Konten dari Pengguna

Hubungan Bilateral Indonesia & Timor Leste: Tulus Membantu /Alat Pengakuan Dosa?

Michael Samudra
Mahasiswa Hubungan Internasional Univeristas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur
24 Oktober 2024 14:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Michael Samudra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar animasi hubungan bilateral Indonesia & Timor Leste ( Sumber: DALL.E )
zoom-in-whitePerbesar
Gambar animasi hubungan bilateral Indonesia & Timor Leste ( Sumber: DALL.E )
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2002 silam, Timor Leste merupakan negara yang melepaskan diri dari bagian wilayah Indonesia dan memilih untuk menjadi negara yang merdeka hingga saat ini. Peristiwa tersebut akhirnya membuat Indonesia menjadi kehilangan wilayah di Kawasan Timor-Timur. Meskipun demikian, Indonesia dan Timor Leste masih tetap memiliki hubungan diplomatik yang baik terbukti dengan adanya berbagai hubungan bilateral antar kedua negara dalam bentuk bantuan dari Indonesia kepada Timor Leste yang mencakup berbagai bidang. Namun, melihat kembali peristiwa historis lepasnya wilayah bagian Timor Leste dari Indonesia, apakah berbagai macam bantuan yang dilakukan Indonesia bersifat tulus membantu atau merupakan tindakan pengakuan dosa dari Indonesia kepada Timor Leste?
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya hubungan yang dilakukan oleh antar negara tidak akan lepas dari adanya kepentingan atau tujuan yang diinginkan oleh sebuah negara. Dalam Hubungan Internasional, terdapat dua teori yakni Liberalisme dan Realisme yang sangat digaungkan oleh tokoh Hubungan Internasional. Liberlisme menurut John Locke sebagai tokoh pemikir liberal, “negara dibentuk untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia sehingga negara memiliki kewajiban untuk melindungi hak masyarakatnya”. Inti asumsi penting dari kaum liberalis sendiri adalah liberalisme menawarkan kepentingan perdamaian bahkan ketika negara-negara sedang berkonflik, karena perdamaian merupakan salah satu cara yang paling tepat untuk mewujudkan kepentingan negara yang baik tanpa harus melalui kekerassan. Selanjutnya terkait pandangan realisme, seorang tokoh pendiri aliran realis, Hans Morgenthau mengemukakan bahwa “negara adalah aktor utama dalam hubungan internasional serta kepentingan nasional adalah penting bagi negara dalam menentukan kebijakan luar negerinya oleh karena itu, negara akan bertindak berdasarkan perhitungan rasional atas keuntungan dan keamanan nasional mereka”. Intinya, realis mengatakan bahwa setiap tatanan dalam hubungan antar negara tidak akan terlepas dari adanya kepentingan nasional. Sebuah negara tentunya tidak akan mau melakukan kerja sama atau bantuan bagi negara lain apabila hal tersebut tidak memberikan keuntungan bagi negara tersebut. Hal ini dikarenakan dalam pandangan realis, negara tidak akan mau rugi demi kepentingan negara lain.
ADVERTISEMENT
Secara historis, lepasnya Timor Leste dari Indonesia merupakan akibat dari adanya integrasi konflik bersenjata pada kedua belah pihak. Dari adanya integrasi tersebut menimbulkan banyak pelanggaran HAM yang terjadi dan dialami oleh masyarakat Timor Leste. Peristiwa tersebut akhirnya menimbulkan kemarahan dan kebencian masyarakat Timor Leste terhadap Indonesia sehingga mereka akhirnya memutuskan untuk melepaskan diri dari Indonesia dan menginginkan kemerdekaan sendiri. Namun sayangnya, dilansir dari web BBC, Timor Leste banyak mengalami tantangan di berbagai aspek sebab ketimpangan masih banyak terjadi pasca negara tersebut menyatakan kemerdekaannya. Seiring berjalannya waktu, akhirnya hubungan antarnegara Indonesia dan Timor Leste hingga saat ini terus berangsur membaik. Indonesia banyak memberikan bantuan luar negari kepada Timor leste mengingat bahwasannya dulu Timor Leste merupakan wilayah bagian dari Indonesia. Berbagai macam bantuan telah banyak diberikan dari Indonesia kepada Timor Leste baik dibidang pertanian, peternakan, kesehatan, pendidikan, hingga bantuan keuangan. Dari motif bantuan luar negeri Indonesia kepada Timor Leste ini apabila dikaitkan melalui teori liberalisme dan realisme memiliki makna relevan yang mendalam karena tidak akan lepas dari adanya kepentingan nasional negara. Dilihat dari sudut pandang liberal, melihat bahwa Indonesia merupakan negara yang demokratis dan negara sekaligus negara yang memiliki toleran tinggi, bantuan luar negeri Indonesia kepada Timor Leste merupakan tindakan yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat Timor Leste dari Indonesia. Bantuan-bantuan tersebut dapat terwujud dikarenakan melihat dari sisi kenegaraan Timor Leste yang sering mengalami hambatan dan ketimpangan yang masih terbilang rendah dalam mencukupi kebetuhan negaranya sendiri sehingga Timor Leste masih memerlukan bantuan dari negara lain dan tentunya juga karena ada aspek hubungan diplomatic bilateral yang telah terjalin antar kedua negara. Selanjutnya, apabila dilihat dari pandangan realis, dapat dikatakan bahwa ada kepentingan tersendiri bagi Indonesia dibalik bantuan luar negeri yang diberikan oleh Timor Leste tersebut. Hal tersebut dapat dilihat mengingat secara historis lepasnya Timor Leste dari Indonesia karena adanya konflik senjata antar negara tersebut yang menimbulkan banyaknya pelanggaran HAM pada masyarakat Timor Timur dan akhirnya menimbulkan terhadap Indonesia hingga sampai pada lepasnya wilayah Timor Leste dari Indonesia. Bantuan-bantuan tersebut mungkin dapat dianggap sebagai penebusan dosa Indonesia terhadap masyarakat Timor Leste karena faktor historis tadi. Selain itu, Indonesia juga dapat memporeleh citra yang baik di mata dunia internasional atas berbagai macam bantuan luar negeri yang diberikan kepada Timor Leste.
ADVERTISEMENT
Dari penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bantuan luar negeri Indonesia yang diberikan kepada Timor Leste berdasarkan teori liberalis dan realisme dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda. Pada pandangan liberal, bantuan luar negeri Indonesia dianggap sebagai wujud bantuan kemanusiaan bagi masyarakat Timor Leste. Sedangkan pada pandangan realis, wujud bantuan luar negeri Indonesia ini mungkin dapat dianggap sebagai pengakuan dosa Indonesia terhadap masyarakat Timor Timur dari peristiwa konflik historis antar kedua negara yang terjadi di masa lalu dan juga semata-mata Indonesia ingin terlihat memiliki citra yang baik dan positif di mata dunia internasional.