Konten dari Pengguna

Baruna Pratidina

Fandi Achmad Fahrezi
Fandi Achmad Fahrezi FKIP Pendidikan Sejarah Universitas Jember
18 Oktober 2024 13:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fandi Achmad Fahrezi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pixabau.com
zoom-in-whitePerbesar
pixabau.com
ADVERTISEMENT
Ibu!!! Kaos kaki ku dimana? Teriak Baruna yang sedang tergopoh-gopoh mempersiapkan diri untuk berlatih sepak bola
ADVERTISEMENT
"Coba cari di sepatu sekolahmu nak!"
Putra si mata wayang Yamuna dan Sagara ini tumbuh menjadi pemuda yang menggemari dunia sepak bola.
Tunggal
Rambutnya yang bergelombang tertiup angin, hitam bola matanya menatap titik pojok atas di dalam gawang dan akhirnya tanpa perlu tangga kakinya melangkah dengan cepat dan menendang bola.
"Ahh sialann! masih meleset."
Kesempatan penalty yang terbuang itu, membuat Baruna menjadi ragu dalam setiap gerak-geriknya sampai membuat permainannya menjadi kacau dan perasaan galau menghantui dirinya hingga sampai rumah.
Mentari telah meninggalkan singgahsananya, pertanda telah tiba waktu makan bersama sambil melepas penat dengan bertukar cerita diantara keluarga.
Sagara melihat Baruna yang meratap tanpa menyantap makanannya
"Ada apa nak!"
ADVERTISEMENT
"Aku merasa menghancurkan permainan tadi sore karena gagal mencetak gol saat penalty, ayah."
Senyum Sagara menyungging dan bertanya
"Menurutmu, apa penyebabnya nak?"
"Aku bingung ayah, aku sudah berlatih mati-matian... Latihan fisik tanpa kenal lelah dan latihan taktik dengan sepenuh hati." Baruna menggerutu
"Lalu, apakah kau sudah percaya diri saat bertanding nak."
"Aku sempat goyah ayah, melihat postur tubuh lawan-lawanku, melihat gaya main mereka yang memanfaatkan bola-bola jauh dan bola-bola lambung, kepercayaan diriku mulai runtuh dan akhirnya, aku berkabung lantaran gagal memanfaat tendangan penalty."
"Lalu, apakah kau sudah tau penyebab kekalahanmu?"
"Sudah aku bilang, aku bingung ayah" Baruna memekik.
"Perhatikan nak, bahkan setelah melalui latihan keras, keyakinanmu dirobohkan oleh postur tubuh dan persaingan taktik... Coba pikirkan dari mana datangnya semua itu? Sahut Yamuna menimpali
ADVERTISEMENT
Baruna termenung selama beberapa menit. Lalu, menjawab "Apakah karena pikiranku?"
"Betul nak! Postur lawan dan strateginya membuat pikiranmu meragu dan mengaburkan kerasnya latihanmu dan cakapnya strategi tim mu." Sahut Sagara.
"Lalu, apakah tidak mustahil untuk mengendalikan pikiran yang tiap harinya di cekoki oleh puluhan ribu informasi, ayah?."
"Tentunya bisa! Semua itu terpancar dalam perasaanmu, coba ingat, ketika indra penglihatanmu melihat postur tubuh lawanmu sehingga mengirimkan sinyal keraguan dalam pikiranmu dan perasaanmu menjadi bimbang dan akhirnya semua itu mempengaruhi kekalahanmu."
Sagara meminum airnya dulu, lalu melanjutkan perkataanya.
"Kendalikan pikiranmu melalui menguasai perasaanmu nak... Ketika meragu, kukuhkan hatimu untuk kokoh... Bayangkan hal-hal keras yang telah kau lalui kemudian katakanlah dengan dengan sepenuh hati bahwa kau akan menang... Lalu, terimalah kemenangan dalam khayalan itu dan tariklah ia kepada realita."
ADVERTISEMENT
"Kondisi hatimu yang buruk mempengaruhi permainan tim mu nak, karena tanpa kau sadari, kau adalah magnet dalam kesebelasan itu"
Baruna terpukau dan menyadari kebenaran yang disampaikan oleh ayahnya."
Makan malam pun telah usai, kegelisan hati Baruna pun telah selesai. Keesokan harinya, ia mulai membiasakan hal hal baru, seperti, afirmasi diri dengan rinci, halusinasi afirmasi untuk mengendalikan pikiranya dan menjalankan latihan seperti sedia kala.
Setelah tiga hari berlatih fisik, strategi dan pengendalian diri... Tibalah pertandingan itu.
Sambil memejamkan matanya, Baruna berkata "Semesta akan menyuguhkan kemenangan untukku."
Akhirnya, Baruna tampil memukau... Gocekkan-gocekkan yang tak terprediksi membuat lawan kehilangan diksi, tendangan-tendanganya yang terukur membuat kiper kesulitan menghalau bola yang menuju pojok atas gawang. Hingga akhirnya, semesta benar-benar menyuguhkan kemenangan untuk Baruna.
ADVERTISEMENT