Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Logika Mistika & Garam Ruqyah, Pantas Saja Pola Pikir Warga Indonesia Sulit Maju
30 Desember 2024 10:33 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Rafi Ihya Azzaky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan hal-hal ghaib atau fenomena mistis yang sering menjadi topik pembahasan di sekitar kita. Namun, pernahkah kamu mendengar istilah tentang logika mistika?
ADVERTISEMENT
Menurut Tan Malaka dalam bukunya yang berjudul “Madilog” logika mistika adalah sebuah pola berpikir yang menganggap bahwa segala sesuatu disebabkan oleh hal-hal ghaib atau pengaruh roh. logika mistika juga disebut oleh Tan Malaka sebagai salah satu hal yang membuat Bangsa Indonesia sulit maju. Sampai saat ini, kita masih hidup berdampingan dengan logika mistika. Fenomena ini tidak hanya mempengaruhi cara pandang terhadap perkembangan teknologi, tetapi juga aspek-aspek lain dalam kehidupan, mulai dari kesehatan hingga pengambilan keputusan.
Bentuk logika mistika paling sederhana yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari adalah pamali, biasanya sering sekali dituturkan oleh sesepuh atau orang tua di sekitar kita. Beberapa contoh pamali yang mungkin familier di sekitar kita antara lain jangan bermain setelah maghrib, jangan bernyanyi sambil memasak, jangan berkeramas di sore hari, dan lain sebagainya. Sebagian besar pamali memang terdengar aneh dan sangat tidak rasional, tetapi ada pula pamali yang masuk akal dan dapat dijelaskan oleh sains, misalnya larangan untuk mengenakan pakaian hijau/biru ketika mengunjungi pantai selatan, hal tersebut sebenarnya bertujuan agar kita tidak hilang dari pandangan ketika bermain di air laut.
ADVERTISEMENT
Namun bagaimana bila logika mistika tersebut justru menyesatkan dan membuat suatu peradaban jatuh dalam kemunduran. Mari kita menilik kembali menuju tahun 2550 SM pada saat Piramida Giza Mesir mulai dibangun. Pada dasarnya pembangunan Piramida Giza dipercaya untuk mempersiapkan kebutuhan Firaun agar dapat membimbing dan menopang dirinya untuk menjadi Dewa di kehidupan yang selanjutnya. Pembangunan ini memakan waktu 20 tahun dan ahli Mesir Kuno, Zahi Hawass, meyakini ada sekitar 36.000 orang Mesir kuno yang membangun piramida. Bayangkan seberapa banyak sumber daya yang terbuang hanya untuk memenuhi hasrat mistis peradaban tersebut. Mungkin saja, peradaban Mesir Kuno bisa menjadi peradaban yang lebih maju pada saat itu kalau saja orang-orang pada zaman tersebut tidak mempercarai logika mistika.
ADVERTISEMENT
Kembali ke negara kita, belakangan ada sebuah topik yang cukup kontroversial dan disorot oleh orang-orang intelektual. Tidak lain tidak bukan adalah penjualan garam ruqyah di beberapa platform online shop. Hal tersebut marak dilakukan oleh banyak oknum yang melakukan overklaim terkait khasiat garam dapur yang luar biasa tersebut, nyatanya hal itu hanyalah omong kosong yang dibungkus dengan kemasan agama dan kepercayaan terhadap logika mistika. Ironisnya oknum yang melakukan hal tersebut tidak hanya satu atau dua, namun ratusan, dengan jumlah penjualan lebih dari 10.000 produk dengan omset lebih dari 4 miliar per toko. Logika mistika membuat orang terdorong untuk melakukan (membeli) sesuatu yang tidak masuk akal demi menyelesaikan permasalahan hidupnya. Jika kepercayaan terhadap hal mistis seperti ini terus dilanjutkan di Indonesia, maka bisa dipastikan Indonesia akan terhambat dalam segi pembangunan infrastruktur dan teknologi. Bayangkan berapa banyak nominal uang yang masuk ke kantong orang-orang serakah dalam tanda kutip “Penipu”, yang seharusnya uang tersebut bisa digunakan untuk memutar ekonomi negara dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Indonesia bisa saja sudah membangun dan meluncurkan roket sendiri jika masyarakatnya tidak terpaku kepada logika mistika, teknologi kita tentu dapat berkembang pesat apabila warga negara kita sanggup bersikap terbuka terhadap sains dan ilmu pengetahuan ketimbang percaya terhadap hal-hal ghaib.
ADVERTISEMENT
Logika Mistika sangat berbahaya bagi pola pikir dan cara pandang kita terhadap kehidupan, hal tersebut bisa membuat pemikiran kita semakin melenceng dari realita dan ilmu pengetahuan. Mungkin tidak semua logika mistika itu menuntun pada kesesatan, beberapa diantaranya mungkin justru meningkatkan iman dan spiritual kita dalam beragama, beberapa logika mistika juga ada yang telah dibuktikan dan ternyata berkaitan dengan sains, namun tidak menutup kemungkingan untuk menjerumuskan orang awam. Satu-satunya cara untuk melawan pengaruh logika mistika adalah dengan berpikir kritis.
Akhir kata, mempercayai logika mistika tidak sepenuhnya salah, namun ada batas-batas yang harus dipahami untuk menghindari kesalahpahaman dan pemborosan sumber daya negara, seperti yang kita ketahui beberapa logika mistika dapat berperan dalam meningkatkan spiritual diri serta memotivasi kita dalam menjalani kehidupan. Berpikir kritis memiliki peran krusial dalam hal ini, apabila seluruh warga Indonesia sanggup untuk memilah informasi dengan benar serta tidak serta merta menerima segala informasi terutama yang berkaitan dengan hal ghaib atau mistis, maka Indonesia memiliki potensi untuk berkembang menjadi negara dengan teknologi dan infrastruktur yang maju.
ADVERTISEMENT
Live Update
Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan menghapus presidential threshold 20 persen dalam sidang uji materi terkait UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, Kamis (2/1). Semua partai politik kini bisa mengajukan capres-cawapresnya sendiri.
Updated 2 Januari 2025, 19:16 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini