Konten dari Pengguna

Konstruksi Gender oleh Media Massa dalam Sudut Pandang Konstruktivisme

Ni Putu Fika Risma Natalia
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Udayana
23 Oktober 2024 11:58 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ni Putu Fika Risma Natalia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: https://www.istockphoto.com/id/vektor/konsep-berita-dan-jurnalis-gm635872718-112463613?searchscope=image%2Cfilm. Media massa bersinergi dalam pembentukkan pola pemahaman khalayak mengenai suatu isu tertentu.
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://www.istockphoto.com/id/vektor/konsep-berita-dan-jurnalis-gm635872718-112463613?searchscope=image%2Cfilm. Media massa bersinergi dalam pembentukkan pola pemahaman khalayak mengenai suatu isu tertentu.
ADVERTISEMENT
Fika Risma, Denpasar, 22/10/2014- Media massa memiliki peran yang krusial dalam membentuk dan memengaruhi persepsi gender di masyarakat. Dalam era informasi saat ini bahwa berbagai platform media baik tradisional maupun digital menjadi sarana utama dalam penyampaian narasi dan citra yang berkaitan dengan gender. Media tidak hanya berfungsi sebagai saluran informasi tetapi juga sebagai arena di mana norma dan nilai-nilai sosial diciptakan dan dipertahankan. Sering kali bahwa representasi gender dalam media terpengaruh oleh stereotip yang mendalam di mana perempuan dan laki-laki diposisikan dalam peran dan karakter tertentu yang dapat memperkuat atau meruntuhkan harapan masyarakat terhadap mereka.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, perempuan sering kali dikaitkan dengan hal yang lebih emosional dan pasif, sementara laki-laki digambarkan sebagai sosok yang kuat dan dominan. Hal ini tidak hanya membentuk pandangan individu terhadap identitas gender, tetapi juga berkontribusi pada pemeliharaan struktur kekuasaan yang ada dalam masyarakat (Batoebara et al., 2023). Statistik dan fakta terkait representasi gender di media semakin menegaskan pentingnya analisis kritis terhadap isu ini. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan sering kali hanya muncul dalam 30% dari total waktu tayang diberbagai media, dan ketika mereka muncul, sering kali dalam peran yang terbatas dan stereotipikal (Smith et al., 2021).
Iklan dan program televisi cenderung menampilkan citra tubuh ideal yang tidak realistis, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan citra diri perempuan, khususnya di kalangan remaja. Gender merujuk pada konstruksi sosial dan budaya yang membedakan antara peran, perilaku, dan atribut yang dianggap sesuai untuk laki-laki dan perempuan. Hal tersebut mencakup norma, ekspektasi, dan stereotip yang melekat pada masing-masing jenis kelamin, yang sering kali berpengaruh terhadap interaksi sosial dan posisi individu dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Persepsi gender, disisi lain, adalah cara pandang individu atau kelompok terhadap gender dan peran yang harus dijalani oleh laki-laki dan perempuan berdasarkan konstruksi sosial yang ada. Persepsi tersebut tidak hanya dibentuk oleh pengalaman pribadi tetapi juga oleh pengaruh lingkungan sosial, budaya, dan media yang melatarbelakanginya. Oleh karena itu bahwa penting untuk memahami bahwa persepsi gender dapat bersifat dinamis dan berubah seiring waktu, terpengaruh oleh perkembangan sosial dan perubahan dalam representasi media (Ferrant, 2015).
Media memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk persepsi gender di masyarakat melalui berbagai platform, seperti televisi, film, media sosial, dan iklan. Televisi, sebagai salah satu media paling dominan, sering kali merepresentasikan gender dengan cara yang menguatkan stereotip; program realitas dan drama sering kali menampilkan perempuan dalam peran yang tersegmentasi sebagai ibu rumah tangga atau objek cinta sementara laki-laki digambarkan sebagai pemimpin yang kuat dan mandiri.
ADVERTISEMENT
Dalam film bahwa banyak karya yang mengeksploitasi citra tubuh perempuan dan menormalisasi kekerasan terhadap perempuan, menciptakan budaya misogini yang meresap dalam kehidupan sehari-hari. Media sosial menawarkan ruang bagi interaksi dan penciptaan konten tetapi juga dapat memperkuat norma gender melalui budaya gambar dan filter yang menonjolkan standar kecantikan tidak realistis. Iklan sering kali berfungsi sebagai cermin sosial yang menciptakan dan memperkuat stereotip gender, menampilkan perempuan sebagai objek konsumsi dan laki-laki sebagai pengambil keputusan. Penggunaan stereotip dalam media tidak hanya mencerminkan norma yang ada tetapi juga berkontribusi pada pembentukan dan pemeliharaan norma-norma tersebut (Jamaluddin, 2019).
Analisis kasus menunjukkan adanya contoh representasi positif dan negatif. Misalnya, serial televisi yang menampilkan perempuan sebagai pemimpin yang kuat dan mandiri dapat memberikan inspirasi bagi penonton, menunjukkan bahwa perempuan dapat mencapai posisi tinggi dalam masyarakat. Namun bahwa representasi negatif seperti penggambaran perempuan yang bergantung pada laki-laki atau hanya ada untuk mendukung karakter pria, dapat memperkuat pandangan tradisional dan merugikan kemajuan kesetaraan gender. Penggunaan stereotip gender dalam media menjadi perhatian karena sering kali bersifat reduktif dan tidak mencerminkan kompleksitas identitas individu, mengurangi keberagaman pengalaman gender, dan memperkuat diskriminasi di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pandangan Konstruktivisme
Sumber: https://www.istockphoto.com/id/vektor/vektor-abstrak-bentuk-hitam-dan-merah-desain-gaya-seni-konstruktivisme-angka-gm1213046598-352374793?searchscope=image%2Cfilm. Bagaimana konstruktivisme memandang media massa sebagai agen konstruksi gender?
Media massa memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan realitas sosial yang terjadi terlebih lagi mengenai gender, kemudian menyajikannnya kepada audiens dengan bahasa media. Tampilan laki-laki dan perempuan yang disajikan di layar kaca dilengkapi dengan pemilihan diksi tertentu pada headline akan membangun suatu pemahaman tertentu bagi audiens yang menyaksikan. Dalam tulisannya Peter D. Moss (1999) segala tulisan atau wacana media massa merupakan hasil konstruksi budaya oleh ideologi (Muslich, 2009).
Menurut Jackson and Forensen (2013:217) pandangan kontrukstivisme terfokus kepada beberapa hal yakni diantaranya
1. Pemberian informasi mengenai ide dan keyakinan kepada seluruh aktor
Dalam hal ini media memberikan ide serta keyakinan kepada masyarakat atau audiens mengenai ide gender yang diinterpretasikan berdasarkan tujuan, ide, serta pemahaman media tertentu.
ADVERTISEMENT
2. Menekankan kepada pemaknaan
Media massa mencoba untuk memberikan makna atau pemahaman tertentu mengenai gender kepada khalayak yang dikemas dengan pemilihan diksi serta gambar yang mewakili pikiran media.
3. Pengetahuan mengenai dunia
Dalam hal ini media massa memiliki sifat ketergantungan terhadap fakta sosial yang terjadi dan sangat berpotensi bahwa kesimpulan berita terkait isu atau realitas gender tersebut dapat dimanipulasi sesuai dengan kepentingan media.
Melalui representasi yang sering kali terbatas dan stereotipikal, media tidak hanya menciptakan citra gender yang dapat merugikan individu tetapi juga mempertahankan struktur kekuasaan seperti budaya patriarki,dan lainnya. Hal tersebut sangat sejalan dengan pandangan konstruktivisme yang melihat bahwa media sejatinya adalah aktor konstruksi sosial yang memberikan penjelasan dan pengertian terhadap realitas sosial yang terjadi. Dampak negatif dari kontruksi media mengenai gender terutama terhadap anak-anak dan remaja menunjukkan pentingnya pemahaman yang kritis terhadap bagaimana media membentuk identitas gender. Di sisi lain, media juga memiliki potensi untuk menjadi alat advokasi dalam memperjuangkan kesetaraan gender. Oleh karena itu bahwa analisis mendalam terhadap representasi gender dalam media sangat diperlukan untuk mendorong perubahan yang lebih inklusif dan adil dalam masyarakat serta untuk mengakhiri siklus ketidaksetaraan yang terus berlanjut.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Batoebara, M. U., Lubis, M. S. I., & Junaidi, J. (2023). Gender Dan Peran Media Komunikasi Dalam Memahami Perbedaan. JURNAL SOCIAL OPINION: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 8(1), 62. https://doi.org/10.46930/socialopinion.v8i1.3143
Ferrant. (2015). How Do Gender Inequalities Hinder Development? Cross-Country Evidence. Annals of Economics and Statistics, 117/118, 313. https://doi.org/10.15609/annaeconstat2009.117-118.313
Haryati. (2012). Konstruktivisme Bias Gender Dalam Media Massa. Dalam BPPKI, Citra Perempuan Dalam Media (hal. 41-56). Bandung: Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung.
Jamaluddin, V. W. (2019). Peran Perempuan Dan Relasi Gender Dalam Film Ayat-Ayat Cinta 2 (Analisis Wacana Kritis Model Sara Mills. Jurnal Sains Riset, 9(2), 58–64. https://doi.org/10.47647/jsr.v9i2.115
Muslich, M. (2009). KEKUASAAN MEDIA MASSAMENGONSTRUKSI REALITAS. Dipetik Oktober 22, 2024, dari Universitas Negeri Malang Web site: https://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/Kekuasaan-Media-Massa-Mengontruksi-Realitas-Masnur-Muslich.pdf
ADVERTISEMENT
Rusdiyanta. (2022). Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Depok: PT RajaGrafindo Persada.
Zarra, Z. A. V. M., & Muhammad, R. bintang muhammad. (2022). Kesetaraan Gender Dalam Perspektif Media Iklan. Jurnal Komunikasi Pemberdayaan, 1(2), 104–112. https://doi.org/10.47431/jkp.v1i2.225