Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Ada Apa Dengan Resesi?
11 Agustus 2020 13:11 WIB
Tulisan dari Rahmad Joko Lusiyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Belakangan ini ramai sekali perbincangan tentang resesi ekonomi. Seringkali kita membaca headline “ Bersiaplah Indonesia akan memasuki resesi ekonomi”, “ Waspadalah, jurang resesi ekonomi akan segera tiba,” dan lain sebagainya. Kekhawatiran orang-orang pun bertambah ketika negara-negara maju sudah mengumumkan resesi di negaranya masing-masing. Sebut saja Korea Selatan, Jerman, Jepang, Perancis, Amerika Serikat dan sampai negara terdekat kita yaitu, Singapura. Negara yang identik dengan patung merlionnya ini sangat terpukul akibat pandemi yang berkepanjangan sehingga menghambat aktivitas perdagangan yang sangat diandalkan di negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Kita pun bertanya-tanya tentang yang di maksud dengan resesi sehingga terlihat menakutkan. Lalu, bingung karena belum tahu apa yang harus dilakukan jika masuk ke dalam fase itu. Baiklah mari kita uraikan satu persatu tentang ; apa itu resesi? haruskah kita khawatir dengan resesi ? dan apa saja yang seharusnya kita lakukan jika Indonesia memasuki fase resesi?
Apa itu Resesi ?
Resesi bisa dikatakan sebagai kelesuan/kemunduran. Singkatnya resesi ekonomi itu adalah suatu kondisi di mana ada kelesuan atau kemunduran di aktivitas/produktivitas ekonomi di suatu negara. Sebenarnya ada banyak pihak yang mendefinisikan resesi ekonomi dengan definisi yang berbeda-beda. Misalnya, National Bureau of Economic Research mendefinisikan resesi sebagai penurunan di empat aspek ekonomi selama beberapa bulan. Empat aspek itu diantaranya ; 1} Pemasukan, 2) Penyerapan tenaga kerja, 3) Produksi Industri, 4) Konsumsi Masyarakat. Dari definisi resesi yang ada , definisi yang resesi paling populer adalah ketika pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif selama dua kuartal berturut-turut atau enam bulan terakhir. Jadi ada dua kata kata kuncinya yaitu; pertumbuhan PDB negatif dan dua kuartal berturut-turut. Mari kita telisik satu persatu.
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan PDB Negatif
PDB sendiri merupakan potret produktivitas ekonomi di suatu negara yang bisa dilihat dari 4 aspek yaitu; konsumsi, belanja negara, investasi di sector riil, serta ekspor impor. Dalam kuliah makro ekonomi sering dinyatakan sebagai PDB = C+I+G+NX. Pertumbuhan PDB suatu negara bisa dijelaskan dengan perbandingan PDB tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya atau pertumbuhan PDB pada kuartal tertentu dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Jika suatu negara disebut memiliki pertumbuhan PDB negatif artinya PDB di tahun itu lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya atau PDB di kuartal tahun itu lebih rendah dari tahun sebelumnya. Sebagai contoh negara terdekat kita yaitu singapura, singapura memiliki PDB positif di Q4 2019 sebesar 1% artinya dibandingkan Q4 2018 ia bertumbuh sebesar 1%. Sebaliknya pada Q1 2020 singapura memiliki pertumbuhan PDB negatif sebesar 0.03% artinya dibandingkan dengan Q1 2019 ia mengalami penurunan PDB. Angka di PDB ini juga dapat dipakai sebagai tolok ukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Contohnya jika pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 adalah 5.2 % maka dapat dikatakan angka PDB bertumbuh 5.2% dibandingkan dengan 2018.
ADVERTISEMENT
2 Kuartal Berturut-turut
Suatu negara dikatakan masuk ke masa resesi jika pertumbuhan PDB negatif selama 2 kuartal berturut-turut. Sebagai contoh Singapura, negara itu pada kuartal-I mengalami kontraksi ekonomi sebesar 0.3% dan kuartal-II mengalami kontraksi sebesar 41.2%. Oleh karena itu Singapura sudah disebut masuk ke fase resesi. Sedangkan Indonesia di kuartal-I masih mencatat pertumbuhan positif sebesar 2.97% dan baru mengalami pertumbuhan PDB negatif di kuartal-II sebesar 5.32 %, oleh karena itu Indonesia belum memasuki fase resesi ekonomi. Lalu, apakah Indonesia bisa terkena resesi ? ya bisa saja jika di kuartal-III pertumbuhan PDB kita masih negatif.
Gambaran Kondisi di Masa Lalu
Perlu diketahui jika status resesi ekonomi itu didasari oleh salah satu definisi yang paling populer. Bisa jadi ada ekonom atau lembaga ekonomi lain yang punya pendapat tentang resesi dari sudut pandang yang berbeda. Terlepas dari itu semua ada yang perlu kita garis bawahi yaitu, pertumbuhan PDB negatif selama dua kuartal berturut-turut itu terjadi di masa lalu. Singkatnya, kondisi resesi ekonomi adalah potret ekonomi sebuah negara yang terjadi di masa lalu setidaknya enam bulan kebelakang. Jadi, pada dasarnya resesi ekonomi adalah sebuah label yang menggambarkan situasi ekonomi yang sudah kita lewatin. Jika suatu negara masuk ke fase resesi ekonomi analoginya sama seperti pembagian raport yang kita terima saat sekolah. Angka-angka di raport yang kita terima adalah angka-angka yang menggambarkan kondisi di masa lalu bukan di masa depan. Kondisi yang kita alami sekarang baru terlihat di raport yang akan keluar beberapa bulan ke depan. Ingat, status resesi ekonomi baru bisa dinyatakan secara pasti setelah kita melewati fase tersebut dan melihat kebelakang.
ADVERTISEMENT
Apa status resesi itu akan menjadi pertanda bahwa ekonomi akan terus terpuruk? ya belum tentu juga. Masa depan adalah misteri, kita tidak pernah tahu secara pasti kondisi di masa depan. Status yang menyatakan sebuah negara mengalami resesi itu muncul karena data ekonomi di masa lalu. Sementara kondisi yang dijalani sekarang baru akan terlihat di data ekonomi di masa yang akan datang.
Apa yang bisa membuat negara bangkit dari fase resesi ekonomi ?
Suatu negara bisa terlepas dari resesi ekonomi jika pertumbuhan PDB positif kembali. Seperti yang telah diuraikan di awal jika rumus PDB adalah gabungan dari konsumsi, belanja negara, investasi, dan ekspor impor, maka keempat aspek itu harus ditingkatkan agar PDB bisa kembali bertumbuh. Seperti yang dilakukan oleh Indonesia yang berusaha meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat dengan pemberian bantuan langsung tunai kepada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat mempunyai kemampuan untuk konsumsi lebih banyak. Lalu, terkait stimulus perpajakan dimaksudkan agar iklim dunia usaha tak semakin tertekan sehingga investasi bisa kembali berjalan dan penggangguran tak semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Bagaimana sebaiknya kita menyikapi ketidakpastian ekonomi?
Pertama, hal yang perlu kita lakukan adalah adaptasi. Pandemi ini merubah cara kita melakukan kegiatan sehari-hari. Semua sektor terkena imbas akibat pandemi ini yang membuat kita harus beradaptasi dengan cepat, berinovasi dengan tepat serta bereksperimen dengan akurat. Setiap makhluk hidup di bumi ini mempunyai kemampuan adaptasi tersendiri dalam merespon perubahan yang terjadi di luar kendali kita. Adaptasi diperlukan agar kita bisa tetap bertahan dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi.
Kedua, meningkatkan literasi keuangan. Menghadapi ketidakpastian ekonomi kita harus cermat dalam mengatur pengeluaran sehari-hari. Mulailah dengan membagi pengeluaran dengan porsi 50% kebutuhan, 30% cicilan, dan 20% investasi. Lalu, kita siapkan dana darurat yang berguna saat kejadian buruk menimpa kita. Besarnya dana darurat disesuaikan dengan kondisi kebutuhan diri masing-masing minimalnya 6 kali pengeluaran sebulan jika masih belum ada tanggungan. Dana itu tidak boleh diambil kecuali memang benar-benar darurat. Setelah dana darurat terkumpul baru lah kita mulai investasi diberbagai instrument investasi agar uang kita tidak tergerus oleh inflasi.
ADVERTISEMENT
Rahmad Joko Lusiyanto, Mahasiswa Diploma III Akuntansi Alih Program Politeknik Keuangan Negara STAN