kerja mereka. Teknologi ini seharusnya menjadi alat bantu yang melengkapi keterampilan dokter dalam mendiagnosis dan merawat pasien, bukan menggantikan peran mereka. Selain itu, privasi data pasien harus dijaga dengan sistem keamanan yang andal untuk mencegah pelanggaran privasi. Dengan regulasi yang jelas dan penerapan yang etis, AI dapat mendorong kemajuan layanan kesehatan tanpa mengesampingkan peran manusia. Pendekatan ini akan memastikan bahwa teknologi canggih seperti AI dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan layanan kesehatan, sekaligus melindungi hak serta kesejahteraan semua pihak yang terlibat.
ADVERTISEMENT