Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Anosmia pada COVID-19: Kehilangan Indra Penciuman yang Bertahan Lama
25 Oktober 2024 14:09 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Nida Maghfirotul Ihsan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Anosmia, atau hilangnya indra penciuman, telah diidentifikasi sebagai salah satu gejala utama COVID-19. Gejala ini sering muncul bersamaan dengan atau setelah infeksi virus SARS-CoV-2 dan, dalam beberapa kasus, bertahan dalam jangka panjang. Anosmia bukan hanya masalah klinis, tetapi juga memiliki dampak signifikan terhadap kualitas hidup penderitanya, memengaruhi aspek fisik, emosional, dan sosial. Artikel ini akan membahas mekanisme anosmia yang disebabkan oleh COVID-19, durasi pemulihan, serta pengaruh berkelanjutan dari anosmia terhadap kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Mekanisme Anosmia pada COVID-19
COVID-19 menyebabkan anosmia terutama melalui kerusakan sel-sel olfaktori di hidung. Virus SARS-CoV-2 menempel pada reseptor ACE2, yang banyak ditemukan pada sel epitel di rongga hidung. Ketika virus memasuki sel-sel ini, terjadi peradangan yang menyebabkan disfungsi sementara atau kerusakan permanen pada neuron sensorik penciuman. Ini mengganggu transmisi sinyal penciuman dari hidung ke otak, yang menyebabkan hilangnya kemampuan untuk mencium (Glezer, 2020).
Durasi Pemulihan Anosmia
Pada sebagian besar kasus, indra penciuman pulih dalam beberapa minggu setelah sembuh dari COVID-19. Namun, ada kelompok pasien yang melaporkan anosmia yang bertahan selama berbulan-bulan, bahkan setelah semua gejala lainnya mereda. Studi menunjukkan bahwa sekitar 10-20% pasien COVID-19 mengalami anosmia berkepanjangan selama lebih dari 6 bulan (Lechien et al., 2020). Kondisi ini dikenal sebagai "post-viral anosmia," yang dapat bertahan lebih lama dan, dalam beberapa kasus, menjadi permanen.
ADVERTISEMENT
Dampak Anosmia terhadap Kehidupan Sehari-hari
Hilangnya indra penciuman dapat mempengaruhi banyak aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari kemampuan mendeteksi bau berbahaya, seperti gas atau makanan yang basi, hingga menurunkan kenikmatan dalam mengonsumsi makanan. Selain itu, anosmia juga dapat menyebabkan masalah psikologis, seperti depresi dan kecemasan, terutama ketika pemulihan memakan waktu lama. Sebuah studi oleh Vaira et al. (2021) menemukan bahwa pasien dengan anosmia pasca-COVID-19 melaporkan penurunan signifikan dalam kualitas hidup, khususnya dalam interaksi sosial dan aktivitas yang melibatkan makanan dan minuman.
Anosmia akibat COVID-19, terutama yang berkepanjangan, berdampak besar pada kualitas hidup pasien. Dengan mekanisme utama yang melibatkan kerusakan sel-sel olfaktori, banyak pasien yang pulih dalam beberapa minggu, namun ada pula yang mengalaminya selama berbulan-bulan. Dampak emosional dan sosial dari kondisi ini menuntut perhatian lebih, terutama untuk pasien yang menghadapi pemulihan jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Nida Maghfirotul Ihsan, mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Referensi:
Glezer, I., Bruni-Cardoso, A., Schechtman, D., & Malnic, B. (2020). Viral infection and smell loss: The case of COVID-19. Journal of Molecular Medicine, 98(12), 1781-1787. https://doi.org/10.1007/s00109-020-01976-3. Diakses pada Minggu 6 Oktober 2024 pukul 18.03 WIB.
Lechien, J. R., Chiesa-Estomba, C. M., De Siati, D. R., Horoi, M., Le Bon, S. D., Rodriguez, A., ... & Vaira, L. A. (2020). Olfactory and gustatory dysfunctions as a clinical presentation of mild-to-moderate forms of the coronavirus disease (COVID-19): A multicenter European study. European Archives of Oto-Rhino-Laryngology, 277(8), 2251-2261. https://doi.org/10.1007/s00405-020-05965-1. Diakses pada Minggu 6 Oktober 2024 pukul 18.19 WIB.
ADVERTISEMENT
Vaira, L. A., Hopkins, C., Salzano, G., Petrocelli, M., Melis, A., Cucurullo, M., ... & De Riu, G. (2021). Olfactory and gustatory dysfunctions in COVID-19: A systematic review. Journal of Oral Rehabilitation, 48(8), 704-710. https://doi.org/10.1111/joor.13091. Diakses pada Minggu 6 Oktober 2024 pukul 19.43 WIB.