Konten dari Pengguna

Overthinking dan Burnout: Dua Masalah yang Saling Berkaitan di Era Modern

Saffa Callysta
mahasiswi fakultas kedokteran universitas islam indonesia
1 Januari 2025 12:57 WIB
Ā·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Saffa Callysta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar Dibuat menggunakan DALLĀ·E oleh OpenAI.
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Dibuat menggunakan DALLĀ·E oleh OpenAI.
ADVERTISEMENT
Overthinking dan burnout adalah dua istilah yang kian sering kita dengar, terutama di kalangan anak muda. Dengan gaya hidup serba cepat dan tuntutan yang tinggi, banyak dari kita yang terjebak dalam lingkaran pikiran berlebih yang tanpa sadar membawa kelelahan fisik dan mental. Tapi, apa hubungan antara keduanya? Dan bagaimana kita dapat mengatasinya?
ADVERTISEMENT

Overthinking: Ketika Pikiran Tidak Berhenti Berlari

Overthinking, atau kebiasaan memikirkan sesuatu secara berlebihan, sering kali dianggap sebagai masalah kecil. Padahal, dampaknya bisa sangat signifikan. Berpikir terlalu lama tentang keputusan yang harus diambil, mengkhawatirkan hal-hal di luar kendali, atau terus-menerus menganalisis situasi dapat membuat otak kita terus bekerja tanpa istirahat. Seperti otot yang terlalu sering digunakan, pikiran pun bisa mengalami kelelahan.

Burnout: Titik Jenuh Fisik dan Mental

Burnout adalah kondisi kelelahan fisik, emosional, dan mental yang diakibatkan oleh stres berkepanjangan. Biasanya, burnout terjadi pada mereka yang merasa tertekan oleh tanggung jawab atau pekerjaan yang tidak kunjung selesai. Namun, yang menarik adalah bagaimana overthinking dapat menjadi pemicu utama burnout.

Hubungan Overthinking dan Burnout

Ketika seseorang overthinking, mereka cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal kecil yang mungkin sebenarnya tidak terlalu penting. Hal ini membuat mereka:
ADVERTISEMENT
1. Menghabiskan Energi Tanpa Hasil: Memikirkan sesuatu berulang kali tidak memberikan solusi, tetapi justru menguras energi mental.
2. Menunda Tindakan: Ketakutan akan salah langkah sering kali membuat seseorang memilih untuk tidak bertindak sama sekali. Akibatnya, pekerjaan menumpuk dan tekanan semakin besar.
3. Stres Berkepanjangan: Pikiran yang terus-menerus bekerja menciptakan rasa cemas yang akhirnya memicu burnout.

Gejala Burnout Akibat Overthinking

Gabungan antara overthinking dan burnout dapat menghasilkan gejala seperti:
1. Kesulitan tidur atau insomnia.
2. Penurunan konsentrasi dan produktivitas.
3. Rasa lelah yang tidak kunjung hilang meski sudah beristirahat.
4. Mudah merasa frustrasi atau kehilangan motivasi.

Cara Mengatasi Overthinking dan Burnout

Meski terlihat kompleks, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengatasi kedua masalah ini:
1. Latih Diri untuk Berhenti: Ketika menyadari sedang overthinking, coba berhenti sejenak. Tuliskan apa yang ada di pikiran Anda untuk memberikan kejelasan.
ADVERTISEMENT
2. Prioritaskan Istirahat: Jangan menyepelekan waktu istirahat. Tidur yang cukup adalah salah satu kunci untuk memulihkan energi mental.
3. Fokus pada Hal yang Bisa Dikontrol: Alihkan perhatian pada hal-hal yang benar-benar dapat Anda kendalikan.
4. Lakukan Aktivitas Fisik: Olahraga ringan dapat membantu meredakan stres dan memberikan energi positif.
5. Cari Dukungan: Jangan ragu untuk berbicara dengan teman, keluarga, atau profesional jika merasa beban terlalu berat.
Kesimpulan
Di tengah tekanan hidup modern, overthinking dan burnout adalah dua hal yang sering kali kita jumpai. Keduanya tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental, tetapi juga kualitas hidup secara keseluruhan. Sebagai anak muda, penting bagi kita untuk mengenali tanda-tanda awal dan mengambil langkah-langkah pencegahan sebelum keduanya mengambil alih hidup kita. Ingat, tidak apa-apa untuk beristirahat dan mencari bantuan ketika diperlukan. Hidup adalah perjalanan, bukan perlombaan.
ADVERTISEMENT