Konten dari Pengguna

Membangun Identitas Nasional di Tengah Derasnya Hoaks: Tantangan Bagi Generasi Z

Tasya Khairunnisa
Mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SUNAN KALIJAGA
9 April 2025 9:17 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tasya Khairunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi peta Indonesia (sumber:https://media.istockphoto.com/id/1436907057/id/foto/peta-topografi-asia-tenggara-warna-render-3d-horisontal.jpg?s=1024x1024&w=is&k=20&c=umXmjsQTZHkqFXRP-QbgPS1Ufwen6ij6j-6RfC5D6p4=)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi peta Indonesia (sumber:https://media.istockphoto.com/id/1436907057/id/foto/peta-topografi-asia-tenggara-warna-render-3d-horisontal.jpg?s=1024x1024&w=is&k=20&c=umXmjsQTZHkqFXRP-QbgPS1Ufwen6ij6j-6RfC5D6p4=)
ADVERTISEMENT
Di tengah derasnya arus informasi digital saat ini, hoaks atau yang biasa kita kenal sebagai berita palsu menjadi sebuah ancaman serius terhadap identitas nasional. Generasi Z atau yang biasa disebut dengan Gen Z menjadi salah satu kelompok yang paling rentan dalam menghadapi serbuan informasi atau berita-berita yang belum tentu benar adanya. Hal ini dikarenakan Gen Z lahir dan tumbuh bersamaan dengan berkembangnya teknologi digital.
ADVERTISEMENT
Fenomena hoaks ini kian meresahkan, terutama di era post-truth. Era post-truth merupakan sebuah era di mana kebohongan bisa menyamar menjadi sebuah kebenaran (Mofferz, 2020). Era ini ditandai dengan maraknya manipulasi, dimana informasi disebarkan bukan lagi untuk memberikan sebuah wawasan baru, melainkan untuk membentuk opini buruk tentang suatu hal serta memanipulasi emosi seseorang. Hal ini tentunya menjadi ancaman serius bagi jati diri bangsa.
Hoaks bukan hanya mengganggu keakuratan sebuah informasi, tetapi juga dapat memecah belah Masyarakat suatu negara, terutama pada hoaks-hoaks yang berkaitan dengan agama, politik dan isu-isu sosial yang biasanya dijadikan sebagai alat yang efektif dalam memicu disintegrasi bangsa (Pramesti et al., n.d.).
Ketika masyarakat terutama generasi muda kurang kritis atau tidak memiliki kemampuan dalam memilah informasi yang beredar, mereka akan dengan mudah terprovokasi, sehingga hal tersebut dapat menciptakan perpecahan di berbagai aspek kehidupan. Jika hoaks ini terus dibiarkan menyebar begitu saja, hal ini bisa memperkeruh konflik antar kelompok yang ada, yang dalam jangka panjangnya situasi ini dapat melemahkan rasa nasionalisme dan solidaritas. Yang pada akhirnya dapat mempengaruhi jati diri bangsa dan nilai-nilai kebangsaan yang sudah sejak lama dibangun.
ADVERTISEMENT
Salah satu dampak nyata dari penyebaran hoaks ini adalah terganggunya identitas serta integrasi nasional. Hoaks yang menyasar pada unsur SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan), dapat memicu pandangan negatif terhadap kelompok tertentu. Yang dimana kondisi ini dapat menciptakan perpecahan dalam masyarakat dan bisa merusak kebhinekaan yang menjadi kekuatan utama bangsa Indonesia (Susanti & Nurmiati, 2022).
Selain itu, hoaks juga dapat menimbulkan ketidakstabilan politik dan sosial, terutama ketika digunakan untuk menggiring opini-opini buruk kepada publik dalam momen-momen penting seperti pemilu (Amilin, 2019).
Dampak-dampak di atas tentunya sangat meresahkan bagi semua pihak, oleh karena itu kita harus lebih berhati-hati lagi dalam menerima berita yang masuk. Menurut Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoaks Septiaji Eko Nugroho dalam Yunita (2017) terdapat lima langkah sederhana untuk mengidentifikasi mana yang merupakan berita hoaks dan mana berita yang sebenarnya (Subarjo & Setianingsih, 2020), lima langkah sederhana itu sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
1. Lebih berhati-hati dengan judul-judul artikel berita yang provokatif.
2. Cermati alamat situs yang memposting berita provokatif tersebut.
3. Periksa kembali fakta-fakta yang ada.
4. Cek keaslian foto yang diposting.
5. Ikut serta grup diskusi anti-hoaks.
Dalam konteks ini, Generasi Z tentunya memiliki peran yang amat strategis. Sebagai generasi yang sudah sangat akrab dengan kecanggihan teknologi dan media sosial, mereka tentunya memiliki akses yang lebih luas terhadap informasi yang beredar, namun di sisi lain juga Generasi Z harus punya benteng yang kuat agar tak mudah terbawa arus. Memiliki literasi digital yang kuat menjadi salah satu modal utama yang bisa dilakukan oleh para Generasi Z di era teknologi digital yang semakin berkembang ini. Literasi digital bukanlah sekedar kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga sebuah kemampuan untuk memahami, mengevaluasi dan menyebarkan informasi secara bijak (Sahputra et al., 2023).
ADVERTISEMENT
Adapun beberapa langkah penting yang bisa dilakukan untuk memperkuat identitas nasional di tengah derasnya arus hoaks adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan Literasi Digital Sejak Dini
Pendidikan tentang literasi digital ini bisa diterapkan sejak bangku sekolah dasar, agar generasi muda mampu menjadi penerima dan pemberi informasi yang bertanggung jawab.
2. Mengadakan Sosialisasi tentang Bahaya Hoaks dalam Kehidupan Nyata
Upaya lain yang dapat dilakukan yaitu dengan mengadakan sosialisasi tentang bahayanya hoaks. Sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terutama generasi muda agar mampu mengenali ciri-ciri hoaks.
3. Membangun Ruang Diskusi Sehat diKalangan Anak Muda
Membentuk komunitas digital yang kritis dan solutif bisa menjadi salah satu alternatif yang bisa menjadi wadah untuk mengedukasi generasi muda sekaligus memperkuat solidaritas sosial dikalangan generasi muda.
ADVERTISEMENT
Itulah beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk menjga Identitas nasional. Menjaga identitas nasional di tengah derasnya hoaks memanglah tidak mudah untuk dilakukan, akan tetapi dengan membangun kesadaran, meningkatkan edukasi, dan kerja sama yang kuat, kita semua dapat menghadapi ancaman hoaks ini dengan lebih baik. Di saat-saat inilah peran Generasi Z juga sangat dibutuhkan untuk menjadi agen literasi dan penyaring informasi yang dapat merusak identitas nasional. Dengan semua upaya tersebut Indonesia tidak hanya akan bertahan di tengah derasnya hoaks, tetapi juga akan semakin kuat sebagai bangsa yang bersatu dan berdaulat ***
Tasya Khairunnisa, Mahasiswa Pendidikan Matematika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.