Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Menolak Hancur: Bagaimana Bisnis Rental Playstation Bertahan?
14 April 2025 13:11 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Velmi Dian Dana Dyaksa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT
Di tahun 2011, ketika masih anak-anak (mungkin kelas 1 SD), saban hari saya melipir ke tempat rental PS terdekat bersama kawan-kawan. Untuk menjangkau lokasi cukup menggowes sepeda sembari menyisir jalanan kampung. Setibanya di lokasi, sekonyong-konyong langsung berebut konsol gim dengan kawan-kawan. Beruntungnya saya kebagian konsol gim sedangkan mereka yang tak kebagian harus berkecil hati menjadi penonton. Setelah konsol gim berhasil diamankan, langkah selanjutnya ialah memesan billing (tarif operasional) kepada mas operator berwajah garang. Cara memesan billing terkesan tidak wajar dengan cara berteriak, misal: bilik 1 main 2 jam ! Setelah memesan, saya merogoh saku celana dan mengeluarkan uang sebesar Rp. 5.000. Itulah tarif rental (playstation) PS selama 2 jam. Besaran tarif yang dikenakan tergantung pada seberapa lama pengunjung bermain. Semakin lama bermain maka semakin mahal pula tarif yang dikenakan. Waktu yang dinanti pun tiba, konsol gim menyala menampilkan loading screen bertuliskan MATRIX, karena konsol gim yang saya mainkan ialah playstation tipe 2.
ADVERTISEMENT
Seusai loading screen, tampilan menu gim muncul, menyuguhkan bejibun gim yang bisa di mainkan oleh pengguna walaupun ada sebagian gim yang cacat atau tidak bisa dimainkan. Tentu saja waktu itu saya memilih bermain Grand Theft Auto, The Wariorr, dan Def Jam: Fight for NY. Keseluruhan gim yang saya mainkan boleh jadi tidak pantas dimainkan oleh anak-anak seusia saya lantaran memuat unsur kekerasan, pembunuhan, dan darah. Toh, tapi saya tak ambil pusing karena gimnya memang seru. Di lain itu rental playstation bagi saya bukan sekadar tempat menikmati hiburan atau mencari kesenangan tetapi juga ruang interaktif. Obrolan-obrolan keseharian banyak orang berseliweran, tak jarang saya mendengar orang dewasa berkeluh kesah mengenai pahitnya dunia pekerjaan. Sementara obrolan kawan-kawan cenderung berkutat mengenai pekerjaan rumah, kejengkelan, atau agenda berikutnya setelah bermain PS. Belum lagi ketika iseng, kawan-kawan gemar menjahili mas operator berwajah garang sampai meradang. Alhasil seluruh ruangan kena amuk olehnya, sungguh momen yang tak terlupakan.
ADVERTISEMENT
Geliat bisnis rental playstation mulai eksis sejak tahun 1990-an, bisnis ini sebagian besar menjamur di perkotaan. Kala itu, harga konsol dan kaset gim relatif cukup mahal bagi mereka yang tak berduit. Di tambah tak semua orang tua rela merogoh gocek demi playstation. Melihat peluang menjanjikan nan menguntungkan, mereka yang memiliki konsol dan kaset gim playstation bersedia menyewakan. Dirasa menguntungkan, mereka merubahnya menjadi ladang bisnis. Dari situlah mereka memperoleh pundi-pundi uang. Satu sisi, munculnya bisnis rental playstation tidak dapat dipisahkan dari akselerasi teknologi yang dibarengi oleh modernisasi dan spirit kapitalisme akhir abad ke-20. Telah menjadi watak khas dari kapitalisme yang berupaya memenuhi kebutuhan nafsu manusia. Diciptakannya playstation bertujuan memenuhi kebutuhan nafsu fundamental manusia, yaitu hiburan. Dengan demikian, manusia tidak perlu mencari hiburan melainkan cukup melalui playstation sensasi hiburan dapat dirasakan. Namun, alih-alih mencari hiburan manusia justru terjerembab ke dalam efek ekstasi (kecanduan) yang ditimbulkan akibat terlalu intens bermain konsol gim playstation. Pada gilirannya membuat manusia terlena dari realita kehidupan (Kristeva, 2015, pp. 1–5)
ADVERTISEMENT
Meski begitu, bisnis rental playstation mampu mengubah nasib seseorang dari keterpurukan ekonomi. Sekitar tahun 2000-an ketika memasuki awal tahun reformasi, kondisi ekonomi belum sepenuhnya pulih akibat krisis moneter yang terjadi pada periode transisi. Para pekerja industri atau kantoran yang dimutasi dari tempat kerja terpaksa membanting setir dengan membuka bermacam-macam bisnis, salah satunya ialah bisnis rental playstation. Untuk membuka bisnis rental playstation tidaklah rumit, seseorang harus memiliki modal, tempat strategis, dan pemahaman mengenai playstation. Pada waktu itu, bisnis rental playstation umumnya menyewakan konsol gim tipe PS 1. Barulah sekitar tahun 2010-an pebisnis rental playstation mulai menyewakan konsol gim tipe PS 2. Di beberapa tempat bahkan menyewakan memory card untuk menyimpan progres game walaupun harganya terlampau mahal bagi anak-anak. Sementara di tahun 2012, marak pebisnis rental yang menyewakan konsol gim tipe 2 dan 3 dengan desain stick yang futuristik.
ADVERTISEMENT
Sedangkan konsol gim tipe 1 perlahan-lahan mulai digantikan. Pada tahun 2017-an, konsol gim tipe 2 mulai jarang dijumpai lantaran pebisnis rental mulai menyewakan konsol gim tipe 4 yang jauh modern dan canggih. Bahkan konsol gim tipe 4 memiliki fitur online yang memungkingkan player bermain bersama orang-orang dari pelbagai penjuru dengan cara terhubung ke akses internet. Walaupun fitur itu telah tersedia sebelumnya pada konsol gim tipe 2 dan 3. Di tahun 2020, perusahaan SONY (pencipta playstation) mulai merilis konsol gim tipe 5. Di tahun yang sama pula, pebisnis rental playstation banyak yang gulung tikar karena COVID. Bisnis rental playstation sendiri dapat dikategorikan ke dalam ekonomi informal, menurut Purnawan Basundoro dalam Pengantar Kajian Sejarah Ekonomi Perkotaan, ekonomi informal merupakan term yang merujuk kepada aktivitas ekonomi di luar kelembagaan formal. Artinya, aktivitas ekonomi yang tidak terikat oleh badan hukum, kontrak, dan aturan ketenagakerjaan. Seluruh aktivitas ekonomi dijalankan oleh individu itu sendiri. Kekuatan dari ekonomi informal ialah mampu atau menciptakan lapangan pekerja baru (Basundoro, 2023, pp. 219–247). Ini menunjukkan pelaku pengusaha bisnis rental PS dengan sendirinya adalah aktor ekonomi.
ADVERTISEMENT
Mari kembali sejenak merenungi judul tulisan ini. Di tengah akses internet memadai, smartphone yang semakin canggih, merajalelanya tongkrongan semacam cafe atau warkop, bahkan perangkat komputer yang semakin mutakhir. Tak sedikit orang yang rindu bermain playstation di tempat rental walaupun setiap orang mungkin saja memiliki duit lebih untuk membeli konsol gim playstation sendiri. Namun bisnis rental playstation menolak hancur, badai COVID boleh jadi membikin mereka mandek. Toh, setelah badai berlalu, mereka berduyun-duyun menghidupkan kembali (revivalisasi) bisnis rental mereka. Perjuangan yang tak mudah, di awal begitu sepi, perlahan tapi pasti peminat mulai kembali. Pelbagai cara ditempuh supaya bisnis tak lagi gulung tikar, pebisnis rental PS bahkan rela mengeluarkan budget yang tak sedikit untuk membeli konsol gim playstation terbaru supaya pegunjung betah. Ada juga yang menyulap tempat mereka laksana cafe dengan tampilan futuristik untuk menarik minat. Sementara sebagian lainnya menjadikan tempat rentalnya sebagai tempat kencan muda-mudi yang lagi kasmaran. Tentu yang terakhir ini sempat saya rasakan ketika berkunjung ke salah satu tempat rental playstation di Surabaya. Meski begitu, tak ada salahnya mencoba metode (cara) lain supaya bisnis rental PS tetap bertahan. Namun bagi saya, hal itu justru menguransi esensi dari tempat rental PS itu sendiri, seolah-olah tempat rental menjadi ruang esklusif. Tidak ada lagi sorak-sorai anak-anak, tak ada lagi operator berwajah garang. Keseluruhan itu hanya tinggal kenangan yang terlahap oleh sejarah. Mungkin kutipan di awal terasa benar, tak ada yang bisa menggantikan masa kejayaan bisnis rental PS tahun 2010-an.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
Basundoro, P., 2023. Pengantar Kajian Sejarah Ekonomi Perkotaan. Prenadamedia Group, Jakarta.
Guntur, M.P., 2024. Perjalanan Rental PlayStation Dari Keramaian Hingga Sepi Peminat. URL https://www.rri.co.id/bisnis/879394/perjalanan-rental-playstation-dari-keramaian-hingga-sepi-peminat (accessed 4.14.25).
Kristeva, N.S.S., 2015. Kapitalisme, Negara, dan Masyarakat. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Miftarohmman, A., 2023. Rental PS Dahulu Berjaya Kini Merana. URL https://mojok.co/terminal/rental-ps-dahulu-berjaya-kini-merana/ (accessed 4.14.25).
Miko, 2025. Sejarah Rental Playstation 1 (PS1), Dari Tempat Gaul hingga Tinggal Kenangan - Radar Nganjuk. URL https://radarnganjuk.jawapos.com/gaya-hidup/2175785043/sejarah-rental-playstation-1-ps1-dari-tempat-gaul-hingga-tinggal-kenangan?page=2 (accessed 4.14.25).