Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Melangkah ke Masa Depan dengan Keterampilan Menenun Kain Ulos di Huta Raja
3 Juni 2024 17:26 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Emiya Stefani Temanta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Keterampilan Menenun Ulos
Dikutip dari laman Kumparan.com, pengertian menenun adalah proses membuat kain dengan memasukkan secara berselang-seling kelompok benang yang membujur ke dalam kelompok benang yang melintang. Tenun bukanlah kebudayaan asli Indonesia. Keterampilan ini berasal dari kebudayaan zaman prasejarah yang terus berkembang.
Di Indonesia sendiri, kepandaian bertenun sudah dikenal sejak beberapa abad sebelum masehi. Dikutip dari laman Kompas.com, hasil tenun di Indonesia sangatlah beragam, salah satunya ialah Kain Ulos yang beberapa di antaranya dapat di jumpai di Kampung Ulos Huta Raja.
Desa Lumban Suhi-Suhi Toruan Samosir, Sumatera Utara, Kampung Ulos Huta Raja, terletak
sebuah komunitas penenun ulos terampil yang telah melestarikan tradisi leluhur mereka selama
lima generasi. Kerajinan tenun adalah usaha industri kecil menengah yang memproduksi kain tenun Ulos. Saat menginjakkan kaki di kampung ini, pengunjung akan disambut dengan
pemandangan rumah-rumah tradisional Batak yang senantiasa dilengkapi dengan gorga. Di halaman rumah, para penenun ulos, kebanyakan perempuan, duduk
dengan tekun di depan alat tenun tradisional mereka, menciptakan mahakarya turun-temurun.
Dikutip dari Jurnal WARTA Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, Presiden Joko Widodo meresmikan Kampung Ulos di Desa Lumban Suhi Suhi Toruan, Februari 2022. Nama Kampung Ulos diberikan oleh Ibu Negara Iriana (Pardosi, 2022). Tujuan peresmian Kampung Ulos adalah untuk konservasi warisan suku Batak; membuat penataan ruang publik sesuai karakteristik dan kearifan lokal budaya, sehingga revitalisasi tersebut dapat menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara (PPID, 2022). Mayoritas masyarakat di Kampung Ulos adalah penenun.
Kain ulos digunakan dalam berbagai acara adat, seperti pernikahan, acara kematian, tujuh bulanan, ataupun acara keluarga lainnya. Penggunaan ulos dibedakan dari berbagai jenis kain ulos, seperti Ulos Ragi Hotang, Ulos Sibolang, Ulos Mangiring, Ulos Ragi Huting, Ulos Bintang Maratur, Ulos Ragi Hidup. Setiap jenis ulos memiliki fungsi yang berbeda-beda, disesuaikan dengan pihak yang memberikan ulos kepada penerimanya.
Ibu Rohani Silalahi (47),salah satu seorang warga dan sekaligus pengrajin pembuatan kain ulos di Kampung Ulos Hutaraja yang berlokasi di desa lumban Suhi-suhi toruan. Beliau sangat kreatif dalam menenun kain ulos. Pembuatan kain ulos juga tidak mudah ,banyak juga berbagai tantangan yang dihadapi oleh para pembuat ulos.
“Tantangannya iyalah kadang ini ulos kita ini benangnya retes, murah-murah putus, berbulu. Itulah tantangannya jadi kita ngerjakannya lama. Harus sabar kalau ngak sabar dia itulah mau terbuang. Mengerjakan ini harus orang yang sabar. Untuk waktu pengerjaan satu kain ulos, nengok motifnya juga ada yang 1 bulan, ada yang 3 minggu, ada yang 3 bulan, nengok motifnya sama lebarnya sama panjangnya, ada yang 7 meter, ya, ada yang minta 7 meter ibaratnya ada gitu kesurupan dia, harus dibuat bajunya, ya kita harus membuat permintaan dia harus 7 meter bajunya ya. Sarungnya sekalian, 1 lilit itu. Yang 7 meter itu 1 badan” Ujar Ibu Rohani Silalahi (47).
Ragam kesulitan yang dihadapi dalam pembuatan satu kain ulos, tidak menghilangkan minat Ibu Rohani Silalahi, justru ketekunannya dalam menenun menjadikan beliau di kenal banyak orang sebagai salah satu penenun yang menghasilkan kain ulos yang cantik dan bahkan mampu menuruti permintaan atau request dari pembelinya serta Ibu Rohani Silalahi mampu menurunkan keterampilannya dalam menenun kepada anak-anaknya yang sekarang ini setiap sepulang sekolah akan melakukan kegiatan menenun ulos di depan rumah yang ada di Kampung Ulos Huta Raja tersebut.
ADVERTISEMENT
Emiya Stefani Temanta Universitas Sumatera Utara