Konten dari Pengguna

Lima: Kampungku

Fandi Achmad Fahrezi
Fandi Achmad Fahrezi FKIP Pendidikan Sejarah Universitas Jember
18 November 2024 11:15 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fandi Achmad Fahrezi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
pixabay.com
ADVERTISEMENT
Tempat Bertumbuh
Dua puluh rumah bertengger diatas tanah, hampir berdempetan. Namun, tak terlampau sempit. Apabila menaikkan pandangan sedikit dari atas tanah, terdapat kabel-kabel listrik yang tak beraturan adanya... Seakan-akan menjadi sekat untuk menikmati birunya cakrawala di kala pagi atau malam dan merusak jingga di sore hari.
ADVERTISEMENT
Warga kampung terbiasa menyambut pagi dengan berbagai kesibukanya masing-masing. Mulai dari mempersiapkan dagangan mie ayam, bapak-bapak yang telah usai melakukan ronda di pos dekat lapangan kecil di kampung, dan setiap warga kampung selalu menyimpulkan senyum dan bertegur sapa tiap kali bertemu. Sesederhana seperti "Pagi bu, hendak pergi kemana?" atau "Baru bangun nak?" suasana gotong royong begitu melekat di langit kampung Sawahan.
Suatu perkampungan di dalam kota yang dulunya merupakan daerah persawahan... tak lama kemudian datang seorang saudagar dermawan yang membeli wilayah persawahan dan membangun sebuah rumah di atasnya. Sisa tanahnya masih terlampau luas, sehingga ia menjualnya ke kolega-koleganya hingga sama-sama membangun rumah yang kemudian menjadi sebuah perkampungan.
Sore itu, sepulang sekolah, Baruna segera berganti pakaian bermain. "Baruunaa, Baruunaa, ayo main bola" Ajak temen baruna di depan pintu rumahnya.
ADVERTISEMENT
Anak-anak kampung sawahan terbiasa bermain bola di lapangan dekat sebuah mall di perkotaan. Lapangan tersebut juga sering digunakan anak kampung sebrang untuk bermain bola... Terkadang juga terjadi pertandingan antar kampung. Sedatangnya Baruna disana, ia disambut oleh enam temanya dan juga delapan anak dari kampung tempean.
Pertandingan pun berlangsung ala kadarnya dengan sandal-sandal sebagai tiang gawang, bola plastik yang diperebutkan dan di awali dengan melemparkan bola hingga menyundul langit. Baruna berhasil menerima bola dengan dadanya... umpan pendek ke sebelah kiri ia segerakan sebab telah dihadang oleh satu pemain lawan... Bola di terima dengan baik oleh Febry... Baruna melesat melewati pemain yang menghadangnya.... mencari ruang kosong di tengah dan bola di umpakan lagi ke Baruna. Tiki-taka yang dilakukan Baruna dan Febry berjalan mulus, membuat ketus dua pemain belakang yang tersisa... melakukan pengawalan ketat terhadap Baruna. Sayagnya, tak ada pertahanan yang tak bisa baruna longgarkan. La Croqueta Baruna lakukan... memindahkan bola dari kaki kiri ke kanan atau sebaliknya dengan cepat sehingga membuat lawan terkecoh. Satu pemain lewat, Baruna berlari dengan kencang sambil membawa bolanya... pemain lawan yang tadinya menjaga Febry pun melesat ke arah Baruna. Melesat... Baruna mawas, menengok Febry yang kosong tak terjaga... umpan melambung ia suguhkan ke pada Febry yang telah berdiri di sebalah kanan gawang... sedikit jauh dari kippe. Suguhan tersebut, di santap Febry dengan mantap... Menghasilkan tendangan yang begitu kencang... melewati kipper yang tak sanggup membendung.
ADVERTISEMENT
Gol!! Sorak sorai Febry sambil berlarian hendak memeluk Baruna. Kawan-kawan se-tim juga menyahut dengan sorai yang menggelegar. Sejauh apapun jarak pemain depan tim Baruna dengan para pemain lawan... tak akan ada offside. Setelah gol pertama tercipta, suasana persaingan mencuat tinggi pada lapangan. Beberapa menit kemudian, gol balasan berhasil diciptakan. Pertandingan semakin sengit. Matahari mulai tergelincir perlahan-perlahan... langit semakin meredup hingga terdengar bunyi Salawat tarhim sebagai pertanda pertandingan telah rampung. Skor dua-satu.... Kemenangan untuk tim Baruna.
Para pemain pun tergopoh-gopoh meninggalkan lapangan dalam keadaan kuyup bermandikan keringat. Beberapa dari mereka, mendapatkan perlakuan istimewa dengan di jemput langsung oleh ibunya yang membawa sapu lidi sebagai senjata... lari terbirit-birit ketakutan.
"Assalamualaikum, Baruna pulang."
ADVERTISEMENT
"Waalaikumsalam, langsung mandi bar terus siap-siap menunaikan sholat Maghrib terus makan malam"
"Iya bu"
Yamuna dan Sagara memang jarang memarahi Baruna semenjak anaknya telah berusia 14 tahun. Bagi mereka, telah usai masa perintah untuk Baruna... telah tiba masanya untuk percaya kepada Baruna dan sekaligus mengajarkanya untuk bertanggung jawab.
Sholat Maghrib telah ditunaikan... Yamuns segera menyiapkan tiga piring, tiga sendok, nasi dan lauk kesukaan keluarga.
"Tolong bawakan nasi ini ke meja makan ya" pinta Yamuna ke Sagara
"Baruna, tolong rapikan meja makan"
Yamuna membawa piring dan lauk kesukaan tersebut.
"WOWW! Cecek sapi bumbu kecap" Baruna menyeruu
Cecek sapi telah lama menjadi makanan favorit keluarga... Sagara menjadi penikmat pertamanya, di ikuti oleh Yamuna, diturunkan ke Baruna. Cecek sapi yang dipotong-potong hingga menjadi beberapa keping, di cuci kembali dan di campur adukkan dengan bumbu kecap yang telah di persiapkan. Bumbunya meresap, gurih dan sedikit sedap. Sempurna sekali rasanya.
ADVERTISEMENT
Tak heran jika piring segera berdenting tanda nasi dan lauk telah tandas dari piring Baruna dan Sagara.
"Belajar apa hari ini Nak?." Tanya Sagara
"yang paling berkesan sih, belajar membaca dan menghayati puisi, ayah."
" Kamu yang membaca?"
"Iya, di depan... membacakan penggalan puisi karya pak Sapardi yangg, eummm... pokok yang terkait bahasa Indonesia, Yah."
"Apa yang kau rasakan saat membacanya Nak" Yamuna menyela
" Seperti pengalaman hidup Pak Sapardi tentang hal-hal yang terjadi di Negeri ini, kalimat-kalimatnya seperti mengandung banyak arti, Bu.
Sambil membereskan piring-piring yang telah tandas, Yamuna menjawab
"Begitulah puisi nak, merangkum beberapa hal yang begitu rumit dalam sebuah kalimat... bahkan sepatah kata."
"Tadi, ada yang mengirim pesan ke ayah lagi Bar... kau iseng lagi ya"
ADVERTISEMENT
Baruna terkekeh, "iya ayah, selain itu... Baruna coba mengajarkan keyakinan yang ayah ajarkan ke Baruna... Baruna ajarkan ke Richie"
"Seperti apa?" tanya Sagara
" Jadi, Si Richie suka sama seseorang cewe, tapi dia kebingungan gimana caranya memulai... Baruna, suruh dia memejamkan mata sambil memberikan kata-kata afirmasi... Richie tenggelam hingga tak sadar bahwa istirahat telah usai dan kami meninggalkanya sendiri."
Satu keluarga tersebut terkekeh, meja makan menyisakan kebahagiaan.
"Tapi" sambung Baruna... "Benar-benar terjadi Ayah... perempuan yang Richie bayangkan benar-benar datang di hadapanya meskipun hanya untuk mengambil penjepit rambut yang tertinggal di kantin."
"begitu, Ya sudah. Are u Happy?
"Very Happy!"
"Ya sudah, mari bantu ibu membereskan semua ini" pinta Yamuna
"Baik, Bu."
ADVERTISEMENT