Konten dari Pengguna

Wisata Lokasi Film jadi Sumber Cuan bagi Warga Lokal

Gema Saskia Hidayat
Mahasiswa di Yogyakarta.
13 November 2024 20:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gema Saskia Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gunung Bromo pernah menjadi lokasi syuting film The Creator. /@Gema Saskia Hidayat/
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Bromo pernah menjadi lokasi syuting film The Creator. /@Gema Saskia Hidayat/
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda melihat sebuah film dengan latar yang menakjubkan, seperti sunset yang indah, pemandangan yang memukau, atau tempat yang estetik? Saat melihat itu, apakah Anda merasa tertarik untuk mengunjungi lokasi tersebut? Jika iya, itulah salah satu dampak dari industri film dalam sektor pariwisata.
ADVERTISEMENT
Lokasi syuting film yang indah sangat memiliki potensi dan berpeluang untuk dikembangkan menjadi sebuah daya tarik wisata. Dari sini, dapat kita pahami bahwa wisata film adalah aktivitas wisatawan yang mengunjungi lokasi-lokasi film sebagai bagian dari perjalanan mereka.
Industri film memberikan peluang besar dalam pengembangan pariwisata di Indonesia. Bagaimana tidak, keindahan alam dan keragaman budaya yang ditampilkan dalam film mampu menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke lokasi-lokasi tersebut. Di samping itu, sengaja atau tidak sengaja, sadar atau tidak sadar, film juga berfungsi sebagai sarana promosi tempat wisata. Tak jarang penonton terpukau oleh latar belakang film dan merasa tertarik untuk datang, sehingga tempat yang sebelumnya sepi bisa tiba-tiba ramai didatangi pengunjung. Terlebih jika filmnya populer, jumlah pengunjung yang datang biasanya akan meningkat secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Dari meningkatnya angka kunjungan tersebut, wisata ke lokasi film tentu membawa dampak positif bagi perekonomian masyarakat setempat karena akan semakin banyak pula yang membelanjakan uang di area tersebut, baik untuk akomodasi, makanan, suvenir, dan kegiatan lainnya. Jadi seiring meningkatnya kunjungan, penduduk setempat dapat memanfaatkannya untuk memperoleh penghasilan tambahan. Mereka bisa berkontribusi dengan menyediakan layanan atau produk yang menunjang kebutuhan para wisatawan, sehingga terlibat aktif dalam pengembangan ekonomi berbasis komunitas.
Wisata film yang populer juga cenderung tidak musiman karena daya tariknya bisa bertahan dalam jangka panjang. Hal ini dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar dan bisa menjadi pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan mereka.
Pekerjaan yang dapat dilakukan warga setempat di lokasi wisata film cukup beragam. Mereka bisa menjadi pemandu tur yang menceritakan kisah menarik seputar lokasi syuting dan sejarah tempat tersebut.
ADVERTISEMENT
Warga juga dapat menyediakan penginapan seperti homestay yang lebih ramah kantong dibandingkan hotel, atau menyediakan pengalaman menginap yang khas dan autentik. Dengan membuka rumah mereka sebagai homestay, warga juga bisa berinteraksi langsung dengan wisatawan, yang sering kali tertarik mendengar cerita langsung dari orang yang tahu banyak tentang lokasi film tersebut.
Selain akomodasi, warga juga bisa menjajakan kuliner lokal atau bahkan menu-menu yang terinspirasi dari adegan di film. Misalnya, jika dalam film tersebut ada adegan yang menampilkan makanan khas tertentu, masyarakat bisa membuat variasi menu yang menjadi daya tarik tersendiri. Dengan cara ini, pengunjung mendapat pengalaman wisata yang lebih mendalam dan otentik, sementara masyarakat mendapatkan kesempatan meraup keuntungan.
Para pengunjung lokasi wisata film sering kali ingin berfoto dengan latar yang sama seperti di film, sehingga jasa fotografi juga berpotensi menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan. Warga bisa menawarkan jasa foto dengan properti atau kostum khas yang muncul di film, memberikan pengalaman yang berbeda dari sekadar swafoto biasa. Selain itu, warga lokal dapat memproduksi suvenir dengan desain yang terkait dengan lokasi atau adegan film tersebut, seperti miniatur bangunan, baju, atau aksesori khas, yang dapat dijual sebagai kenang-kenangan. Produk-produk suvenir ini bisa menjadi oleh-oleh yang unik dan berkesan bagi para pengunjung.
Pulau Lengkuas di Belitung menawarkan keindahan alam dan berbagai aktivitas untuk dilakukan, seperti berfoto, menyewa kapal, menaiki mercusuar, dsb. /Pexels @Pawit Wahib/
Contoh nyata dari fenomena ini bisa kita lihat pada lokasi syuting film Laskar Pelangi di Belitung. Setelah film ini sukses besar dan menarik perhatian publik, wisatawan mulai berdatangan ke Belitung untuk melihat lokasi-lokasi syutingnya. Dampaknya, masyarakat setempat semakin kreatif dalam menciptakan peluang usaha, seperti dengan menjual suvenir bertema Laskar Pelangi, membuka jasa tur napak tilas ke lokasi-lokasi syuting, hingga membuka restoran yang menampilkan suasana mirip dengan adegan di film. Hal ini jelas memberikan dampak ekonomi yang positif bagi warga lokal dalam menemukan sumber pendapatan baru.
ADVERTISEMENT
Sudah banyak contoh lokasi film yang berhasil berkembang menjadi daya tarik wisata setelah produksi film selesai. Dengan cara inilah lokasi film dapat bermanfaat untuk industri pariwisata sekaligus sebagai sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat setempat.
Peluang ini pun tidak lepas dari perhatian pemerintah. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Indonesia telah menggalakkan kolaborasi dengan komunitas film untuk menggunakan desa wisata sebagai lokasi syuting. Kebijakan ini tidak hanya bertujuan meningkatkan daya tarik desa wisata tersebut, tetapi juga mendorong agar masyarakat desa bisa langsung menikmati hasil dari kedatangan wisatawan. Dengan adanya kunjungan wisatawan, pemerintah berharap masyarakat lokal dapat ikut serta dalam upaya pengembangan pariwisata, memperkuat ekonomi lokal, dan mengurangi urbanisasi karena lapangan kerja tersedia di desa mereka sendiri.
ADVERTISEMENT