Konten dari Pengguna

Impian yang Tertunda: Merelakan Pilihan yang Tak Sesuai Harapan

Shania Maulidya Kinaya
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
5 November 2024 13:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shania Maulidya Kinaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ilustrasi penyesalan seseorang (https://pixabay.com/id/images/search/penyesalan/)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi penyesalan seseorang (https://pixabay.com/id/images/search/penyesalan/)
Dalam hidup, seringkali kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang tidak mudah. Seperti kata pepatah, "antara dua pilihan tak ada yang benar-benar mudah, kita tak bisa memanjat dua pohon sekaligus". Teman saya, Jasmin, kini berada di pilihan yang tidak mudah itu. Dia terjebak dalam dilema yang membuatnya gelisah antara mengejar impian di salah satu universitas atau melanjutkan sebagai mahasiswa di universitas yang bukan pilihannya sekarang.
ADVERTISEMENT
Dia masih belum ikhlas untuk merelakan universitas impiannya dan sementara dia juga tidak mendapat izin untuk pindah karena yang diinginkan kedua orangtuanya adalah dia masuk universitas kedinasan dan tidak hanya itu, kedua orangtuanya pun sudah membayar uang pangkal di universitas yang sedang dia jalani sekarang. Dalam wawancara kali ini, saya berusaha menggali lebih dalam tentang perasaannya, tantangan yang dihadapinya, dan langkah apa yang mungkin akan diambilnya.
Kalaupun dia mengikuti UTBK tahun depan dan lolos di universitas impiannya orang tua akan senang dan mendukungnya. Dukungan orang tua merupakan sistem dukungan sosial yang terpenting pada masa remaja karena berhubungan erat dengan kesuksesan akademis, konsep diri, harga diri, percaya diri, motivasi dan kesehatan mental. Keterlibatan orang tua merupakan proses keterlibatan keluarga yang meliputi sikap, nilai-nilai, dan praktik orang tua dalam membesarkan anaknya. Keterlibatan orang tua akan mendorong untuk mengembangkan rasa memiliki, menghargai diri sendiri, dan aman (Sinaga, 2018 dalam Sari Hanifa, 2022).
ADVERTISEMENT
Jika memang masih belum bisa terwujud, mungkin Tuhan mempunyai rencana yang lebih baik di universitas yang sedang dia jalani sekarang, bukan? perlahan-lahan harus bisa mengikhlaskan walaupun berat. Seseorang bisa menyesal karena perbuatan yang telah dilakukan atau gagal untuk dilakukan. Hal yang menarik dari penyesalan adalah perbuatan yang gagal untuk dilakukan menyebabkan penyesalan yang lebih lama dan mendalam dibandingkan yang sudah dilakukan.
Setidaknya ketika kamu mengalami penyesalan atas hal yang sudah kamu lakukan, kamu telah merasakan segala sesuatu yang berdampak dari tindakan tersebut. Tidak ada sebuah khayalan atau prakira yang belum pasti karena kamu sudah merasakannya. Penyesalan akan terus menanti karena manusia hidup di antara pilihan. Tanpa bisa tahu lebih dulu mana yang memang baik buat dirinya.
ADVERTISEMENT
Tantangannya juga sudah pasti tidak mudah bagi dia yang berat hati menerima yang bukan pilihannya, mulai dari merasa gagal karena tertolak universitas impiannya dan juga iri pastinya dengan melihat kawan yang lain lolos di universitas impiannya. Inilah fase awal seseorang saat menjalani sesuatu setelah ia gagal dengan pilihannya. Proses penerimaan diri yang ia jalani dalam menghadapi kenyataan hidup yang tidak selalu sesuai dengan keinginan.
Tidak peduli berapa banyak kesalahan yang Anda buat pada masa lalu dan berapa kali Anda terlambat gagal, apa yang ada di sini sekarang adalah apa yang paling penting. Tidak ada yang sempurna, dan kegagalan adalah bagian penting dari kehidupan. Jadi, belajarlah dari masa lalu Anda, namun jangan melekat padanya. Bergeraklah maju, tanpa penyesalan ( Dewi Indra, 2019).
ADVERTISEMENT
Belajar untuk melepaskan masa lalu akan memungkinkan Anda untuk berkembang menjadi seseorang yang lebih baik dari diri sendiri dan beradaptasi dengan keadaan baru, tanpa beban mental dan emosional (Dewi Indra, 2019).
Shania Maulidya Kinaya, mahasiswa Kosmetik dan Perawatan Kecantikan UNJ.