Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Sepatu Dahlan
24 Januari 2021 18:13 WIB
Tulisan dari Ryan Zamroni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Identitas Buku
Judul buku : Sepatu Dahlan
ADVERTISEMENT
Penulis : Khrisna Pabichara
Penyunting : Suhindrati Shinta & Rina Wulandari
Penerbit : Noura Books
Tahun terbit : 2012
I. Bagian Pendahuluan
Novel dengan judul “Sepatu Dahlan” adalah Gambarkan masa kecil Dahlan Iskan yang kini menjadi Menteri BUMN di Indonesia. Sebagai seorang anak, Dahlan Iskan hidup dalam kemiskinan dan memiliki mimpi sederhana yaitu “sepatu”. Mimpi yang sederhana namun sulit karena kendala ekonomi. tetapi untuk "bermimpi", kita harus berjuang. Penulis berharap pembaca terinspirasi oleh jejak kaki Dahlan Iskan yang menghadapi kemiskinan di masa kecilnya. Namun tetap bekerja keras untuk mencapai cita-citanya dan menjadi pribadi yang sukses seperti sekarang ini. Buku tersebut juga menunjukkan bahwa Dahlan telah merasakan banyak kerugian sejak kecil, dan semua kerugian tersebut dicatat dalam buku hariannya. Namun, meski novel tersebut terinspirasi dari kehidupan Dahlan, penulis menjelaskan bahwa tokoh dan cerita tertentu dalam novel "Sepatu Dahlan" merupakan hasil imajinasinya.
ADVERTISEMENT
II. Bagian Isi
Sepatu Dahlan adalah sebuah novel yang terinspirasi dari kisah hidup Dahlan Iskan muncul di jagat buku Indonesia. Penulis keturunan Jeneponto dan chef yang menerbitkan buku berjudul "Sepatu Dahlan" (Kahrisna Pabhicara).Novel sepatu dahlan merupakan bagian pertama dari trilogi novel inspiratif karya Dahlan Iskan-novel sepatu Dahlan.novel ini bercerita tentang kehidupan masa kecil Dahlan Iskan. Melalui novel ini, kita menemukan bahwa Dahlan Iskan besar di sebuah keluarga miskin di Desa kebun Dalem Magetan, Jawa Tengah yang harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun, sejak kecil kedua orang tua selalu menegaskan bahwa hidup dalam kemiskinan bukan berarti mengemis, melainkan harus menghadapi kerja keras dan kerja keras. Alur cerita dalam novel ini tergolong sedang. Tidak cepat atau lambat. Penulis mengatakan secara rinci dan memilih kata yang tepat. Dia tahu kapan harus melambat dan kapan harus berbicara cepat, jadi setelah membaca "Sepatu Dahlan" kita akan menemukan berbagai alur. Saat membicarakan kepergian ibunya dari masa kecil Dahlan, pembaca bisa diajak untuk terbenam dalam suasana sedih yang menyayat hati. Penulis tidak hanya berbicara tentang kepergian ibunya, tetapi juga tentang bagaimana Dahlan dan saudara perempuannya mengalami rasa lapar yang ekstrem ketika tidak ada makanan untuk dimakan. Novel ini juga mengingatkan kita bahwa kemiskinan bukanlah segalanya. Kutipan Nasihat ayahnya, “Kemiskinan kehidupan yang layak akan mendewasakan jiwa.” Inilah keberhasilan Dahlan dalam hidupnya dan berhasil mengubah kehidupannya yang kelam dan miskin. Seorang anak yang tumbuh dalam keluarga yang sangat sederhana di kebun Dalem, sebuah desa di Dahlan, Jawa Timur. Di bawah asuhan ayahnya, ayahnya selalu menekankan pada disiplin dan tekad, tetapi dia penuh cinta. Ibunya yang lembut dapat memberikan perlindungan bagi seluruh anggota keluarga, dan dua saudara perempuan mandiri serta adik-adiknya yang berperilaku baik membuat kepribadian Dahlan menjadi dewasa dan mampu beradaptasi dengan perubahan keadaan masa kanak-kanak dan remaja. Semangatnya terus melaju ke SMP yang diimpikannya, yaitu SMP Magetan gagal berkomunikasi karena biaya yang tidak mencukupi. Ayahnya tetap mendorong Dahlan untuk melanjutkan studinya di Pondok Pesantren sanawiah Takeran yang didirikan oleh nenek moyang ayahnya. Novel ini mengandung esensi yang didalamnya banyak memberikan representasi tentang nilai-nilai pendidikan. Masa-masa kekurangan Dahlan tidak akan pernah menjadi kambing hitam atas kemiskinan yang dialaminya. Buku ini juga bercerita tentang persahabatan, cinta dan keluarga yang hangat, serta kebiasaan hidup orang pintar. Di lingkungan sekolah dan keluarga, Dahlan memiliki teman seperti Arif, Imran, dan Kadir ), Komariyah dan Fadli. Mereka sangat ramah, baik dan selalu meraih juara di kelas serta mendapatkan juara dalam pertandingan voli. Suatu ketika Dahlan dari tim voli sekolahnya menjadi peserta tertinggi, dia bersama rekan satu timnya mewakili sekolah dalam turnamen bola voli dan menjadi juara. Awalnya Dahlan dan kawan-kawannya merelakan permainan karena harus memakai sepatu saat pertandingan, dan Dahlan tidak punya sepatu, dia dan kawan-kawan tidak menyerah. Dia masih hidup di dalam game. Untungnya, teman baiknya membeli sepatu lama bersama. Sepasang sepatu pertama Dahlan. Sahabat sejati selalu disertai dengan kesedihan dan air mata. Menghadapi belenggu kemiskinan, penuh kasih sayang merupakan penghiburan yang tak tergantikan bagi jiwa. Jika kita mencoba, Tuhan akan menjawab doa kita. Meski sepatunya sederhana, dia berhasil menghabiskan banyak tenaga untuk membelinya. Dia adalah pelatih bola voli di sekolah dasar, sekolah untuk anak-anak orang kaya. Alhasil, dia membelinya dan membelikan dua pasang sepatu untuk dia dan adiknya. Impian keduanya adalah membeli sepeda, dia berhasil membeli sepeda dengan sisa uang dari pekerjaannya sebagai pelatih. Pengalaman berharga bagi semua orang. Bermimpi menghadapi berbagai rintangan dalam hidup, kesabaran, ketekunan dan ketekunan.
ADVERTISEMENT
III. Bagian Penutup
Keunggulan buku ini adalah gaya bahasanya yang sederhana, tidak rumit sehingga mudah dimengerti. Beberapa tanda petik dialog juga menyisipkan kata-kata dari bahasa Jawa, namun tidak menyulitkan pembaca dan masih mudah untuk dipahami. Di sisi lain, novel semacam ini berhasil menyampaikan apa yang seharusnya dipikirkan oleh pembaca. Selain itu, cerita ini sangat menarik. Ceritanya sendiri memang kehidupan desa, sehingga tidak heran jika sering muncul canda dan humor dari anak-anak desa kebun dalem. Karena gambar yang digunakan tidak pasti antara maju dan mundur, maka tidak kontinu, sehingga alur setiap bab dalam novel ini perlu ditingkatkan. Film ini mengajarkan kita bagaimana mengungkapkan rasa syukur atas segala kekurangan dan kelebihan kita, serta selalu bersabar dengan impian atau keinginan kita. Tetapi keterbatasannya tidak membuatnya jatuh, malah menjadi motivasi agar semangat hidup menjadi lebih baik, dan bisa menjadi semacam kebanggaan di sekitarnya, menurut reaksi kami, keterbatasan itu sebenarnya indah.
ADVERTISEMENT