Konten dari Pengguna

Museum Perjuangan Pers Sumut, Museum Kecil Penuh Koleksi Sejarah

Josapat Mesakh Pasaribu
Mahasiswa S1 Ilmu Sejarah di Universitas Sumatera Utara
5 Juni 2024 14:46 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Josapat Mesakh Pasaribu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Museum Perjuangan Pers Sumatera Utara adalah salah satu museum dan satu-satunya Museum Pers yang ada di Sumatera Utara yang menyimpan arsip sejarah dan catatan perjalanan kemerdekaan Indonesia. Dibandingkan dengan beberapa museum besar yang ada di Sumatera Utara, museum ini cukup lengkap menyimpan koleksi-koleksi seperti koleksi tentang kemerdekaan, koleksi pahlawan nasional, bahkan catatan Brandan Bumi Hangus juga ada di museum ini loh sobat. Dan catatan-catatan itu berasal dari arsip nasional.
ADVERTISEMENT
Latar Belakang Pendirian Museum
Pendiri dari museum pers ini adalah bapak Muhammad Tok Wan Haria atau disingkat (TWH), museum ini berdiri pada tanggal 15 november 2019, yang bertepatan dengan ulang tahun sang pendiri museum yaitu bapak TWH yang ke 87 tahun. Bapak TWH sendiri merupakan seorang veteran sekaligus wartawan senior di Sumatera Utara. Selain itu, bapak TWH sendiri merupakan jurnalis olahraga yang sudah memiliki pengalaman untuk meliput acara olahraga di berbagai Negara. Kecintaannya terhadap dunia jurnalis, membuat pria kelahiran Aceh Utara, 15 November 1932 ini mendirikan Museum Perjuangan Pers Sumatera Utara pada tahun 2019. Pendirian museum pers sendiri berasal dari inisiatif sang pendiri, sehingga koleksi-koleksi yang ada pada museum sendiri merupakan koleksi sang pendiri museum. Museum pers ini juga dibuka di rumah pribadi dari sang pendiri yaitu bapak TWH. Bapak TWH sendiri juga sudah menerbitkan sebanyak 27 buku yang bernuansa sejarah terutama sejarah pers.
ADVERTISEMENT
Koleksi-koleksi Museum
Sebelum ada inisiasi pembentukan museum ini, koleksi-koleksi yang dimiliki oleh bapak TWH ini dibawa kedalam pameran-pameran berjalan, pada tahun 2000-an atau 90-an. Pameran dilakukan di kampus-kampus yang ada di Medan, taman budaya, sekolah-sekolah, dan berbagai instansi lainnya.
Museum ini mencakup koleksi tentang perjuangan kemerdekaan, pahlawan nasional, pejuang-pejuang medan area, brandan bumi hangus dan lainnya. Koleksi-koleksi yang didapat juga berasal dari arsip nasional, sehingga tidak memungkin bagi bapak TWH untuk membawa berkas yang asli. Total koleksi yang dimiliki museum itu sekitar ratusan koleksi yang berasal dari koleksi pribadi. Museum ini juga lengkap dengan Koran-koran lama yang ada di sumatera utara yaitu Bataviasche Nouvelle yang merupakan surat kabar yang pertama kali diterbitkan di Indonesia pada masa kolonial Belanda yang terbit di Jakarta pada tahun 1744. Lalu ada juga Deli Koran yaitu Koran pertama yang terbit di medan pada tahun 1885 pada masa kolonial belanda. Kemudian juga ada Koran daerah yaitu Buruh Tapanuli, Nias Berita, Mandeuling, Parito Batak dan lain sebagainya. Koran-koran yang terdapat di museum bukan merupakan Koran utuh melainkan Koran yang hanya selembar saja dari halaman pertama, juga ada beberapa Koran bukan asli melainkan dari foto ataupun foto copy. Namun, tetap ada Koran asli walaupun hanya beberapa.
ADVERTISEMENT
Museum Terdiri dari Tiga Ruangan saja
Museum ini dibagi kedalam tiga ruangan. Ruangan pertama berisikan berbagai macam Koran lama, foto-foto pejuang pers, foto pahlawan, dan berbagai koleksi yang berhubungan dengan perjuagan pers pada masa kemerdekaan. Pada ruangan kedua yang dulunya merupakan ruangan kerja dan perpustakaan dari bapak TWH sendiri yang sudah tidak terpakai sehingga dimanfaatkan sebagai bagian dari ruangan koleksi. Pada ruangan kedua ini juga berisikan berbagai buku yang merupakan koleksi dari bapak TWH sendiri, juga ada beberapa buku dari karya bapak TWH. Selain iu, pada ruangan ini juga terdapat Koran-kora pada tahun 50-70an yang masih asli yang juga merupakan hasil koleksi dari bapak TWH sendiri. Pada ruangan ini juga terdapat alat-alat pers yang digunakan oleh bapak TWH seperti mesin ketik, kamera, dan lain sebagainya. Pada ruangan ketiga berisikan berbagai macam foto gubernur dari gubernur pertama Sumut sampai pada masa pemerintahan gubernur saat ini yaitu bapak H. Edy Rahmayadi.
ADVERTISEMENT
Pers untuk Sumatera Utara
Museum pers ini lebih berfokus di wilayah Sumatera Utara. Selain karena lokasinya yang berada di Sumatera Utara juga sang pendiri yang bekerja sebagai jurnalis di Sumatera Utara, alasan kenapa museum pers ini lebih berfokus pada wilayah Sumatera Utara karena pers di Sumatera Utara lebih banyak dibandingkan dengan wilayah lainnya dan Sumatera Utara ini juga dijuluki sebagai pelopor pers dikarenakan banyak Koran-koran dan para tokoh pers yang berasal dari Sumatera Utara.
Para pejuang pers juga merupakan pahlawan, mereka memperjuangkan kemerdekaan bukan melalui senjata melainkan pena. Koran-koran yang telah ditulis oleh para tokoh juga sangat berjasa dalam perjuangan kemerdekaan. Para tokoh-tokoh pers ini mulai menulis dengan maksud dan tujuan mengkritik belanda melalui tulisan yang mereka terbitkan. Melalui tulisan-tulisan mereka ini lah pandangan dan pola pikir masyarakat sangat terpengaruh dalam membangkitkan rasa nasionalisme.
ADVERTISEMENT
Museum ini juga menjadi sarana dalam dunia edukasi bagi para aktivis pendidikan. Museum ini banyak dikunjungi oleh para mahasiswa sebagai sarana untuk mencari kebutuhan dalam penelitian, mencari judul penelitian. Selain itu, museum ini juga beberapa kali dikunjungi oleh anak-anak sekolah untuk memperkenalkan kepada anak-anak bagaimana perjuangan pers itu dilakukan dan bagaimana pers itu berkontribusi dalam kemerdekaan. Hal ini juga merupakan bagaimana cara mempelajari pendidikan melalui museum. Dengan melihat secara langsung bukti dan cerita perjuangan kemerdekaan dapat meningkatkan rasa cinta tanah air kepada para generasi penerus bangsa, hal ini merupakan salah satu alasan kenapa harus adanya museum yang dikelola dengan baik pula. Para jurnalis juga sangat mengapresiasi adanya museum ini, karena museum ini juga menjadi sarana edukasi juga bagi meraka yang bekerja di bidang jurnalis.
ADVERTISEMENT
Terdapat suatu hal yang cukup unik dalam pelayanan museum ini, yaitu ketika anak-anak sekolah melakukan kunjungan di Museum ini, sebelum diizinkan untuk masuk ke dalam museum harus ada salah satu perwakilan sebagai pembaca puisi yang dibuat oleh bapak TWH sendiri. Tujuan dari melakukan ini agar para anak-anak sekolah tersebut tau apa tujuan dari berdirinya museum ini. Museum ini berdiri juga karena inisiatif dari sang pendiri untuk para generasi muda kedepannya, demi ilmu pengetahuan dan bidang edukasi.
Museum butuh Perhatian Khusus oleh Pemerintah
Dalam pengelolaan museum masih mengandalkan dana pribadi, dan dana sukarela dari setiap pengunjung museum. Belum ada perhatian khusus yang diberikan oleh pemerintah terkait museum perjuangan pers ini, sehingga semua koleksi, area museum, dan dana operasionalnya masih berasal dari pribadi. Walaupun begitu juga terdapat beberapa hal bantuan berbentuk barang yang diberikan oleh pemerintah seperti rak buku, joglo, dan papan nama museum. Namun, sangat disayangkan kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap perkembangan museum pers ini sehingga banyak koleksi-koleksi yang bernilai sejarah harus dipajang dalam kondisi yang kurang baik dikarenakan juga kekurangan dana. Oleh karena itu, diharapkan adanya perhatian oleh pemerintah dengan memberikan beberapa fasilitas seperti gedung yang layak untuk museum, tempat pajangan koleksi, pemandu, biaya operasional dan lainnya. Karena sangat disayangkan jika potensi dari museum ini disia-siakan dan tidak ada perhatian serius terhadap museum pers ini yang hanya satu-satunya terdapat di Sumatera Utara ini.
ADVERTISEMENT
Sumber: Dokumentasi Pribadi Rabu, 29 Mei 2024. (Foto bersama dengan cucu pemilik Museum. Menyempatkan wawancara dan beliau menjelaskan latar belakang pendirian museum, dan menjelaskan koleksi-koleksi yang terdapat di museum.)