Konten dari Pengguna

Tradisi "Pasraman Kilat" Di Desa Adat Yang Mulai Ditinggalkan

Sang Ayu Nyoman Wulan Surastini
Mahasiswi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha
29 November 2024 17:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sang Ayu Nyoman Wulan Surastini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi anak-anak menari (sumber: https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi anak-anak menari (sumber: https://pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
Bali merupakan sebuah pulau kecil dengan segala keindahan alam dan budayanya. Bali menyimpan berbagai tradisi yang unik dan menarik, dan tentunya menjadi daya tarik wisatawan asing maupun lokal. Bali atau pulau Dewata tak hanya dikenal dengan pantainya yang mempesona, tetapi juga dengan upacara keagamaan dan tradisi yang mendalam. Tradisi secara umum merupakan kepercayaan dari bebeberapa kelompok orang pada suatu banjar maupun desa di Bali. Tradisi biasanya timbul dari perilaku hidup masyarakat ditempat yang sama pada zaman terdahulu, dan kemudian menjadi suatu kebiasan untuk mensimbolisasikan sebuah peristiwa yang terjadi pada masyarakat kala itu ( Wardani, AAA Made Cahaya, et al. "PELATIHAN KESENIAN DAN PASRAMAN KILAT SEBAGAI PENDIDIKAN NON FORMAL REMAJA DI DESA GUNAKSA." JURNAL SEWAKA BHAKTI 10.2 (2024): 100-108.).
ADVERTISEMENT
Di era globalisasi ini, masyarakat bali berusaha tetap menjaga tradisi yang ada agar tidak tergerus oleh zaman dan dilupakan di masa yang akan datang. Meskipun berbagai usaha telah dilakukan, masyarakat bali juga harus menerima fakta bahwa ada beberapa tradisi yang saat ini sudah mulai ditinggalkan. Salah satu tradisi yang mulai di tinggalkan adalah tradisi Pasraman Kilat yang ada di desa adat. Pasraman kilat merupakan suatu pendidikan non-formal yang dibentuk di desa adat dengan tujuan melestarikan budaya,tradisi, serta memperdalam keagamaan. Pasraman kilat ini biasanya diikuti oleh anak-anak hingga remaja yang ada di desa adat tersebut. Kegiatan pasraman kilat ini biasanya adalah pelatihan menari bagi perempuan dan pelatihan megambel serta menari bagi laki-laki.
ADVERTISEMENT
Saat ini, tradisi pasraman kilat di beberapa desa adat Bali mulai ditinggalkan akibat adanya transformasi ke era modern. Salah satu desa yang mulai meninggalkan tradisi pasraman kilat ini adalah Desa Adat Selat Samplangan, Gianyar. Di desa ini tradisi pasraman kilat, saat ini sudah tidak dilaksanakan karena beberapa faktor. Faktor utamanya adalah canggih nya teknologi seperti Handphone yang membuat minat anak-anak teralihkan, anak-anak lebih tertarik untuk bermain Handphone daripada mengikuti pasraman kilat. Saat ini, anak-anak datang ke balai banjar hanya untuk mencari akses internet, tidak lagi untuk mengikuti pasraman kilat. Selain karena teknologi, kurangnya pelatih juga menyebabkan pasraman kilat ini perlahan ditinggalkan. Banyaknya remaja yang lebih mementingkan urusan pribadinya daripada ‘‘tedun“ untuk melatih anak-anak di pasraman kilat menyebabkan pasraman kilat ini benar-benar di tinggalkan
ADVERTISEMENT
Kita sebagai generasi muda dan generasi penerus sudah seharunya tetap menjaga dan melestarikan tradisi dan budaya yang ada, agar tradisi tersebut tetap ada hingga anak cucu kita di masa mendatang. Peran masyarakat dan dukungan pemerintah daerah tentunya sangat diperlukan demi terjaganya sebuah tradisi dan kebudayaan.
Sang Ayu Nyoman Wulan Surastini, Mahasiswi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha.