Merawat Keteladanan RA. Kartini dalam Bingkai Masa Kini

Khasiatun Amaliyah
- Social Science Education 2020, Universitas Negeri Semarang - Mahasantri di Pesantren Riset Al-Muhtada
Konten dari Pengguna
21 April 2023 11:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khasiatun Amaliyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Freepik.com - KUMPARAN.COM
zoom-in-whitePerbesar
Freepik.com - KUMPARAN.COM
ADVERTISEMENT

Kita mengenal sosok Raden Adjeng Kartini telah lama, baik itu lewat sejarah tulisan, maupun cerita lisan secara turun temurun. Ternyata selama ini, kita hanya mengenal lewat cerita namun enggan merenungkan dan memaknainya lebih dalam. Benar?

sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Melalui sejarah, kita tahu bahwa RA. Kartini adalah pahlawan dan emansipasi bagi kaum perempuan di Indonesia. Bahkan, hafal betul kapan kelahirannya dan kita sering merayakan di tiap tahunnya. Tanggal 21 April 1879 adalah kelahirannya.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana berlaku pada masa itu, kebiasaan dan adat istiadat masih dijunjung tinggi oleh keluarga Kartini. Utamanya, tentang bagaimana peran seorang perempuan yang sudah diatur sedemikian rupa dalam aspek berkeluarga dan bersosial. Kehidupan perempuan di masa itu memiliki posisi yang rendah. Utamanya dalam hal kesempatan dan peluang untuk menempuh pendidikan. Kita tahu bahwa itulah yang menjadi pondasi dan alasan kuat RA. Kartini teguh untuk memperjuangkan hak-hak persamaan, kebebasan, otonomi, dan kesetaraan bagi kaum perempuan Indonesia.
Tahukah bagaimana RA. Kartini menggambarkan kondisi perempuan Indonesia di masa itu yang belum memperoleh hak-haknya sebagai seorang individu maupun manusia yang memiliki hak-hak asasi? Mengutip dari Tirto.id tentang kutipan surat yang ditulis oleh Kartini kepada Stella Zeehandelaar dalam Letters of A Javanese: Raden Adjeng Kartini (1964:32);
ADVERTISEMENT
"...we girls, so far as education goes, fettered by our ancient traditions and conventions, have profited but little by these advantage. It was a great crime against the customs of our land that we should be taught at all, and especially that we should leave the house every day to go to school. For the custom of our country forbade girls in the strongest manner ever to go to outside of the house..."
Melalui cuplikan surat tersebut kita mengetahui bagaimana sosok Kartini menggambarkan kondisi perempuan Indonesia masa itu. Waktu itu, perempuan dilarang sekolah tinggi, dilarang keluar rumah, dituntut mengikuti adat dan tradisi yang sebenarnya tidak memberikan keuntungan atau manfaat lebih bagi kaum perempuan.
ADVERTISEMENT
Berkat perjuangan sosok yang kita kenal sebagai emansipasi perempuan, yaitu RA. Kartini. Sekarang, perempuan Indonesia bisa memperoleh hak-haknya. Ditandai diawal abad ke-20, dengan mulai adanya kesadaran pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan.
Kita tahu dan hafal betul bagaimana kontribusi dan kiprah sosok RA. Kartini. Di masa sekarang, pendidikan lebih mudah bisa kaum perempuan dapatkan, kesetaraan dan hak-hak juga sudah dipeluk tanpa rasa takut, meskipun belum bisa ideal sebagaimana yang didambakan. Sebab nyatanya memang masih ada ketimpangan dan kesenjangan di masyarakat kita ini, jika bicara soal perempuan memang tidak akan ada habisnya. Namun, itu adalah bagian dari perubahan dan dinamika kehidupan yang musti terjadi dan kita sadari.
Seringkali kita selalu menuntut kesempurnaan, padahal sempurna itu bisa kita bangun melalui cara berpikir yang tepat dan bijak. Salah satunya dalam cara kita menyikapi, bersikap, dan bertindak atas segala sesuatu yang terjadi di sekitar.
ADVERTISEMENT
Menjadikan momentum hari kartini sebagai perayaan dan mengenang tidaklah salah. Namun, setelahnya apa? Lalu hilang dan dilupakan begitu saja?
Ingat dan dikenang hanya sehari saja, padahal perjuangan dan kontribusinya sangat luar biasa? Rasanya kurang tepat kan?
Daripada sekadar mengingatnya dalam sehari, mengapa tidak merawatnya dan menjadikan keteladananya menjadi bagian dalam diri? Mengapa tidak merawat agar selalu bisa didekap? Apa yang dirawat? Ialah apa yang kita ingat dan kenang.
Sosok Kartini yang cerdas dan berwawasan luas, tekad bulatnya dan sikap pantang menyerah yang dimiliki, keberanian dan optimismenya, keberaniannya dalam bermimpi, kegigihannya dalam berusaha, jiwa sosialnya yang tinggi, dan keteladanan lain dari sosok Ibu Kartini.
Mengapa tidak mulai kita rawat semua itu dan mendekapnya erat dalam diri, agar menjadi bentuk kebiasaan yang memiliki nilai lebih. Hitung-hitung juga sebagai bentuk investasi kita untuk peradaban masa depan yang lebih baik lagi, utamanya bagi kaum perempuan.
ADVERTISEMENT
Keteladanan yang dirawat itu akan menjadi kebiasaan berharga. Kita akan menjadi luar biasa jika mamu merawatnya dengan ketulusan dan kesungguhan. Merawat keteladanan RA. Kartini dalam bingkai masa kini sangat mungkin terjadi, salah satunya dengan memulai dari diri sendiri. Konsisten dan bertanggung jawab dengan keteladanan apa yang telah kita rawat, tunjukkan hasil baiknya pada khalayak, dan ajak lebih banyak dari mereka untuk mulai merawat bukan hanya mengingat. Merawat dengan bertindak. Jadi sudah siap melakukannya, mulai hari ini?
Pepatah ini akan menjadi penyemangat awal untuk kita mulai merawat keteladanan RA Kartini dalam bingkai Masa Kini:
ADVERTISEMENT