Broken Home Butuh Kasih Sayang, Bukan Harapan

Denusiati Yulistia
Mahasiswi Insistut Teknologi Telkom Purwokerto
Konten dari Pengguna
26 Desember 2022 12:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Denusiati Yulistia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi KDRT. Foto: TORWAISTUDIO/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi KDRT. Foto: TORWAISTUDIO/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Broken home merupakan istilah yang menggambarkan suasana keluarga di dalam rumah yang tak lagi harmonis dan tampak suram. Banyak yang menganggap jika broken home hanya dialami oleh mereka yang orang tuanya bercerai, tetapi tidak menutup kemungkinan jika broken home pun terjadi pada keluarga yang orang tuanya masih dalam status suami istri.
ADVERTISEMENT
Broken home berkaitan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis. Dengan berbagai macam penyebab , mulai dari pertengkaran, perceraian, hingga kekerasan dalam rumah tangga. Orang tua yang sering bertengkar hingga terjadi kekerasan, sehingga menyebabkan psikologis anak terganggu.
Sebagian anak broken home juga mengalami suasana hati yang tidak menentu (mood swing) atau gangguan suasana hati lainnya. Sebagian dari mereka memilih untuk menarik diri dari pergaulan, enggan untuk bersosialisasi, dan rendahnya tingkat percaya diri. Perceraian juga berkontribusi dalam mendorong perilaku antisosial pada anak.
Pandangan orang terhadap anak broken home.
"Lihat si A, ayah-ibu nya bercerai. Setiap hari pulang larut malam, bandel, dasar anak broken home!".
Tidak salah jika mereka mengartikan seperti itu, karena keadaan yang mereka alami seperti itu. kita tidak perlu menghakimi, "ngeluh terus, tidak bersyukur ." hargai dan berikan support kepada mereka, jika kita tidak bisa menghargai dan mensupport mereka lebih baik diam tanpa men judge.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan orang-orang melabeli anak broken home sebagai anak yang bandel maupun keras kepala. Menurut saya, broken home adalah kegagalan sistem psikologis pada orang tua dalam menyikapi suatu hal dan berdampak kepada anak. Dan, penyebabnya antara lain yaitu salah satu atau kedua orang tuanya meninggal atau keluarganya sering cekcok yang mengakibatkan permasalahan finansial dan emosionalnya terganggu.
Akibat permasalahan keluarga, anak-anak menjadi tidak nyaman, dan mencari atensi baru untuk membuatnya nyaman. Tidak sedikit anak-anak terjerumus ke dunia gelap karena orang-orang tersebut yang memiliki kepedulian dengan mereka (namun dengan maksud yang tidak baik). Sedangkan, "orang-orang baik" cenderung tidak menunjukkan kepeduliannya terhadap anak broken home.
Namun tidak semua! Masih banyak anak-anak broken home yang sukses. Misalnya aktor pria ternama, Teuku Rassya yang ternyata orang tuanya bercerai disaat ia berusia delapan tahun. Bahkan perceraian tersebut tak membuat Rassya minder, dirinya justru malah semakin percaya diri untuk bergerak di dunia hiburan.
ADVERTISEMENT
Banyak orang yang memandang anak broken home memiliki perilaku yang kurang baik. Memang hal tersebut tidak salah, namun masih banyak juga anak yang mengalami broken home tapi masih memiliki sikap baik. jadi alasan yang melatarbelakangi hal tersebut bukan lain karena mereka itu ingin diperhatikan oleh orang-orang sekitarnya.
Mereka yang mungkin merasa kurang diperhatikan di rumahnya, jadi mereka meluapkan emosi dengan hal yang kurang baik sebagai bentuk pelampiasan dengan apa yang terjadi dengan ayah dan ibunya. Secara psikologis mereka sangat terdampak sekali, bagaimana tidak? Mereka yang seharusnya mendapatkan kasih sayang kedua orang tua seperti anak pada umumnya, tetapi akibat permasalahan perceraian ataupun pertengkaran ayah dan ibunya yang mengakibatkan dirinya kurang mendapat perhatian. Selain itu, pertengkaran yang kerap terjadi mempengaruhi mental pada sang anak, membuat anak secara tidak langsung mengalami depresi dengan apa yang mereka lihat dan rasakan.
ADVERTISEMENT
Disisi lain anak remaja umumnya memandang temannya adalah segala-galanya, dengan harapan mereka dapat perhatian dari temannya tersebut dan hal ini bukan tanpa alasan. Karena mereka menganggap teman sebagai orang yang dapat memahaminya dan tempat untuk ia bercerita. Oleh sebab itu, tidak sedikit remaja yang terjebak pergaulan bebas  karena salah dalam memilih teman. Yang seharusnya teman adalah orang yang dapat mengarahkan dan memperlakukan temannya dengan baik, tetapi malah memanfaatkannya untuk hal yang tidak baik.
Kasih sayang yang mereka inginkan itu adalah kasih sayang yang tulus dan bukan sekadar harapan belaka, entah itu dari teman atau mungkin dari orang mereka sukai. alasannya, bukan lain karena mereka di rumah sangat jarang sekali mendapat kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya. Tentunya mereka tidak mau lagi dan mungkin trauma dengan terjalinnya sebuah hubungan seperti yang orang tuanya alami.
ADVERTISEMENT
Peranan kita sebagai orang umum harus memberikan ruang kepada mereka dan menunjukkan kepedulian kita untuk merangkul mereka. Mereka sangat membutuhkan atensi dan afeksi sebab mereka belum mendapatkan  atau hanya mendapatkan sebagian hal tersebut di keluarga.
Cara menghibur anak yang broken home
1. Mendengarkan ceritanya walau sulit dimengerti.
2. Jangan menceritakan orang lain yang mengalami hal serupa.
3. Berikan semangat untuk menjalani hari-harinya.
4. Memberikan perhatian kecil, contohnya menanyakan jadwal makan.
5. Menemani mereka disaat sedih
6. Ajak berkomunikasi agar menghilangkan rasa sedihnya.
7. Yakinkan dirinya kalau tidak sendirian.
8. Bisa juga membantu menyelesaikan permasalahan finansial mereka.
Bagaimana cara mengatasi trauma anak broken home?
Dijelaskan oleh seorang psikolog yang bernama Ikhsan, untuk mengatasi trauma anak broken home, diperlukan dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya. Dukungan tersebut bisa didapat dari orang tua, keluarga, ataupun teman-temannya.
ADVERTISEMENT
“Dukungan dari lingkungan sekitarnya bisa membuat buat anak jadi tangguh sehingga dia tetap bisa menjalin hubungan yang baik. Nantinya, dampak psikologis dan emosional dari perceraian yang diterima anak tidak parah,” kata Ikhsan.