Konten dari Pengguna

Belajar dari UMKM di Kampung Rotan Semarang

Khasiatun Amaliyah
- Social Science Education 2020, Universitas Negeri Semarang - Mahasantri di Pesantren Riset Al-Muhtada
4 Juni 2022 17:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khasiatun Amaliyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Picture by Windi Lestari
zoom-in-whitePerbesar
Picture by Windi Lestari
ADVERTISEMENT
Siapa sangka bahwa rotan bisa menjadi ide usaha luar biasa? Hal ini terjawab sudah melalui kegiatan penelitian sederhana yang dilakukan oleh kelompok mata kuliah umkm, Program Studi Pendidikan IPS. Mereka terdiri dari Khasiatun Amaliyah, Windi Lestari, Nurul Hanifa, dan Fajar. Kegiatan pengambilan data penelitian berlangsung pada 31 Mei 2022.
ADVERTISEMENT
Rotan ternyata dapat dijadikan bahan anyaman untuk menghasilkan berbagai produk kerajinan. Produk kerajinan tersebut bernilai seni estetika, barang pakai, maupun sebagai souvenir. Rotan juga memiliki nilai jual yang sangat tinggi jika bisa dimanfaatkan dengan baik, salah satunya melalui pembuatan aneka kerajinan tangan atau hand made.
Kampung Rotan merupakan wilayah atau daerah yang melestarikan anyaman rotan menjadi bernilai tinggi. Berlokasi di Jalan Rotan Indah, Rt 01 Rw 02, Kelurahan Pakintelan, Kecamatan Gunungpati, Semarang. Membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit untuk sampai lokasi yang dituju.
Kelompok penelitian dan observasi mahasiswa dalam perjalanan menuju ke salah satu rumah warga yang merupakan pengrajin sekaligus pengusaha umkm lokal di sana. Namanya Pak Ahmad Sholeh. Pak Ahmad Sholeh merupakan salah satu di antara banyaknya pengrajin yang masih melestarikan pembuatan anyaman rotan. Beliau mulai merintis industri anyaman rotan ini sejak tahun 2001 hingga 2022 sekarang. Pak Ahmad memiliki empat orang tenaga kerja tetap, dua laki-laki dan perempuan. Meskipun demikian, Pak Ahmad tidak membatasi jika ada dari masyarakat sekitar, orang luar, bahkan mahasiswa sekalipun yang ingin belajar menganyam dan membuat kerajinan rotan.
ADVERTISEMENT
"Ya, saya tidak masalah Mbak. Kalau ada warga di sekitar sini yang minta diajari. Bahkan mahasiswa sekalipun. Ya, itu sebagai cara sederhana dan paling mudah untuk melestarikan sekaligus mengembangkan umkm lokal," ujar Pak Ahmad dalam wawancara yang dilakukan bersama mahasiswa.
Beliau juga mengatakan bahwa jika di era sekarang tuntutan kerja semakin susah. Artinya, untuk mendapatkan suatu pekerjaan yang bagus harus didukung juga dengan latar belakang pendidikan yang memadai atau setidaknya memiliki privilage, bahasanya sekarang. Padahal, tidak banyak dari masyarakat atau penduduk di daerahnya memiliki kesempatan mengenyam sampai ke perguruan tinggi. Hal tersebut tentu menjadi masalah tersendiri. Bagaimana mereka memiliki bekal untuk memperoleh pekerjaan yang baik? Syukur-syukur memiliki pekerjaan yang bisa atau cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Pak Ahmad juga menambahkan bahwa dengan adanya kunjungan mahasiswa ke tempat-tempat umkm seperti ini diharapkan mampu kembali memperkenalkan dan membantu memberikan inovasi apa yang harus dilakukan ke depan. Kiranya bagaimana agar umkm tersebut dapat dikenal banyak orang secara luas di era digital dan era kemajuan iptek seperti saat ini.
Mahasiswa sebagai agen perubahan dinilai mampu melakukan perubahan, adaptasi, dan inovasi. Melalui kemampuan tersebut mahasiswa diharapkan mampu memberikan solusi terkait dengan umkm lokal yang ada, salah satunya umkm lokal kerajinan anyaman rotan di Kampung Rotan, Semarang.