Konten dari Pengguna

Program Prioritas Prabowo : Makan Siang Gratis Mencegah Stunting

Katerina Shafira
Seorang mahasiswa semester 3 di Universitas Negeri Surabaya
11 November 2024 13:09 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katerina Shafira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto https://www.shutterstock.com/shutterstock/photos/2497572923/display_1500/stock-photo-tangerang-indonesia-august-elementary-school-students-and-their-teachers-have-free-2497572923.jpg
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto https://www.shutterstock.com/shutterstock/photos/2497572923/display_1500/stock-photo-tangerang-indonesia-august-elementary-school-students-and-their-teachers-have-free-2497572923.jpg
ADVERTISEMENT
Di tengah ramainya musim pemilu calon presiden dan wakil presiden 2024, para paslon mulai mengusulkan program-program untuk meyakinkan masyarakat bahwa ia lah yang terbaik dengan usulan yang dianggap solusi untuk berbagai masalah yang ada di Indonesia. Dengan berbagai tantangan dan implementasi serta keberlanjutan, masyarakat perlu mengamati dan berpikir secara kritis akan dampak nyata dari program yang akan dipilih. Program apapun itu pastinya lebih dirasakan oleh masyarakat menengah ke bawah, karena dalam penyusunan program tersebut lebih ditujukan ke masyarakat yang kurang mampu.
ADVERTISEMENT
Namun, kali ini akan berfokus pada salah satu paslon yang terpilih menjadi presiden yaitu Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dimana menyampaikan beberapa program, salah satunya makan siang gratis yang tujuannya untuk mencegah stunting. Ini menjadi program prioritasnya karena pemerintah masih berupaya menekan angka kemiskinan dan stunting. Prabowo dalam debat kelima Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 pada Minggu (4/2/2024) pernah menyatakan tujuan dari pemberlakuan program makan siang gratis. Menurutnya, kebijakan ini mampu mengatasi angka kematian ibu hamil, anak kurang gizi, stunting, menghilangkan kemiskinan ekstrem, serta menyerap hasil panen petani dan nelayan. Setelah program ini diusulkan muncul perdebatan dan pertanyaan, “apakah ini menjadi solusi atau sebatas gimmick untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat?”. Dimana dalam setiap program yang dibuat, masyarakat tentu tidak tahu secara pasti apa yang menjadi alasan mereka mengemukakan program itu.
ADVERTISEMENT
Program makan siang gratis dipercaya mampu memperbaiki masalah yang ada di bidang ekonomi sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup rakyat Indonesia. Namun, jika dipikir secara realistis, program ini tidak bisa serta merta dilakukan secara rutin disatu wilayah, walaupun tentunya akan dilakukan secara menyeluruh. Program ini juga tidak bisa dijadikan jaminan akan penurunan angka stunting secara signifikan yang ada di Indonesia. Diperlukan waktu yang panjang dan rumit agar dampak dari program ini dapat terlihat secara transparan atau eksplisit. Seperti menurut Esther Sri Astuti sebagai pakar dan direktur program Institute for Development of Economic and Finance (Indef), yang mengatakan program ini terdengar dapat membantu masyarakat namun sulit untuk diandalkan memutus lingkaran kemiskinan.
Mulai diimplementasikan program makan siang gratis ketika Prabowo dan Gibran telah dilantik menjadi pesiden dan wakil presiden 2024. Menurut Budisatrio, program tersebut nantinya akan dilaksanakan secara bertahap dengan menentukan skala prioritas dan baru mencapai target pada tahun 2029. Namun, jika yang ditanyakan dapat bertahan berapa lama program ini? Belum ada jawaban yang tepat karena semua bergantung pada beberapa faktor, salah satunya dukungan biaya, apakah sudah cukup untuk memenuhi pengeluaran yang dibutuhkan? Masalah ini masih menjadi tanda tanya dan belum dijelaskan secara jelas oleh pemerintah karena semuanya masih dalam tahap perencanaan. Ketika ada berita yang mengatakan program tersebut telah dijalankan, seperti layaknya tahap uji coba karena tidak dilakukan secara konsisten. Kebijakan ini bisa menjadi jangka panjang apabila mendapat dukungan yang positif. Namun, jika tidak dilakukannya monitoring selama dijalankan program ini, menimbulkan masalah baru seperti kualitas menurun dan dampaknya tidak lagi dirasakan. Sehingga tidak bisa dipastikan akan berlangsung berapa lama karena berisiko dapat berhenti sewaktu-waktu.
ADVERTISEMENT
Kemudian yang menjadi target penerima atau masyarakat yang nantinya menerima makan siang gratis dari Prabowo telah dijelaskan di debat kelima Pilpres 2024, “Memberi makan bergizi untuk seluruh anak-anak Indonesia termasuk yang masih dalam kandungan ibunya dan selama sekolah sampai dari usia dini sampai dewasa”. Sementara itu, masih dikutip dari situs Media Center TKN, program makan siang gratis Prabowo ditujukan bagi siswa sekolah, santri di pesantren, ibu hamil, dan anak balita. Dalam penerimaan makan gratis ini ternyata juga ditujukan untuk sejumlah guru yang berpenghasilan rendah. Bantuan makan siang ini berupa makan dan susu gratis untuk meningkatkan asupan gizi sekaligus mendorong dan menciptakan generasi yang lebih baik. Tentunya dilihat dari target penerima program makan siang gratis ini terdapat korelasinya dengan tingkat pendidikan. Gizi yang baik, dapat memperbaiki perkembangan otak, daya ingat, kemampuan konsentrasi seseorang. Menurut World Food Progaramme, "pemberian makanan sekolah yang sehat meningkatkan kemampuan anak-anak untuk belajar, dan memiliki efek positif pada pendidikan dan produktivitas masa depan mereka”.
ADVERTISEMENT
Namun, jika dilihat dari tujuannya yaitu menurunkan potensi stunting, bukankah harusnya pemerintah berfokus pada ibu hamil dan anak balita saja? Jika dianalisis kembali, stunting sendiri itu bentuk kekurangan nutrisi dari yang seharusnya dan pola makan yang tidak memadai selama periode kritis 1000 hari pertama kehidupan, lebih tepatnya sejak awal kehamilan sampai anak memasuki usia 2 tahun. Namun, kenapa pemerintah justru lebih menekankan target ini kepada anak-anak yang telah melewati usia yang ditentukan yaitu 2 tahun? Bukankah itu yang perlu dijadikan pertanyaan oleh masyarakat terhadap pemerintah? Selain itu, terlalu banyak target penerima, membuat terget yang seharusnya mendapatkan perhatian lebih menjadi tidak maksimal atau bahkan tidak merasakan dampak dari program ini.
Selain itu, dalam mengimplementasikannya diperlukan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang tentunya dengan jumlah tidak sedikit. Saat Jokowi masih menjabat sebagai presiden, untuk program makan gratis ini telah disiapkan anggaran sebesar Rp71 triliun dalam APBN 2025. Telah dibentuk juga Badan Gizi Nasional untuk menjalankan program tersebut dan dibutuhkan setidaknya Rp1,2 triliun per harinya, kata Dadan dalam acara BNI Investor Daily Summit di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (8/10/2024).
ADVERTISEMENT
Perlu diingat kembali lagi pada kondisi ekonomi di Indonesia yang sedang tidak stabil. Apabila program ini hanya mengandalkan APBN untuk semua pembiayaannya, maka negara ini akan memiliki tanggungan yang lebih besar lagi. Bahkan untuk anggaran pendidikan, kesehatan dan lain-lain, APBN masih belum bisa menutupi kekurangan biayanya. Walaupun program makan siang terlihat membantu rakyat, namun tidak bisa dipungkiri hal ini bisa menimbulkan masalah lain terutama keuangan negara yang nantinya akan berdampak lagi ke masyarakat. Pemerintah perlu membuat kebijakan atau program baru yang lebih baik tanpa menimbulkan masalah yang terus berulang dan justru menambah beban masyarakat terutama kelas menengah ke bawah.
Sebagai penutup dari opini kali ini, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dalam mengusulkan program makan siang gratis terdapat potensi untuk menangani masalah stunting dan kemiskinan yang terjadi di Indonesia sejauh ini. Namun, program ini bukan berarti tidak dapat gagal selama diimplementasikan, dimana keberhasilan dari program ini sangat bergantung pada anggaran yang memadai dan pengawasan serta evaluasi yang berkelanjutan. Jika tidak ada perhatian khusus dari pemerintah, terutama tidak ada tindakan apapun apabila terdapat kendala, program ini bisa saja menjadi sekadar gimmick politik karena tidak memberikan dampak apapun untuk masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat juga wajib untuk turut ikut andil dalam mengawasi dan terus menanyakan perihal komitmen pemerintah dalam menjalankan program ini agar tidak terjebak dalam siklus masalah yang sama di masa depan. Komitmen dari pemerintah juga menjadi poin penting agar program ini tidak hanya berjalan saat diawal-awal saja. Perlu juga dipastikan agar tetap berjalan sampai ada perubahan yang lebih baik dan ada perubahan yang signifikan terhadap jumlah stunting di Indonesia.
ADVERTISEMENT