Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.6
25 Ramadhan 1446 HSelasa, 25 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Membedah Dua Wajah Dakwah: Antara Seruan Damai dan Provokasi Ekstrem
23 Maret 2025 11:15 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Siti Robbiah Addawiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Membedah Dua Wajah Dakwah: Antara Seruan Damai dan Provokasi Ekstrem"

Oleh: Syamsul Yakin
ADVERTISEMENT
(Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Siti Robbiah Addawiyah (Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Dakwah, sebagai sebuah panggilan atau seruan, seharusnya menjadi sarana untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan dan kedamaian. Namun, realitas menunjukkan adanya dua wajah dakwah yang berbeda: satu yang membawa ketenangan, dan satu lagi yang menebar keresahan. Dakwah yang konstruktif mengedepankan dialog, toleransi, dan saling pengertian, menggunakan bahasa yang santun dan bijaksana, bertujuan untuk mengajak kepada kebaikan, bukan untuk menghakimi, dan mengacu pada sumber-sumber agama secara komprehensif, dengan mempertimbangkan konteks dan tujuan yang lebih luas. Di sisi lain, dakwah yang destruktif, yang sering disebut "radikal", cenderung eksklusif, merasa paling benar, dan menolak pandangan lain. Mereka menggunakan bahasa yang provokatif, bahkan cenderung menghasut, sering kali memanipulasi ayat-ayat suci untuk membenarkan tindakan kekerasan, dan menyebarkan kebencian serta perpecahan di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Perbedaan mendasar ini terletak pada niat dan metode yang digunakan. Dakwah yang konstruktif berlandaskan pada cinta kasih dan keinginan untuk membangun masyarakat yang lebih baik. Sementara itu, "dakwah radikal" sering kali dilandasi oleh kebencian, kekecewaan, atau ambisi politik. Di era media sosial, "dakwah radikal" menemukan platform yang luas untuk menyebarkan pengaruhnya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali ciri-ciri "dakwah radikal" dan mewaspadai penyebarannya, aktif menyebarkan konten dakwah yang damai dan konstruktif, mendorong dialog dan diskusi yang sehat di antara berbagai kelompok masyarakat, serta mempelajari agama dengan benar, agar tidak mudah termanipulasi. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa dakwah tetap menjadi sarana untuk menyebarkan kebaikan, bukan menjadi alat untuk menebar kebencian dan perpecahan.
ADVERTISEMENT