Konten dari Pengguna

Urusan Cinta Bukanlah Sesuatu yang Besar dan Sulit

Fandi Achmad Fahrezi
Fandi Achmad Fahrezi FKIP Pendidikan Sejarah Universitas Jember
11 November 2024 10:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fandi Achmad Fahrezi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
pixabay.com
ADVERTISEMENT
Populer
"Maaf kak, boleh minta nomer hpnya ga?"
Ucap seorang gadis yang mengidolakan Baruna
ADVERTISEMENT
Yaa, begitulah nasib pemain sepak bola atau futsal di SMA Taruna, terutama pemain yang beralis tajam, tatapan mata yang tenang dan rambut bergelombang yang meliuk-liuk diterpa angin. Ditambah, tubuhnya begitu Atletis dan juga cara bicaranya yang soft spoken kalau kata anak zaman sekarang.
"ehh iyaa boleh, catet ya"
Seperti biasa, Baruna tak pernah mendamba akan ketenaran dan tak begitu suka fanatisme perempuan-perempuan SMA yang begitu gandrung akan ketenaran sehingga mencari pasangan pemain bola atau laki-laki yang terkenal jago dalam berlaga. Lagi-lagi, ia memberikan nomer ayahnya... sudah terhitung 10x dan ayahnya selalu mengomel jika ada orang yang ga dikenal tiba-tiba mengirimkan pesan.
"Terima kasih kak"
Gadis itu meninggalkan kantin dengan rasa percaya diri yang setinggi langit.
ADVERTISEMENT
"Kau berikan nomer bapakmu lagi bar?"
Richie menyergah
"Yaa, mau gmna lagi cii, kalau ditolak pun akan bikin keributan dan ngeganggu suasana kantin yang sedang ramai ini, seperti biasanya. "
"Ya sudahlah bar... btw, emang gaada yang bikin lu tertarik?
Baruna menyeruput kuah soto yang menjadi satu-satunya makanan favorit di kantin SMA taruna... Setelah itu, ia menimpali
"Belum ada"
Richie menyeringgai "Dihh, gay lu yaa"
" lu kalii chii... gua mah karena belum mau aja."
"Why?"
Simpel
" Ya belum aja, urusan kyk gitu mah kagak usah dibuat sulit dan di ribetin... itu mah masalah kecil."
" lahh! itu mah buat lu bar... yang idola sekolahan... buat orang kyk gua inii gmnaa!" berbicara dengan nada melengking seperti kebiasaan Richie
ADVERTISEMENT
"yaelahh, gampangg chii... Sekarang gua tanya, lu suka sama siapa dan inget bukan sekedar suka... tapi, lu pengen cewe ini jadian sama lu."
"Nilna! Anak kelas 8f!
" Ok, lu ikutin instruksi gue"
"mau ngapain bar?" risau richie lantaran kapok menjadi korban kejahilan Baruna
" udahh, ikutin aja... Gua serius kok!"
" Cii, tutup mata lo"
" Bar! mau ngapain Bar!"
"Udah tutup aja Ci, percaya sama gua"
Richie terdiam sekejap, mengangguk dan mulsi memejamkan matanya
"Ciee, pertama lo harus percaya, bahwa lo skrng ga lagi dikantin yang rame dan berisik ini... ci, lo skrng ada di depan kelas, lagi duduk-duduk sendirian sambil nunggu kelas jam pertama di pagi hari"
ADVERTISEMENT
Richie, mulai menghayati... Tenggelam, mengikuti instruksi Baruna
"Nah, pas lo lagi nyantai itu... lu ngeliat si Nilna yang berbondong-bondong ngedeketin lu sambil ngebawa buku tulis berwarna biru dengan gambar pororo"
"Dia makin deket ci! Rambutnya yang terurai menari-menari di tiup angin, senyumnya merekah ci seolah-olah lagi pamer lesung pipit, pupil matanya besar dan hidungnya mancung lengkap dengan setitik tompelnya"
Senyum Richie menyimpul salah tingkah. " Saatnya jam Kelima di mulai" Tanda bahwa istirahat telah usai. Namun, bunyi itu tampak sunyi di telinga Richie. Baruna memberi kode kepada Axel dan Rizky untuk kembali ke kelas dulu.
"Dia udah berhadap-hadapan sama loe bahkan tatap-tatapan ci... terus dia tanya soal tugasnya dan lo bisa ngebantu cie... bayangin betapa senengnya lo cie, seolah-olah bumi berhenti berputar dan lo ngerusak lagu bernadya ci"
ADVERTISEMENT
Perlahan-lahan, Baruna mulai beridri sambil memberikan instruksi ke Richie untuk tetap membayangkan. Suara Baruna pun telah sirna sepenuhnya, ia telah kembali ke kelas dan meninggal Richie yang tenggelam dalam realita yang ia ciptakan sendiri seperti sedang bermeditasi.
5 menit lamanya Richie tersenyum-senyum sendiri... Hingga Akhirnya, Nilna datang dengan maksud mengambil penjepit rambutnya yang ketinggalan di kantin. Menyaksikan Richie yang sedang terpejam dan senyum-senyum sendiri... Nilna berdecak
"ckk, ngapain sih, sendirian, senyum-senyum sendiri lagi" tutur batin Nilna
Nilna yang telah menjepit rambutnya yang sebelumnya terurai pun menghampiri Richie
"Bang? Bang? abang gpp?" sambil menepuk-nepuk pundak Richie tiha kali
Richie teperanjat, mendesis sambil tetap mencoba tenang melihat teman-temanya yang telah menghilang
ADVERTISEMENT
" ehh Nilna, gpp nil. Abang lagi berdoa sebelum kelas, soalnya bentar lagi bakal ada ujian harian." Tetapi, Richie ngebatin "Kampret si Baruna"
"Nilna ngapain? bukanya kelas udah mulai? tanya Richie memecah lenggang tiga detik yang lalu
" Ini bang, ngambil penjepit rambut... skrng kelasnya Bu Alfia, ga dibolehin masuk kelas kalo rambutnya terurai... yaudah deh bang, Nilna mau masuk kelas dulu." Ujar nilna
" Iya nill... makasih dan hati-hati ya"
"makasih buat apa bang?"
"makasih karena udah perhatian dan hati-hati saat jalan ke kelas"
" ohh, ok bang... terima kasih juga"
Nilna melesat menuju kelasnya. Sementara Richie menghela napas sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Setelah itu, ia pun meringsut menuju kelas dengan niat ingin memaki Baruna dulu baru berterima kasih.
ADVERTISEMENT