Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pentingnya Memilih Pergaulan di Sekolah
20 November 2024 9:47 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Muchsin Zimah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Reza adalah seorang remaja berusia 16 tahun yang awalnya dikenal sebagai siswa yang rajin dan berprestasi. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana yang sangat memperhatikan pendidikan dan moral. Orang tuanya selalu mengingatkan pentingnya disiplin dan memilih teman yang baik. Namun, segalanya mulai berubah ketika Reza duduk di bangku kelas 10
ADVERTISEMENT
Di sekolah, Reza mulai mengenal sekelompok teman baru yang sering terlihat keren dan percaya diri. Mereka sering menjadi pusat perhatian di sekolah, meskipun dikenal karena perilaku mereka yang buruk. Mereka sering bolos, merokok di belakang gedung sekolah, hingga terlibat aksi vandal seperti mencorat-coret dinding kelas. Awalnya, Reza hanya diam dan mengamati mereka. Namun, karena ingin dianggap "gaul" dan diterima oleh kelompok itu, ia mulai ikut bergabung.
Pada awalnya, ia hanya mengikuti aktivitas kecil seperti nongkrong di luar jam sekolah atau bolos beberapa mata pelajaran. Namun, lama-kelamaan ia terpengaruh lebih jauh. Reza mulai meninggalkan tanggung jawabnya sebagai siswa. Tugas sekolah diabaikan, nilai-nilainya merosot drastis, dan ia sering membantah guru yang menegurnya. Bahkan, ia mulai berani merokok bersama teman-temannya dan terlibat dalam tawuran antar kelompok pelajar.
ADVERTISEMENT
Puncaknya, Reza dan teman-temannya tertangkap mencuri barang dari ruang guru, sebuah tindakan yang mereka anggap sekadar "main-main." Namun, pihak sekolah menganggap hal itu sebagai pelanggaran serius. Kepala sekolah memanggil Reza beserta orang tuanya ke kantor untuk membicarakan konsekuensinya. Setelah diskusi panjang, pihak sekolah memutuskan untuk mengeluarkan Reza sebagai bentuk sanksi.
Keputusan itu menjadi titik balik dalam hidup Reza. Ia melihat kekecewaan mendalam di wajah orang tuanya, terutama ibunya yang menangis mendengar keputusan tersebut. Saat itu, Reza menyadari bahwa perbuatannya telah melampaui batas. Penyesalan menyelimuti hatinya, tetapi ia juga tahu bahwa semua sudah terjadi.
Setelah dikeluarkan dari sekolah, Reza merasa hidupnya berantakan. Namun, berkat dukungan keluarganya, ia mulai bangkit. Orang tuanya mendaftarkannya ke sekolah baru, dan mereka juga membawanya ke konseling untuk membantu Reza memahami dan mengatasi pengaruh buruk dari lingkungannya. Meskipun awalnya sulit, Reza bertekad untuk memperbaiki diri. Ia mulai menjauh dari teman-teman lamanya dan fokus pada pendidikan.
ADVERTISEMENT