Konten dari Pengguna

Krisis Spiritual di Era Modern

Muhammad Rasyid Ridho
Mahasiswa Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Perbankan Syariah
6 Juli 2023 14:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rasyid Ridho tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi krisis spiritual. foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi krisis spiritual. foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Spiritualitas adalah kepercayaan akan adanya kekuatan nonfisik yang lebih besar dari kekuatan diri, suatu kesadaran yang menghubungkan langsung dengan Tuhan (Suryahim, 2020). Spiritualitas sangat penting keberadaannya dalam hidup, karena akan memberikan makna akan hidup. Dengan adanya spiritualitas yang ada dalam diri manusia, manusia mengetahui seberapa berharganya hidup dan tahu akan tujuan dari hidupnya sehingga akan menciptakan kebahagiaan bagi orang tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun tak dapat dipungkiri bahwa seiring berkembangnya pengetahuan dan teknologi, terjadi pergeseran dalam aspek kehidupan sehingga agama kurang diperhatikan. Manusia semakin mendewa-dewakan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa diiringi oleh nilai keilahian. Akibatnya, menciptakan fenomena krisis spiritual yang terjadi di era modern ini.
Krisis spiritual sendiri dapat diartikan sebagai sifat kerohanian yang sedang sakit di mana terjadi pengingkaran unsur-unsur ketuhanan dalam dirinya. Tentunya akibat dari memudarnya spiritualitas dalam diri manusia akan memberikan dampak buruk dalam kehidupan orang tersebut bahkan kehidupan bersosial. Krisis spiritual menyebabkan munculnya kecemasan, kegelisahan, dan kehampaan eksistensial.
Selain itu, akibat dari krisis spiritual adalah menimbulkan masalah sosial lainnya, yaitu keinginan untuk berkuasa, mencari kenikmatan hidup, menimbun harta, kurang bersosialisasi, dan memiliki kecenderungan libido yang tinggi, sehingga masalah sosial tersebut dapat berujung pada kriminalitas, kekerasan, bunuh diri, dan perilaku menyimpang lainnya (Suryahim, 2020).
ADVERTISEMENT
Terjadinya modernisasi menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat materil, seperti materialistis, individualisme, dan hedonisme. Sehingga hal-hal spiritual sangat mudah untuk tergeser. Di era modernisasi, masyarakat berlomba-lomba untuk meraih kenikmatan atau kebahagiaan dunia tanpa mempedulikan unsur spiritualnya. Di era modern, sangat mudah ditemukan orang-orang yang dalam kehidupannya hanya memikirkan hal duniawi saja. Dengan demikian, tidak adanya kenikmatan rohani yang dirasakan sehingga akan memunculkan rasa hampa akan hidup.
Ketua Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Fathurrahman Kamal mengungkapkan bahwa masyarakat modern cenderung mengalami kegersangan rohani serta penyimpangan moral dan sosial, “Timbulnya ragam masalah ini sebagai akibat dari orientasi hidup yang serba rasional-instrumental hingga kehilangan makna-makna rohaniah yang otentik. Kebudayaan modern juga memiliki sisi gelap seperti materialisme, kesenangan inderawi (hedonisme), dan peniadaan nilai-nilai (nihilisme),” ujarnya dalam Pengajian Ramadan PP Muhammadiyah (Ilham, 2023).
ADVERTISEMENT
Krisis spiritual tidak akan terjadi begitu saja, ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi memudarnya spiritualisme (krisis spiritual) dalam diri seseorang. Terdapat berbagai penyebab terjadinya krisis spiritual, diantaranya melekatnya saintisme, paham bahwa spiritualisme (agama) bersifat arogan, dan berorientasi terhadap dunia.
Pertama, melekatnya saintisme di mana semakin berkembangnya pengetahuan dan teknologi, semakin berkembang pula paham saintisme. Di mana semakin banyak munculnya sains modern yang memiliki paham bahwa segala sesuatu dapat dialihkan ke dalam ranah fisika atau pemikiran ilmiah tanpa ingin mempercayai bahwa terdapat kemungkinan bahwa adanya pandangan non-saintifik. Tanpa menyadari bahwa paham saintisme hanya terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik, padahal terdapat pandangan alternatif yang berasal dari doktrin tradisional bahwasanya ada hubungan antara alam fisik dengan rohani.
ADVERTISEMENT
Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang penuh akan keraguan, sehingga apabila terjadi suatu peristiwa maka manusia akan mencari kebenaran tersebut yang dapat diverifikasi secara empiris. Apabila tidak mendapat jawaban yang rasional atau logis, maka manusia akan cenderung mempertanyakan dan meragukannya sehingga pada akhirnya manusia tidak akan mempercayai unsur spiritual karena dianggap irasional. Hal ini bertolak belakang dengan perspektif Islam. Di dalam Al-Quran, terlihat jelas bahwa rasionalitas menjadi dasar utama yang membahas mengenai wahyu. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah.
ADVERTISEMENT
Kedua, paham bahwa spiritualisme (agama) bersifat arogan. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang bebas, sehingga memiliki keinginan untuk mencoba banyak hal dan bereksperimen. Namun, suatu agama memiliki batas tertentu untuk mengekspresikan kebahagiaan apalagi di luar ajaran agama tersebut. Hal tersebut dianggap sebagai kekangan bagi beberapa orang dan menganggap agama arogan ketika mengeklaim suatu kebenaran secara absolut tanpa dapat dipikirkan secara rasional.
Pemahaman ini tentunya tidak sejalan dengan perspektif Islam. Kebenaran dalam agama Islam sangatlah rasional, di mana Islam adalah awal kelahiran intelek induktif. Justru Islam adalah tuntunan spiritual untuk menerangi akal agar berfungsi dengan baik dan memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang suatu realitas karena Allah SWT telah menciptakan segala petunjuknya. Sebagaimana dalam firman Allah.
ADVERTISEMENT
Ketiga, berorientasi terhadap dunia yang ciri utama lunturnya spiritualitas adalah menonjolnya sifat materialistis, individualisme, dan hedonisme. Penyebab yang satu ini membuat manusia seakan sibuk untuk mengejar cita-cita dunianya tanpa ingat untuk bersosialisasi dan juga kepentingan rohaninya.
Apabila seseorang telah dibutakan oleh kenikmatan dunia maka tak akan ada rasa cukup bagi dirinya, dan akan terus mengejar hal-hal duniawi. Islam mengajarkan untuk menyeimbangkan antara dunia dan akhirat agar terciptanya kestabilan hidup dan munculnya rasa cukup akan apa yang dimiliki. Sesuai dengan firman Allah.
ADVERTISEMENT
Beranjak dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual diartikan sebagai sifat kerohanian yang sedang sakit di mana terjadi pengingkaran unsur-unsur ketuhanan dalam dirinya. Terdapat tiga penyebab terjadinya krisis spiritual, yaitu melekatnya saintisme, paham bahwa spiritualisme (agama) bersifat arogan, dan berorientasi terhadap dunia. Pada dasarnya ajaran-ajaran dalam Islam mampu menjawab semua pertanyaan serta keraguan yang dapat menciptakan munculnya krisis spiritual.
Adanya paham bahwa agama irasional adalah karena tidak berfungsinya akal dengan baik, sehingga tidak mampu menerima kebenaran yang ada di dalam Al-Quran. Krisis spiritual menyebabkan munculnya banyak perilaku menyimpang dan sifat buruk lainnya, sehingga krisis spiritual tidak dapat dianggap wajar dan harus segera diatasi karena dapat mempengaruhi kehidupan dan keamanan bersosial.
ADVERTISEMENT
Daftar Bacaan
Ilham. (2023). Manusia Modern Krisis Spiritual, Agama Sebagai Solusinya!. Muhammadiyah.or.Id. https://muhammadiyah.or.id/manusia-modern-krisis-spiritual-agama-sebagai-solusinya/
Suryahim, I. (2020). Dzikir dan Krisis Spiritual Manusia Modern. Jurnal Fakultas Ilmu Keislaman, 1(1), 40–45. https://www.jurnal.unisa.ac.id/index.php/jfik/article/view/37