Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pekik Suara Perempuan
30 April 2025 21:51 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Fandi Achmad Fahrezi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Mengapa perempuan? dalam bahda sansekerta perempuan berasal dari kata empu yang berarti kemandirian. Sedangkan, dalam bahasa Banua kata empu secara harfiah berarti orang yang ahli dan berprestasi dalam bidang tertentu dan hampir senada dalam bahasa melayu empu berarti memberi yang hidup. Mengapa bukan Wanita?Dalam KBBI wanita diartikan sebagai perempuan dewasa atau kaum putri dewasa yang merujuk pada peran sosial sebagai istri atau ibu. Sedangkan, dalam bahasa jawa wanita berarti Wani Ditata yang artinya bisa di atur dan ada juga yang mengatakan Wanita dalam bahasa jawa itu berarti Wani Tapa yang menunjukan bahwa seorang wanita adalah sosok yang berani menderita bahkan untuk orang lain. Lalu, dalam bahasa Sansekerta Wanita diambik dari kata Wan yang berarti nafsu, sehingga mempunyai arti yang dinafsui. Silahkan dipilih mau pakai panggilan yang mana. Setidaknya, itulah yang tertulis dalam buku Perempuan Dalam Historiografi Indonesia (Eksistensi dan Dominasi)
ADVERTISEMENT
Bisu hingga Pekik
Pernah dengar kata-kata perempuan tanpa sejarah? Perempuan-perempuan yang terpinggirkan dan dipaksa untuk bisu. Di tahun 2007 ada sebuah penelitian tentang penerbitan buku setelah orde baru sampai di tahun tersebut. Thrismawati menuturkan dalam Penulisan Sejarah Indonesia bahwa Penerbitan buku melonjak drastis tetapi buku yang menulis tentang perempuan hanya 2 persen saja. 2 persen itu menulis tentang perempuan inspiratif yang berjuang dalam dunia pendidikan seperti Kartini dan Dewi Sartika dan perempuan yang maju ke Medan perang. Jarang sekali terdapat tulisan tentang perempuan yang mendidik karakter anak di rumah, perempuan yang menggembleng mentalitas dan menjadi penenang di dalam keluarga. Padahal, hal yang demikian sangat penting untuk ada karena banyak orang-orang hebat yang tak lepas dari pengaruh perempuan penopang ketentraman di dalam rumah. Inggit Ganarsih dan Fatmawati yang memekik dalam tindak-tanduknya seakan-sekan memberi gambaran kepada kita.
ADVERTISEMENT
Di tahun-tahun 2010 ke atas, penulisan tentang perempuan penopang ketentraman rumah tangga mulai muncul kepermukaan. Entah dalam bentuk kumpulan kisah ibu dari orang-orang ternama seperti buku Tak Masalah Jadi orang yang berbeda karya Kim-Doo Eung, Gadis Pantai karya pramodeya yang menguak kesewenang-wenangan Bendoro yang bisa ambil lalu ceraikan istri semaunya, Perempuan dalam cengkraman Militer yang menguak perempuan yang menjadi korban dari peperangan.
Tiap-tiap orang yang membaca buku Kim-Do-Eung akan mengerti bahwa perjuangan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bisa dilakukan di rumah, tiap-tiap yang membaca Gadis Pantai akan mengerti ketidakberdayaan perempuan terdahulu jika dihadapkan pada penguasa yang patriarkal, tiap-tiap yang membaca buku perempuan dalam cengkraman militer akan mengerti rasanya menjadi korban tapi diacuhkan dan tak berani bertutur pada siapapun karena takut dibombardir hinaan
ADVERTISEMENT
Adanya penulisan buku-buku tersebut seakan-akan memberi gambaran bahwa suara perempuan yang terpinggirkan telah memeki sehingga dapat menjadi pelajaran bagi manusia untuk menjadi manusia, dapat menjadi inspirasi bahwa menjadi ibu rumah tangga itu mulia bukan hina dina dan seakan-akan menyatakan bahwa setiap perempuan punya sejarahnya.