Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Pentingnya Pengolahan Limbah Pangan dalam Kehidupan Sehari-hari
25 Oktober 2022 21:26 WIB
Tulisan dari Shahnaz Citra Alnauri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Limbah pangan telah menjadi salah satu krisis permasalahan yang sering terjadi di berbagai belahan dunia. Limbah pangan merupakan fenomena penyebab pencemaran lingkungan dan sumber penghasil emisi gas berbahaya dimana hal ini berarti dapat mengakibatkan pemanasan global dan meningkatnya efek gas rumah kaca.
ADVERTISEMENT
Limbah pangan atau biasa disebut dengan food waste adalah jenis limbah organik yang berasal dari sisa bahan makanan yang telah dibuang, tidak layak konsumsi maupun produk yang gagal saat proses produksi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari Badan Pangan Nasional (BPN) mencatat bahwa total kerugian dari limbah makanan di Indonesia mencapai 23 juta hingga 48 juta ton per tahun dalam rentang waktu tahun 2000-2019. Hasil data laporan dari United Nations Environment Programme (UNEP) atau Program Lingkungan PBB yang bertajuk Food Waste Index 2021 menunjukkan bahwa produksi sampah makanan di Indonesia adalah 20,39 juta ton per tahun. Angka ini membuat Indonesia menjadi negara dengan produksi sampah makanan tertinggi di Asia Tenggara.
Limbah makanan memiliki dampak yang sangat buruk khususnya dalam beberapa aspek seperti lingkungan dan ekonomi. Food waste berdampak langsung pada lingkungan dimana hal ini terkait dengan peningkatan emisi gas rumah kaca. Sisa makanan yang terbuang diperkirakan menghasilkan 8-10% emisi gas rumah kaca global. Ketika sisa makanan membusuk di tempat pembuangan sampah, ini akan menghasilkan efek gas rumah kaca yang disebut metana dimana senyawa ini memiliki tingkat bahaya yang lebih tinggi dibandingkan gas karbondioksida atau CO2. Apabila terdapat kelebihan jumlah metana, CO2 dan CFC maka radiasi inframerah yang dihasilkan oleh senyawa-senyawa tersebut akan menyebabkan panas atmosfer meningkat sehingga terjadilah pemanasan global dan perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Kemudian beralih pada sisi perekonomian, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengatakan bahwa penanganan sampah makanan dapat mengatasi masalah perekonomian. Lantas apa hubungan antara limbah makanan dengan masalah ekonomi? Limbah makanan berasal dari sisa bahan makanan yang terkadang sebenarnya masih dapat dimanfaatkan atau digunakan kembali. Namun karena banyaknya sisa makanan yang dibuang maka diperkirakan negara setidaknya mengalami kerugian hingga mencapai Rp 213 hingga Rp 551 triliun tiap tahunnya atau setara dengan 4-5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Menilik fakta tersebut maka Kemenparekraf telah berkomitmen untuk berperan aktif dalam mengatasi isu perubahan iklim. Salah satunya dengan turut andil dalam penyelenggaraan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) pengelolaan sampah makanan pada Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Roma, Italia.
ADVERTISEMENT
Dalam upaya mengatasi permasalahan limbah pangan yang telah berkembang secara luas ini diperlukan adanya teknologi berkelanjutan dimana nantinya akan memiliki mekanisme dalam mengelola limbah makanan secara terorganisir dan jangkap mulai dari proses penguraian, pemakaian kembali dan daur ulang. Selain itu diperlukan adanya keterlibatan berbagai pihak. Nyatanya peran paling penting dalam isu limbah makanan ini adalah kesadaran para masyarakat sendiri. Ini tidak mencakup tanggung jawab pemerintah atau perorangan saja tetapi termasuk pihak-pihak penyedia barang dan jasa tertentu yang juga turut menyumbang limbah makanan dalam jumlah besar seperti industri pangan, restoran, perhotelan, dan lain-lain.
Beberapa usaha sederhana yang dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk turut mengatasi permasalahan limbah makanan adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
1. Makan sewajarnya dan secukupnya sehingga tidak akan ada sisa makanan yang terbuang nantinya
Hal ini mungkin terlihat sebagai kebiasaan yang sepele dan biasa terjadi. Namun nyatanya keberadaan sisa makanan yang tidak habis dikonsumsi menjadi salah satu sumber permasalahan dari fenomena food waste yang meresahkan.
2. Untuk meminimalkan dampak sampah makanan juga bisa dilakukan dengan cara mengolah sisa makanan di rumah
Contohnya sisa potongan sayur atau buah dapat dijadikan makanan lain seperti batang brokoli yang daunnya telah digunakan bisa dijadikan sebagai bahan campuran membuat nugget sayur. Kemudian sisa bahan makanan juga bisa diolah menjadi suatu karya seni seperti kelopak bunga jagung yang dapat diolah menjadi kerajinan bunga yang unik dan menarik. Sisa kulit buah seperti jeruk juga dapat diolah menjadi pengharum ruangan.
ADVERTISEMENT
3. Memakai bahan makanan seperlunya
Terkadang ada beberapa atau banyak restoran tertentu yang menggunakan bahan makanan sebagai hiasan agar tampilan makanan menjadi lebih menarik tetapi masalahnya adalah seringkali sisa potongan bahan makanan tadi tidak digunakan kembali dan dibuang begitu saja. Hal ini tentu menyebabkan sampah makanan akan menumpuk. Sebaiknya jika bahan tersebut tidak dapat digunakan lagi maka bisa dimanfaatkan kembali atau dicampur dengan bahan untuk olahan lain seperti olahan kaldu, selai buah atau acar, dan lain-lain.
4. Mengurangi produksi limbah makanan pada sektor usaha eceran dan rumah tangga
Hal ini juga penting dilakukan mengingat seringnya terjadi banyaknya tumpukan sampah yang berasal dari sampah dapur seperti sisa makanan, kulit buah, sisa sayuran, sisa nasi, dan sampah organik lainnya yang biasanya sering dibuang begitu saja.
ADVERTISEMENT
5. Memanfaatkan limbah pangan menjadi kebutuhan lain
Contohnya seperti membuat pupuk kompos yang berasal dari sisa potongan buah dan sayur. Langkah ini juga termasuk mendukung aksi go green, lho!
6. Menanam kembali
Beberapa sayuran dapat ditanam kembali dengan cara yang mudah sehingga sisa sayuran tersebut tidak akan terbuang sia-sia. Beberapa contoh sayuran yang dapat ditanam kembali yaitu ada kubis, wortel, daun mint, daun bawang, dan seledri.
7. Membuat ekoenzim
Ekoenzim merupakan salah satu cara pengolahan sederhana yang berbahan dasar sampah rumah tangga. Ekoenzim adalah produk ramah lingkungan berupa cairan hasil fermentasi hasil limbah organik dengan bantuan mikroorganisme dari kelompok jamur. Ekoenzim dikembangkan oleh seorang peneliti dari Thailand yaitu Dr. Rosukon Poompanvong pada tahun 2006. Larutan ekoenzim mudah dibuat karena hanya membutuhkan air, gula coklat/gula merah/gula tebu (sebagai sumber karbon) serta sampah organik sayur dan buah.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari sumber jurnal Various Approaches for Food Waste Processing and Its Management, pengolahan limbah makanan juga dapat menggunakan strategi yang paling mudah dan telah banyak dikenal yaitu metode 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle).
Reduce secara harfiah artinya mengurangi. Dalam hal ini berarti tiap orang harus mengambil makanan dan minuman yang secukupnya dan tidak berlebihan sehingga tidak menciptakan kebiasaan overeating. Kemudian ada Reuse yang artinya menggunakan kembali. Maksudnya di sini adalah bahan makanan yang telah dimasak dapat digunakan lebih dari sekali dalam sehari. Jika memang bahan tersebut masih bisa digunakan maka usahakan jangan dibuang dan manfaatkan untuk kebutuhan yang lainnya. Dan yang terakhir ada Recycle atau biasa disebut dengan daur ulang. Pada konteks ini kegiatan daur ulang yang dimaksud adalah ketika sebuah bahan makanan telah dimanfaatkan untuk dikonsumsi maka sisa bahan yang tersisa dapat digunakan untuk menghasilkan suatu produk. Contohnya beberapa produk komersial seperti biofuel (bahan bakar hayati), etanol (sejenis cairan yang sering digunakan dalam produk sehari-hari seperti bahan minuman beralkohol, produk kecantikan hingga larutan pembersih), dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Usaha mengatasi permasalahan limbah makanan ini harus terus dilakukan secara konsisten khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kesadaran diri akan pemeliharaan lingkungan akan membuat tingkat pencemaran menyusut. Tentunya upaya-upaya tersebut harus dilakukan dengan kontribusi berbagai pihak secara berkesinambungan. Dengan mengatasi masalah limbah pangan maka akan berdampak positif dan memberikan manfaat bagi tingkat produktivitas, kesehatan, kesejahteraan serta keberlanjutan hidup banyak orang.