Konten dari Pengguna

Timnas Indonesia Ketergantungan Pada Pemain Diaspora, Apakah Itu Benar?

GusAdi
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Bali Internasional
10 November 2024 9:49 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari GusAdi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Timnas Indonesia belakangan ini semakin aktif dalam merekrut pemain diaspora (pemain keturunan Indonesia yang tumbuh dan bermain di liga internasional) untuk memperkuat skuad nasional. Nama nama seperti Maarten Paes, Jay Idzes, dan Thom Haye kini menjadi bagian dari tim, membawa pengalaman dan kualitas yang dianggap mampu meningkatkan kinerja timnas di berbagai ajang internasional. Langkah ini diambil di tengah upaya meningkatkan daya saing Indonesia di dunia sepak bola, khususnya di Asia Tenggara dan Asia.
Potret Aksi Indonesia Vs Filipina dalam pertandingan Lanjutan Qualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Gelora BungKarno, Jakarta. https://www.pssi.org/files/uploads/gallery/attachment/2024/Jul/10/668e12af50013/sbn-9055-1024x683.jpg?token=ab0c87322f4cc43d980b36e70b001a15
zoom-in-whitePerbesar
Potret Aksi Indonesia Vs Filipina dalam pertandingan Lanjutan Qualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Gelora BungKarno, Jakarta. https://www.pssi.org/files/uploads/gallery/attachment/2024/Jul/10/668e12af50013/sbn-9055-1024x683.jpg?token=ab0c87322f4cc43d980b36e70b001a15
Topik ini penting dikaji karena melibatkan pertanyaan mendasar tentang arah pembangunan sepak bola nasional dan dampaknya terhadap pemain lokal. Ketergantungan pada pemain diaspora dapat menjadi solusi jangka pendek yang efektif, tetapi di sisi lain, dapat menimbulkan dampak jangka panjang pada perkembangan pemain lokal. Bagi masyarakat yang peduli pada kemajuan sepak bola Indonesia, pertanyaan mengenai apakah strategi ini membawa dampak positif atau negatif dalam jangka panjang sangat relevan.
ADVERTISEMENT
Perekrutan pemain diaspora didorong oleh harapan agar pemain pemain ini dapat memberikan dorongan performa instan bagi Timnas Indonesia. Sebagian besar pemain diaspora memiliki pengalaman bermain di liga-liga Eropa atau Asia yang lebih kompetitif, sehingga dianggap lebih matang secara teknik dan taktik. Namun, langkah ini mengundang perdebatan di kalangan pemerhati sepak bola mengenai dampaknya pada perkembangan pemain muda lokal yang sedang dibina melalui akademi dan liga nasional.
Beberapa pertanyaan penting muncul dari fenomena ini: Apakah ketergantungan pada pemain diaspora dapat menghambat pengembangan pemain lokal dalam jangka panjang? Bagaimana pendekatan ini memengaruhi budaya dan pola perilaku dalam Timnas Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, perlu digunakan pendekatan psikologi behavioral untuk memahami bagaimana kehadiran pemain diaspora dapat memengaruhi perilaku tim dan ekosistem sepak bola di Indonesia.
ADVERTISEMENT

Konsep Behavioral Dalam Olahraga

Dalam psikologi, pendekatan behavioral mengacu pada bagaimana perilaku dipengaruhi oleh rangsangan eksternal, penghargaan, dan hukuman. Dalam konteks olahraga, reinforcement atau penguatan adalah cara untuk memotivasi dan membentuk perilaku atlet. Ketika suatu pola perilaku diberi penghargaan secara berulang, perilaku tersebut cenderung diulang. Di sisi lain, konsep learned dependency dalam behavioral menunjukkan bahwa ketergantungan pada satu strategi atau sumber daya dapat menghambat perkembangan keterampilan atau perilaku lain yang juga penting.
Tim U-22 Indonesia menjalani psikotes dan tes IQ sebagai bagian dari persiapan menuju ajang SEA Games 2023. https://www.pssi.org/files/uploads/gallery/attachment/2023/Mar/20/64176804f3e16/psikotes-3-1024x683.jpg?token=b762737554c898dd1c8dc3ca769d275f
Dalam konteks ketergantungan pada pemain diaspora, keputusan PSSI dan timnas untuk merekrut pemain diaspora dapat dianggap sebagai bentuk reinforcement positif karena mereka mendatangkan hasil yang diinginkan secara instan, seperti peningkatan performa tim. Namun, jika terus diulang, ini bisa menimbulkan learned dependency atau ketergantungan yang dipelajari, yang dapat menurunkan kesempatan bagi pemain lokal. Ketergantungan ini juga dapat memengaruhi motivasi pemain lokal untuk berkembang, terutama jika mereka merasa tidak memiliki peluang yang sama di timnas.
ADVERTISEMENT

Dampak dan Risiko Timnas Indonesia Terhadap Kehadiran dan Ketergantungan Pemain Diaspora

Kehadiran pemain diaspora seperti Jay Idzes dan Thom Haye membawa kualitas teknik dan taktik yang dibutuhkan Timnas Indonesia. Pemain-pemain ini berpengalaman di liga yang lebih kompetitif dan memiliki mentalitas profesional yang seringkali sulit dijumpai dalam liga lokal. Dari sudut pandang behavioral, mereka bertindak sebagai model perilaku bagi pemain lokal, memberikan contoh disiplin, kerja keras, dan standar permainan yang tinggi. Dengan demikian, kehadiran mereka dapat mendorong pemain lokal untuk meniru perilaku ini dalam rangka mencapai standar permainan internasional.
Meski memberikan dampak positif dalam jangka pendek, ketergantungan pada pemain diaspora dapat membentuk learned dependency yang berpotensi merugikan perkembangan pemain lokal dalam jangka panjang. Jika PSSI terus-menerus mengandalkan pemain diaspora, pemain lokal mungkin akan merasa termotivasi untuk bergantung pada keberadaan pemain ini daripada mengembangkan kemampuan mereka sendiri untuk bersaing di level internasional. Ini dapat menciptakan pola di mana pemain muda kurang terdorong untuk berusaha keras jika merasa tempat di timnas akan diisi oleh pemain diaspora yang dianggap lebih berpengalaman.
ADVERTISEMENT
Pemain diaspora juga membawa tantangan budaya dan gaya bermain yang berbeda dari pemain lokal. Perbedaan ini dapat menciptakan hambatan dalam komunikasi dan kerjasama di lapangan, yang mengakibatkan kurangnya harmoni dalam tim. Dalam perspektif behavioral, tim yang terdiri dari pemain dengan latar belakang yang berbeda perlu melalui proses adaptasi perilaku agar dapat bekerja sama secara efektif. Proses ini memerlukan pelatihan yang lebih intensif untuk membangun hubungan yang solid antara pemain diaspora dan pemain lokal, mengingat mereka tumbuh dalam budaya dan gaya bermain yang berbeda.
Untuk mengurangi ketergantungan pada pemain diaspora, PSSI dapat menerapkan pendekatan shaping dalam pembinaan pemain muda. Shaping adalah strategi behavioral yang melibatkan pemberian penghargaan secara bertahap untuk setiap pencapaian yang mendekati standar yang diinginkan. Dalam konteks ini, shaping dapat diterapkan untuk mendorong pemain lokal yang berprestasi agar terus berkembang dengan memberi mereka kesempatan bermain di timnas. Selain itu, kehadiran pemain diaspora juga dapat dimanfaatkan sebagai bentuk penguatan bagi pemain lokal, di mana mereka dapat belajar dari pengalaman pemain diaspora sambil diberi kesempatan yang sama untuk bersaing.
ADVERTISEMENT
Pemulihan Kondisi, Menu Perdana Latihan Tim U-23 di Solo https://www.pssi.org/files/uploads/news/image/2023/Sep/04/64f5ec61ef5a6/whatsapp-image-2023-09-04-at-19-07-24-_x600.jpg?token=8d824d1d4ee88a88156f4031828adafe

Kesimpulan

Secara keseluruhan, kajian ini menunjukkan bahwa ketergantungan pada pemain diaspora dapat menjadi solusi jangka pendek bagi Timnas Indonesia, namun berpotensi menimbulkan efek negatif dalam jangka panjang jika tidak diimbangi dengan pengembangan pemain lokal. Dalam perspektif behavioral, rekrutmen pemain diaspora bertindak sebagai reinforcement positif bagi performa timnas. Namun, jika terlalu sering dilakukan, dapat menyebabkan learned dependency, di mana PSSI dan Timnas bergantung pada pemain diaspora dan mengabaikan pembinaan pemain lokal. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang seimbang, termasuk penerapan pendekatan shaping untuk memotivasi pemain lokal agar mencapai standar yang lebih tinggi.
Di sisi lain, pemain diaspora tetap memiliki peran penting sebagai model perilaku bagi pemain lokal, membantu menciptakan budaya disiplin dan profesional dalam timnas. Dengan manajemen yang tepat, pendekatan berbasis psikologi behavioral dapat mendorong pengembangan pemain lokal yang berdaya saing tinggi, sambil memanfaatkan pemain diaspora sebagai inspirasi, bukan sebagai ketergantungan.
ADVERTISEMENT