Konten dari Pengguna

Keenam: Masjid dekat Sekolah

Fandi Achmad Fahrezi
Fandi Achmad Fahrezi FKIP Pendidikan Sejarah Universitas Jember
24 November 2024 9:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fandi Achmad Fahrezi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pixabay.ckm
zoom-in-whitePerbesar
pixabay.ckm
ADVERTISEMENT
Ekstrakulikuler
Suara seruan surau mulai terdengar... saatnya Baruna menghadap. Melewati gerbang sekolah, menyusuri jalanan masjid yang tak jauh dari sekolah. Mentari tampaknya mulai tersipu malu dihadapan rembulan... membuat langit biru gulita. Richie dan Baruna berbincang kecil sembari berjalan menuju masjid.
ADVERTISEMENT
"Bar, kapan kau akan mengerjakan PR sejarah" tanya Richie
"Ntahlah, mungkin besok sepulang sekolah toh di kumpulkanya dua hari lagi"
"Aku kerumahmu ya? ngerjain tugas bareng"
"Boleh saja, ci."
Dari tempat mereka, telah tampak kubah masjid yang dominan berwarna putih dengan secuil warna kuning yang menghiasi dan berbentuk seperti tempurung kura- kura. Di sebalah kanan dan kiri kubah tersebut terdapat satu menara pencakar langit yang berwarna putih bersih.
Baruna dan Richie telah sampai di Masjid... menuju batas suci lalu melepas sepatu dan kaos kaki yang mereka kenakan...menatanya agar rapi dan mudah ditemukan ketika hendak pergi... Menaiki enam tangga kecil, menapaki keramik dingin di Masjid kemudian menuju tempat wudhu.
Memutar daun keran, gemericik air mulai terdengar... Baruna berkumur sambil istinsyaq sebanyak tiga kali... segar sekali air membersihkan hidungnya. Membasuh wajah tiga kali, mengalirkan air dari telapak tangan hingga ke siku, kanan dan kiri. Kemudian, mengairi rambutnya juga sebanyak tiga kali dan membasuh kedua kakinya tiga kali sebagai penutup. Baruna tak melantunkan niat... sebab niat sudah ada di dalam hati ketika dia mendengar seruan tuhanya. Segar sekali mereka rasa.... seakan-akan air tersebut telah menarik kusam pada wajahnya... telah menghilangkan suntuk akan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
ADVERTISEMENT
Setelahnya, Baruna menuju ruang utama, ruang sholat di masjid. Di kelilingi oleh ukiran-ukiran ayat suci pada dinding-dindingnya, lampu-lampu menggelantung pada atap masjid. Diantara banyak pilar-pilang yang bertengger menyongkong bangunan masjid. Kokoh sekali. Masjid ini berlantaikan dua, lantai pertama untuk jamaah laki-laki dan lantai kedua untuk perempuan.
Jam digital di dinding menunjukan semenit lagi sholat Maghribkan diksnakan... Baruna mengeluarkan parfum roll on dari saku celananya, mengoleskanya ke pergelangan tangan dan sisi kan dan kiri lehernya... merapikan kembali kemeja putih dan celana kain biru yang ia gunakan.
Iqomah dilantukan... sepersekian detik kemudian Takbiratul ihram juga dilantunkan. Sang imam membaca alfatiha dengan irama nahawand... suara halus dengan sedikit meliuk sungguh membuat Baruna merasakan sedang di imami oleh Mishary Rasyid Alfasy. Setelahnya, sang imam membacakan surat Al Baqarah ayat 152-157
ADVERTISEMENT
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِl- ابِرِينَ ﴿١٥٥﴾ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴿١٥٦﴾ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innaa lillahi wainnaailaihiraaji’uun” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Setiap ayat dibacakan dengan penghayatan yang begitu dalam seolah-olah beliau merupakan salah satu orang yang berhasil ketika di uji yang maha kuasa.
ADVERTISEMENT
Ayat yang sama... dibahas pada mata pelajaran agama tadi pagi... Bu Nurul meminta anak-anak untuk membaca ayat itu secara bersamaan. Kemudian, beliau membacakan artinya dan juga tafsirnya.
Beliau berkata "Allah Subhanahu wa Ta’ala menyampaikan bahwa Dia pasti akan menguji hamba-hamba-Nya dengan berbagai macam ujian. Tujuannya adalah untuk membedakan siapa yang benar-benar jujur dalam keimanan dan siapa yang berdusta, serta siapa yang sabar dan siapa yang tidak. Ujian ini merupakan ketetapan Allah yang berlaku atas hamba-hamba-Nya. Jika orang-orang beriman terus-menerus diberi kesenangan tanpa adanya ujian, maka akan terjadi percampuran antara yang baik dan buruk, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan.
Dengan hikmah-Nya, Allah menetapkan adanya perbedaan antara orang yang baik dan yang buruk. Hal ini menunjukkan bahwa ujian diberikan bukan untuk menghapus keimanan atau mengeluarkan seseorang dari agamanya, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan keimanan hamba-Nya.
ADVERTISEMENT
Melalui ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Dia akan menguji manusia dengan sedikit rasa takut, seperti ancaman dari musuh, dan sedikit kelaparan. Ujian ini diberikan dalam kadar tertentu, karena jika manusia diuji dengan ketakutan dan kelaparan secara keseluruhan, mereka tidak akan mampu bertahan." Ingatan ini berkelindan dalam ingatan Baruna... membuat matanya berbinar-binar. Sholat berlangsung dengan khusyuk hingga selesai.
"Assalamualaikum Warahmatullah, Assalamualaikum Warahmatullahi."
Sholat telah usai, imam dan para jamaah pun menoleh perlahan ke kanan kemudian berganti ke kiri secara perlahan-lahan. Pujian-pujian kepada Allah dilantunkan, Pengampunan-pengampunan pun di sematkan hingga berdoa bersama. Shalat Maghrib telah usai... Para jamaah pun saling berjabat tangan. Beberapa orang meninggalkan tempat dan beberapa yang lain menjakankan sholat sunnah.
ADVERTISEMENT
Richie dan Baruna keluar dari ruangan tengah.
"Kau duluan saja, ayahku akan menjemputku disini" ujar Baruna
"Baiklah, Sampai jumpa!
Richie mulai meninggalkan Baruna, pundaknya perlahan-lahan hilang dari pandangan. Baruna menyandarkan punggungnya pada salah satu dinding di masjid dan merebahkan kedua kakinya. Menatap lamat-lamat sekitar... terdapat pria paruh baya membenamkan tubuhnya pada ubin masjid beralaskan jaket hijau untuk menyanggah kepalanya... terdapat teman sebaya yang asyik memainkan gawainya. Pandangan Baruna bagaikan Sonar yang mengirimkan getaran pada pikiranya... membuatnya berbincang-bincang tanpa bersuara
" Jika hukuman merupakan salah satu bentuk cinta, maka hukuman yang diberikan oleh Bu nurul kepada kawanku juga demikian, sepantasnya dan menimbulkan perbaikan. Lantas, mengapa orang tua kawanku hendak melaporkanya pada yang bertugas? Sungguh membingungkan... Hukuman bisa berbentuk cinta... cinta yang terukur pun bisa di hukum. Lantas, mana hukuman bagi cinta orang tua tersebut yang berlebihan? Mungkin nanti..."
ADVERTISEMENT
Lamunan Baruna diakhiri oleh bunyi klakson motor ayahnya.