Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Benarkah Youtube Menggerus Budaya Literasi Pada Generasi XYZ?
7 Juli 2022 18:33 WIB
Tulisan dari Aida Maslamah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Era digital ternyata telah melahirkan generasinya sendiri, generasi digital. Generasi yang beberapa tahun belakangan ini didengung-dengungkan di sosial media, sebagai generasi yang mampu memviralkan berita-berita di sosial media mereka masing-masing. Karena akun digital tersebut telah berubah fungsi menjadi ruang pribadi bagi generasi digital, dalam hal memperoleh informasi, lalu membagikannya pada akun sosial media masing-masing.
ADVERTISEMENT
Youtube salah satunya, dianggap sebagai sumber informasi utama yang kebanyakan digunakan oleh generasi XYZ.
Berdasarkan data GlobelWebIndex (2020) selama sebulan terakhir, generasi X yang berkisar antara usia 34-56tahun, 85% responden paling banyak mengakses kanal youtube, mengikuti Facebook 77%, WhatApps 61%, Instagram 57%, Facebook Messengger 56%, Twitter 45%, Linkedln 29% dan Pinterest 28%.
Sementara pada generasi Y dan Z, berdasarkan hasil survei Monitoring and Analytics Maverick Indonesia, bahwa generasi ini kebanyakan mencari informasi dan berita pada kanal Youtube dan Instagram. Sekitar 89% memerolehnya dari Instagram, 77% dari youtube, 54% sisanya memeroleh news dari aggregator LINE today, terutama yang berusia di bawah 23 tahun.
Berdasarkan hasil survei ini, sudah banyak terjadi pergeseran yang sangat signifikan dalam hal budaya literasi di era digital akibat dari perubahan. Sebagian besar sudah meninggalkan budaya literasi, karena anggapan era 4.0 era teknologi bisa dijadikan sumber informasi berita.
ADVERTISEMENT
Namun kenyataannya, teknologi bisa saja semakin maju, namun ternyata budaya literasi Indonesia semakin rendah. Semakin banyak informasi di sosial media tidak serta merta membuat orang rajin membaca dan menulis. Budaya digital yang terjadi hari ini, menjadikan gawai sebagai ketergantungan sumber informasi tanpa belajar tentang literasi media, sehingga berita hoax bersebaran dimana-mana, membaca hanya sebatas judulnya saja, menjadi bukti bahwa minat membaca di Indonesia tidak berbanding lurus dengan kemajuan teknologi.
Youtube sangat memungkinkan dijadikan sumber informasi dan mode pembelajaran modern saat ini, karena sebagian besar para ahli, professor sudah menggunakan youtube sebagai media dalam pembelajaran. Seluruh informasi tersebut sangat mungkin diperoleh dari youtube dan sosial media lainnya. Namun belum sepenuhnya terbangun kebiasaan membaca dan menulis. Kebanyakan generasi digital menuliskannya kembali dari Bahasa lisan menjadi tulisan, yang pada akhirnya sering menimbulkan kegaduhan.
ADVERTISEMENT
Inilah realita yang terjadi. Budaya literasi menulis dan membaca tidak serta merta meningkat di generasi digital ini. Berdasarkan penelitian Perpustakaan Nasional 2017, durasi membaca orang Indonesia di bawah satu jam, sekitar 30-59 menit, dan jumlah buku yang ditamatkan pertahun hanya sekitar 5-9 buku saja. Ini sangat jauh di bawah standar UNESCO yang meminta setiap orang membaca 4-6jam per hari.
Berbeda dengan negara maju yang kebanyakan membaca 6 jam perhari, di Indonesia hampir semua generasi menghabiskan di atas 5 jam perhari untuk berselancar di gawai masing-masing.
Budaya berselancar di sosial media menghadirkan sebuah kebiasaan baru, kebiasaan bahasa lisan, pemutakhiran status, banyak bertutur dengan jari tanpa memikirkannya terlebih dahulu, sehingga minat membaca semakin menurun. Padahal, budaya membaca dan menulis sebagai landasan dasar pendidikan karakter dan kemajuan suatu bangsa.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan kondisi yang ada saat ini, seharusnya dengan jumlah pengguna gawai yang sangat tinggi di Indonesia, harus dibekali pula dengan literasi media, dengan kemampuan literasi media yang tinggi, maka setiap pengguna gawai akan mencari informasi, memilih informasi, mengolah informasi, memanfaatkan informasi, baru kemudian menyebarluaskan informasi. Hal inilah yang harus digunakan dalam penggunaan Instagram, Youtube dan sebagainya, agar generasi XYZ belajar mengkonversi Bahasa lisan menjadi Bahasa tulisan yang tepat sehingga meningkatkan budaya literasi di Indonesia.
Aida Maslamah
Penulis, Pendidik.
Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta.