Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Ketika Cinta Membisu
16 Maret 2021 11:56 WIB
Tulisan dari Rahmatul akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Rahmatul Akbar
Cinta membisu bukan karena ia lemah, dan bukan berarti ia tidak mampu untuk mengungkapkan. Cinta membisu karna ia tidak sanggup mejadi beban dalam perasaan.
ADVERTISEMENT
Dia indah di layar muka dengan senyumnya, namun ia sakit di belakang muka manisnya.
Itu lah cinta, mudah diucapkan, sangat susah diartikan dalam penerapan.
Terkadang sakit yang ia rasakan tatkala membisu, tak sebanding dengan apa yang ia rasakan ketika ada yang mendahului saat berpacu.
Ketika kabar yang samar terdengar semakin jelas bahwa yang dicinta sudah dilamar, seakan telinga pencari kebenaran kabar berpaling enggan mendengar.
Saat itu orang ketiga bagaikan duri yang terbawa saat bermain dari taman, hari-hari nan indah menjadi gelap ditetesi tinta hitam yang harus dilawan.
Dada sesak serasa sempit, padahal langit dan bumi enggan menjepit.
Terlihat awan sangat cerah enggan mendung, namun pipi tetap basah akibat air mata yang tak terbendung.
ADVERTISEMENT
Seketika tidur nyenyak bagiakan agan-agan, dan bersanding dengan yang dicinta hanyalah fatamorgana hayalan.
Dengan sepontan mengatakan “Oh Tuhan, aku menyesal kenal cinta,” tapi hati senandung merayu keyakinan agar tegar, karna itu takdir dari Sang Pencipta.
“ Cinta adalah takdir” perkataan itu memang benar, namun dia sebuah takdir yang diawali usaha dan diakhiri dengan hasil yang luar biasa buah dari “Sabar.”
Jalanya adalah iktiar dan do’a , tujuannya adalah ridho dari Sang Pemilik cinta.
Dari kejauhan terlihat orang yang melambaikan tangan dan berteriak seraya berkata: “Wahai pecinta sesungguhnya engkau melampaui batas.” Jiwa raga seketika runtuh seakan mengingatkan cinta dari atas yang tak tebatas.
Cinta adalah perang, apabila kalah, maka lara akan bersemayam di hati, membuatnya resah.
ADVERTISEMENT
Saat itu lembaran-lembaran hati diangkat dari berangkas keputus asaan, dengan membawa “Ikhlas” sebagai tameng diri saat melawan kekecewaan.
Ketika cinta membisu bagaikan problematika kehidupan, mendapat jawaban yang tidak sesuai keinginan.
Maka Dia lah dzat yang satu, selalu mendengar tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Dia lah dzat yang satu, ketika kalbu yang terdampar di gurun pasir sedang merindu.
Ketika sujud dan ruku’ tak sesuai dengan tatacara ibadah semestinya, itulah awal penghianatan cinta membuat do’a tak diterima di sisi-Nya.
Tersingkaplah hakikat cinta, terkadang membawa bahagia, saat amalan cinta subur secara merata, terkadang membawa prahara, saat dahan cinta rapuh dengan secercah dosa.