Konten dari Pengguna

Dayana Iskra Mochtar

Fandi Achmad Fahrezi
Fandi Achmad Fahrezi FKIP Pendidikan Sejarah Universitas Jember
12 Juli 2024 15:29 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fandi Achmad Fahrezi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"krtttt." Derit pintu masjid yang di dorong oleh Dayana. Tamara dan Jelita terperangah dengan kedatanganya. Mengenakan abaya berwarna biru pekat tanpa motif dan hijab yang menjulur hingga menutupi aurat yang dilengkapi dengan kaos kaki hitam melindungi kakinya membuat mata perempuan-perempuan yang hendak mengikuti kajian sore itu melebar terkesima.
ADVERTISEMENT
Bibir Tamara dan Jelita tak kunjung mengatup lantaran terkejut. Sebab, ini kali pertama Dayana mengikuti kajian dengan inisiatifnya sendiri setelah menolak ajakan dari teman sebaya.
Kilas Balik
Dayana Iskra Mochtar, seorang perempuan berusia 21 tahun yang memiliki mata coklat indah dan hidung layaknya seluncurnya anak TK. Kulitnya putih, dengan rahang tegas mirip seperti ibunya yang berasal dari Rusia. Sejak kecil, Ibu Dayana selalu memercik rasa ingin tahu dari putrinya dan membiasakanya untuk gemar membaca buku sehingga dewasa kini Dayana tumbuh menjadi seorang perempuan yang rutin mengkonsumsi buku. Buku tentang feminisme, psikologi dan akhir-akhir ini terpikat dengan buku-buku teologis. Ketertarikannya dengan buku-buku teologis terutama yang bernuansa islam berawal dari pertualangan di Pasar Rabu selepas subuh, saat ia hendak membeli batagor Bang Wisnu
ADVERTISEMENT
"Bang, 10 ribu seperti biasa"
sambil merampungkan pesanan sebelumnya, Bang Wisnu menjawab " Tanpa mentimun, tidak pedas dan bumbu kacangnya agak banyak kan? Ok na, ngantri ya."
Bang Wisnu dalam sekejap melirik Dayana yang berada di samping, seketika terkesiap "wihh rambut coklat nih sekarang, bondol lagi. Baju gombrong warna hitam, celana coldore army... makin mirip Billy Elish aja na."
" Yaelah, bisa aja bang."
Dayana membiarkan pandanganya berpetualang mengamati pasar guna melawan rasa jenuh lantaran harus menunggu. Petualangan tersebut berhenti pada 2 pedagang sayur yang saling berdempetan. Terheran-heran ia memandangnya... Memiliki barang dagang yang sama namun masih bersuka ria saling melempar sapa. Seolah-olah tak ada persaingan. Ia termangu, kemudian teringat bahwa perilaku seseorang ditimbulkan oleh nilai-nilai yang ia anut dan nilai-nilai tersebut ditanamkan oleh lingkungan tempat ia tumbuh. Lalu, ia mengerti kalau banyak pedagang di Pasar Rabu berasal dari Pilu. Sebuah kota kecil di sudut pulau imajinasi yang kental islami-nya.
ADVERTISEMENT
Terbesit tanya dalam benaknya " Apa sebenarnya yang Islam ajarkan."
"Na!! Nih batagornya udah jadi." Teriak bang Wisnu yang menjadi akhir dari lamunan Dayana.
Setelah itu, Dayana terbirit-birit menuju rumah sebab ia harus segera membangunkan adiknya untuk sekolah. Pasca itu, ia membenamkan dirinya di ranjang dalam kamarnya yang begitu minimalis. Rak buku berwarna putih, lemari putih dan meja kecil tempat ia berhias. Dinding kamarnya yang berwarna biru langit disertai beberapa foto polaroid yang bersanding dengan foto R.A Kartini membuat kamarnya begitu nyaman untuk ditempati.
Dayana bersandar pada sandaran di ujung ranjangnya sambil menikmati batagor dan memainkan gawainya. Satu ibu jarinya tampak begitu akrab dengan layar yang menyala itu... Ia menekan ikon WhatsApp dan membuka kolom status lalu menekan kontak yang bernama Tamara... Teman kuliahnya yang giat mengikuti kajian agama.Ternyata Tamara membagikan sebuah Pamflet kajian khusus perempuan di Masjid Ar Rahman yang bertemakan "Tabur-Tuai Amalan"
ADVERTISEMENT
Kembali di Masjid
pixabay.com
Mata Dayana hampir tak berkedip dikala menyaksikan kemegahan masjid Ar rahman. Atapnya bersusun tiga yang memiliki makna tiga tingkatan kesempurnaan hidup, yaitu: hakikat, syariat dan ma'rifat. Gerbangnya terbuat dari kayu jati yang dinamakan gapuro serapan kata ghafura yang berarti ampunan dosa-dosa. Di dalam masjid tertancap pilar-pilar kokoh dari kayu jati dan berlantaikan marmer Italia. Suasana Masjid Ar Rahman berhasil meredahkan dahaga akan estetika dan makna. Dayana memilih untuk duduk di pojok depan supaya dapat melihat Ustadzah Jessica dan mendengar setiap kalimatnya dengan jelas.
Ustadzah mengawali kajianya dengan bacaan basmalah kemudian membaca Surat Thaha ayat 25 supaya dimudahkan lisanya untuk menyampaikan risalah, Layaknya Musa.
Sepanjang kajian berlangsung, Dayana diam dan begitu serius memperhatikan. Sampai akhirnya, dibuka kesempatan untuk bertanya dan Dayana mengacungkan tangan kemudian melontarkan tanya.
ADVERTISEMENT
"Assalamualaikum Ustadzah, apakah kita diperkenankan untuk membalas perbuatan jahat seseorang kepada kita sebagai hasil yang ia tuai atas perbuatannya?
" Waalaikumsalam, Ibnu Taimiyah menyampaikan dalam Qa’idah fii Ash-Shabr bahwa terdapat tiga macam manusia dalam membalas dendam, yaitu: manusia yang dzalim (membalas lebih dari kewajaran), manusia yang muqtashid (membalas sewajarnya) dan manusia yang mushinun (memaafkan dan tidak membalas sama sekali)
Yang pertama tadi adalah yang Allah tidak sukai, mengacu pada pada hadits riwayat muslim 2577
Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,
"Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku tidak berbuat zalim dan Aku pun mengharamkan kalian berbuat zalim. Janganlah saling menzalimi satu sama lain.” Hadits lainya mengatakan bahwa hal demikian dapat menimbulkan kegelapan pada hari kiamat.
ADVERTISEMENT
Kedua, Orang yang membalas dengan sewajarnya mengacu pada firman dalam surat An Nahl 126
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.”
Dan dalil tadi juga dapat dijadikan landasan untuk bersikap Muhsin dan Allah juga mengatakan dalam surat An-Nur ayat 22
"Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
Terlebih lagi Allah juga menjanjikan pahala bagi orang yang bersifat demikian
"maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS. Asy-Syura: 40)
ADVERTISEMENT
Baik saya rasa itu sudah cukup untuk menjawab pertanyaanmu."
Dayana terkagum
"Cukup" sautnya
Hingga kajian usai, Dayana masih merenungi jawaban tadi dan tak usai sampai ia harus menyambungnya di tempat paling nyaman yang ia miliki. Kamarnya.
Otaknya terus bekerja, mencoba menyambungkan titik-titik tertentu supaya semakin mudah memahami.
Akhirnya, Dayana menyadari sesuatu. Ini mirip seperti Law of Attraction yang pernah ia pelajari di buku karya Rhonda Byrne The secret Law of Attraction. Apa yang dipikirkan, menentukan apa yang dikatakan dan apa yang dikatakan akan mendorong kita melakukan sebuah aksi untuk mewujudkan mimpi.
"Ampuni seperti kamu diampuni... Pahala... Sabar... Tenang." Ucap Dayana perlahan. Ia tersadar, kenapa tak perlu membalas dendam? sebab dia pun insan berdosa yang diampuni serta dia akan mendapatkan pahala yang bonusnya adalah ketenangan. Ia juga menyadari bahwa di setiap cerita, perintah atau larangan dalam Al Qur'an hampir selalu ditutup dengan Nama Allah sebagai upaya pengokohan keyakinan.
ADVERTISEMENT
"Hmm, apa yang aku pandang tadi pagi juga demikian, mereka menyakini bahwa yang tertakar tak akan tertukar... Lalu, atas keyakinanya itu, mereka dijauhkan dari rasa risau dan energi positifnya berhasil menarik pelanggan."
Bukan suatu yang mustahil. Pernah ada seseorang yang membuat api menjadi dingin sebab yakin akan tuhanya, pernah ada seseorang yang tetap hidup meskipun ditelan hiu dengan menyebut nama tuhanya.
Akhirnya, Dayana menemukan jawaban atas pertanyaan dan menjadi sosok yang gemar menebar energi positif di sekitarnya serta makin mantap dengan penampilan barunya.