Konten dari Pengguna

Belenggu "Pacaran": Ungkap Akar Kekerasan Dalam Berpacaran (KDP)!

Khasiatun Amaliyah
- Social Science Education 2020, Universitas Negeri Semarang - Mahasantri di Pesantren Riset Al-Muhtada
15 Juni 2024 4:09 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khasiatun Amaliyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengulik Istilah “Pacaran.”
Istilah "pacaran" di era sekarang sudah bukan menjadi hal asing untuk didengar dan dikenal. Hampir setiap orang dari berbagai kalangan dan usia tahu dan paham mengenai istilah “pacaran."
ADVERTISEMENT
Umumnya, pacaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang melibatkan aspek biologis dan psikologis dengan juga ada peran di dalamnya bentuk ketertarikan seksual dana emosional dua individu (laki-laki dan perempuan).
Ditinjau dari aspek biologis, pacaran dimulai dengan adanya ketertarikan fisik, yang dipicu oleh hormon seperti testosterone, estrogen, dopamine, serta oksitosin. Hormon tersebut yang dapat memicu munculnya perasaan tertarik secara seksual dan membangun ikatan emosional antar individu (laki-laki dan perempuan).
Sedangkan, ditinjau dari aspek psikologis, pacaran melibatkan aspek kognitif di dalamnya. Misalnya berkaitan dengan bagaimana kepribadian, nilai, minat, value, bahkan kompatibilitas. Biasanya, dalam proses pacaran, maka anta individu akan saling mengenal melalui interaksi dan komunikasi yang dibangun secara intens.
Popularitas “pacaran” juga seperti didukung oleh trend yang terus berkembang. Orang yang tidak atau belum memiliki pacar seolah menjadi suatu keburukan yang hrus ditutup rapat-rapat. Sementara, bagi mereka yang sudah dan atau telah memiliki pacar menjadi satu kebanggan yang harus dirayakan dan diapresiasi dengan kebanggaan. Benarkah demikian? Faktanya adalah tidak!
ADVERTISEMENT
Pacaran juga bisa menjadi akar dari lubang kehancuran dan hilangnya jati diri seseorang. Membangun suatu pola trauma yang membekas dan mendalam, meninggalkan jejak luka batin yang tidak bisa mendaptkan jaminan kepastian kapan bisa hilang.
Dilansir dari data Survei Pengalaman Hidup Remja (SLITHS), oleh Badan Pusat Statistik, 2018 bahwa, sebesar 8,2% yang setara dengan 1,8 juta remaja dengan rentang usia 15- 24 tahun di Indonesia pernah mengalami kekerasan fisik/seksual dari pasangannya (pacar).
Berdasarkan survei yang sama, ditemukan 30,8% remaja perempuan juga 28, 7 remaja laki-laki pernah mengalami kekerasan psikologis/emosional dari pasangannya.
Menurut Riset yang dilakukan oleh PUSKAPA UNiversitas Indonesia, 2020 bahwa 56% dari 377 responden remaja di Jakarta mengalami kekerasan dalam berpacaran (KDP).
ADVERTISEMENT
Berlanjut dengan Survei yang dilakukan oleh PKBI DIY, 2021 bahwa 83% drai 339 responden remaja dengan rentan usia 15-24 tahun pernah alami kekerasan dalam berpacaran (KDP) secara verbal/psikis.
Bentuk-bentuk kekerasan yang sering terjadi dalam KDP, mencakup:
Faktanya, masih ada potensi “pacaran” yang menjadi ruang dan akar kehancuraan, bibit penyesalan, dan hubungan yang tidak sehat. Berdasarkan literatur dan sumber, kekerasan dalam berpacaran (KDP) seringkali tidak atau belum disadari ada dan bisa terjadi. Baru diketahui pada saat sudah mengarah kepada akibat yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Misalnya, jika sudah sampai pada pembunuhan, pelecehan, dan kriminalitas. Namun, kasus yang paling sering terjadi dan masih memiliki potensi besar dan harus terus diwaspadai adalah terkait pelecehan seksual pada perempuan, terutama dalam hubungan pada status “berpacaran.” Ini menjadi satu hal penting dan mendasar yang perlu disadari.
Seksulitas Terselubung Dalam Berpacaran, Kenali Sejak Dini!
Edukasi dan pemahaman terkait seks harus menjadi pembahasan penting yang tidak boleh diabaikan. Ketidakpahaman dan kurangnya edukasi seksualitas dapat menjadi bahya dan kerugian yang berkepanjangan dan berkelanjutan bagi masa depan.
Sampai sekarang, tanggapan kebolehan berpacaran dalam aspek konstruksi masyarakat sosiaal terus berkembang, ada yang mendukung ada juga yang menolak. Hal tersebut tentu dengan berdasarkan pada prinsip dan apa yang diyakini setiap orang yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam konteks saat ini, kasus seksualitas yang miris terjadi pada hubungn berpacaran, menjadi tanda tanda, “Apakah urgensi dari pacaran hanya sebtas itu?” Jika benar demikian, tentu pacaran bukanlah sebuah hal yang perlu dibanggakan.
Bentuk-Bentuk Terselubung Seksulitas Dalam Berpacaran:
Bermula dari rayuan, candaan yang dianaggap biasa, bahkan gurauan yang memuat unsur-unsur percakapan seksual bisa meningkatkan dan mendorong pada ketertarikan seksual serta memicu adanya tindakan lanjut dari perilaku seksual.
2. Kontak fisik yang intens
Bermula dari adanya sentuhan/kontak secara fisik (berpegngan tangan, merangkul, mencium, memeluk, dan seterusnya. Demikian, hal itu bisa memicu pada kontak fisik yang lebih intim dan intens yang mampu merangsang hasrat seksual individu.
ADVERTISEMENT
3. Ekspos sensualitas
Memberikan foto/video provokatif (foto/video yang memicu gairah seksualitas, konten berbau pornografi.) Demikian, memiliki potensi dan ruang besar dalam meningkatkan gairah dalam praktik dan perilaku seksual lebih lanjut.
Demikian, beberapa aktivitas di atas dianggap adalah hal yang wajar dan lumrah bahkan sudah sering terjadi di realitas msyarakat sosial. Namun, perlu diperhatikn bahwa hal- hal tersebut adalah kunci dari terbukanya ruang-ruang praktik seksual yang berpotensi besar terjadi.
Beberapa rekomendasi dan upaya dalam mengatasi Kekerasan Dalam Berpacaran (KDP) sebagai berikut:
Melalui regulasi dan kebijakan terkait perlindungan anak dan remaja dari segala bentuk kekerasan, terutama pada bentuk kekerasan seksual. Melakukan pengintegrasian edukasi terkait helthy relationship dalam kurikulum pendidikan. Juga, dengan membentuk danya pusat layanan terpadu dan konseling bagi korban.
ADVERTISEMENT
2. Keterlibatan Lembaga Pendidikan
Melakukan edukasi terkait health reltionship, kesehatan reproduksi pada remaja. Melibatkan konselor sekolah dalam memberi pendampingan juga bimbingan. Mengembangkan pendidikan karakter juga keterampilan mengelola emosi.
3. Keterlibatan Organisasi Masyarakat
Mengadakan kampanye maupun sosialisasi secara aktif terhadap hubungan sehat bagi remaja dengan berbagai topik menarik dn mengedukasi. Memberikan pendampingan dan advokasi terhadap korban.
4. Keterlibatan Media Massa
Membuat konten dan pemberitaan yang edukatif dan informatif terkait remaja, hubungan sehat, dan sejenisnya. Adanya pemberitaan yang sesuai porsi terkait dengan isu kekerasan sebagai media informasi dan edukasi.
5. Keterlibatan Orang Tua dan Kelurga
ADVERTISEMENT
Adanya komunikasi terbuka orang tua dan anak terkait edukasi pacaran dan seksual. Memberikan teladan juga pendampingan dalam helthy reltionship pada anak.
Kekerasan Dalam Berpacaran (KDP) bukan masalah sederhana dan bisa diabaikan potensinya. Mulai hari ini bangun kesadaran diri sedini mungkin. Belum ada yang terlambat, untuk mewujudkan lingkungan yang aman dan sehat bagi generasi muda.
Agar, yang lahir dan ada adalah generasi muda yang mampu tumbuh, berhasil dalam meraih impian terbaik mereka, merajut kisah cinta yang indah tanpa bekas-bekas trauma dan masa lalu akan bentuk kekerasan maupun pelecehan. Semua bermula dan dimulai dari diri kita masing-masing yang mau sadar, tergerak, dan bisa mengajak!