Menilik Kerajinan Marmer sebagai Ikon Perekonomian di Kabupaten Tulungagung

Ekiarya Galih Widya
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
Konten dari Pengguna
14 Februari 2022 11:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ekiarya Galih Widya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
gambar monument batu marmer tahun 1850, Desa Wajak, Kab Tulungagung, Prov Jawa Timur sumber : dokumen pribadi 1
zoom-in-whitePerbesar
gambar monument batu marmer tahun 1850, Desa Wajak, Kab Tulungagung, Prov Jawa Timur sumber : dokumen pribadi 1
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu kabupaten kecil di selatan Provinsi Jawa Timur yaitu Tulungagung memiliki julukan sebagai Kota Marmer. Hal ini dikarenakan terdapat pertambangan marmer yang cukup besar dan berdampak pada masyarakat sekitar untuk membuat hasil karya kerajinan marmer.
ADVERTISEMENT
Melihat dari awal mula ditemukannya gunung marmer oleh peneliti asal Belanda bernama B. D. Van Rietschoten maka dibangunlah tambang marmer di daerah itu. Tambang marmer tersebut mempunyai nilai ekonomis tinggi. Terbukti dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda bernama C. F. Pahud dari Batavia jauh-jauh datang berkunjung ke Tulungagung pada tahun 1850 untuk melihat penambangan marmer dan dibangunlah sebuah monumen yang ssekarang berada di Desa Gamping Kecamatan Campurdarat. Tambang marmer tersebut dikelola dengan baik oleh Pemerintah Hindia Belanda dan berlanjut ke Pemerintah Indonesia hingga sekarang. Pertambangan marmer tersebut dinaungi oleh BUMN dan memiliki nama PT. Industri Marmer Indonesia Tulungagung atau PT IMIT.
Bahan baku marmer yang berada di sekitar tempat industri memiliki luas 12 hektoare serta terdapat 5 hektoare bahan baku marmer tambahan yang baru ditemukan, jadi total yang sekarang diproduksi ada sekitar kurang lebih 17 hektoare tambang marmer. Produksi utama yang dihasilkan PT IMIT adalah slab marmer atau lembaran marmer yang berfungsi sebagai ornamen lantai dan dinding. Sisa limbah marmer dari produksi PT IMIT tidak dibuang begitu saja, tetapi limbah tersebut diserahkan kepada pihak desa untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya. Limbah tersebut berubah menjadi hasil kerajinan marmer yang bernilai ekonomis tinggi karena keunikan dan kreatifitas yang telah dibentuk oleh para pengrajin home industry. Produk yang dihasilkan oleh pengrajin home industry misalnya, aneka bentuk piala, mug, wadah berbagai bentuk dan ukuran, patung, makam serta masih banyak lagi.
gambar 3 buah piala yang terbuat dari batu marmer dari kota Tulungagung, Jawa Timur, sumber : dokumen pribadi 2
Industri ini memiliki dampak negatif dan positif. Dampak positifnya antara lain; (1) memperbanyak lapangan pekerjaan, (2) limbah industri masih dapat dimanfaatkan sebagai produk kerajinan, (3) menjadi desa wisata kerajinan marmer, dan (4) membangun ekonomi kreatif di masyarakat. Namun, tentu juga terdapapat dampak negatif yang perlu dibenahi seperti ketika suara mesin-mesin yang mengganggu masyarakat sekitar dan sedikit mengganggu ekosistem serta polusi udara yang ditimbulkan dari banyaknya truk pengangkut marmer.
ADVERTISEMENT
Banyaknya kebijakan yang mendukung perkembangan ekonomi industri marmer. Sangat berdampak baik bagi masyarakat yang menjalankan usaha kerajinan marmer. Menciptakan ekonomi kreatif dengan didukung sejarah yang kuat dan bersamaan dengan perekonomian sentra kerajinan marmer yang sangat berkembang menghasilkan suatu objek wisata di Kabupaten Tulungagung. Pariwisata ini memberikan edukasi yang sangat berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan di bidang sejarah dan ekonomi kreatif saat ini.
Referensi:
Fauzi, Indra. 2004. Profil Pertambangan dan Energi Kabupaten Tulungagung. Tulungagung:
Bappeda.
Sumarli. 2018. Wawancara dengan Karyawan PT IMIT. Tulungagung