Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pernah Menjadi Jalur Mudik, Begini Cerita Di Balik Mitos Yang Beredar
22 April 2024 8:11 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Epul Saepul tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seorang pemudik Lebaran 2024, Nandang (30) tampak beristirahat sambil memakan gorengan di warung depan Kamojang Hill Bridge.
ADVERTISEMENT
Kamojang Hill Bridge merupakan Jembatan berwarna kuning yang berada di perbatasan Kabupaten Bandung dan Garut tepatnya di Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Bandung.
Nandang berkendara menggunakan motor matic berwarna putih bersama istri dan anaknya yang sedang mudik ke Kecamatan Cikajang, Garut Selatan pada Senin, (08/04/2024) siang WIB.
Sejak 2018, ketika Nandang pergi mudik ke Garut maupun pulang ke Bandung, dia akan memilih jalur Lingkar Kamojang. Karena menurutnya, selain menghindari macet di jalur Lingkar Nagreg, jalur ini juga menawarkan pemandangan hutan yang masih rindang dan pemandangan Kabupaten Bandung di atas ketinggian.
“Ya walaupun jalurnya kaya rollercoaster ya, tapi jalur ini (Lingkar Kamojang) tuh lebih enak aja, karena cepet terus sejuk juga”, ujar Nandang.
ADVERTISEMENT
Jalur Maut dan Rumornya di Masyarakat
Nandang menyebut, dibalik keindahan yang ditawarkan oleh jalur Lingkar Kamojang, jalur ini sangat menantang keahlian para pengendara motor.
Menurutnya, seorang pengendara harus ekstra hati-hati ketika melintasi jalur maut ini. Jalanan yang didominasi oleh tanjakan dan turunan curam, menjadi salah satu faktor kecelakaan di jalur Lingkar Kamojang.
“Pernah saya itu lewat malem-malem pas baru balik dari Garut, udah sepi terus gelap gak keliatan apa-apa, saya cuman ngeliat lurus saja karena takut jatuh atau gimana-gimana ya”, ujar Nandang.
Beredarnya cerita-cerita horor dari para pengendara motor dan pemudik Lebaran 2024 yang pernah melintasi jalur Lingkar Kamojang, membuat masyarakat lain ikut merasakan kengerian.
Kecelakaan-kecelakaan yang pernah terjadi di sepanjang jalan Lingkar Kamojang, kerap dikaitkan dengan kemunculan makhluk halus yang meminta tumbal.
ADVERTISEMENT
“Emang serem si, soalnya lampu-lampu juga kan gak banyak, jadi kalau pulang malem itu pikirannya pasti kemana-mana”, ujar Nandang.
Makhluk Halus atau Kelalaian Manusia?
Patrol Nono salah seorang juru kunci makam Cukang Monteng mengatakan, jalan tersebut kerap menelan korban jiwa.
Adapun rumor yang beredar di masyarakat bahwa, Cukang Monteng yang memiliki satu jalur menjadi dua cabang. Maka beberapa masyarakat pengguna jalan ini percaya, dengan melemparkan sebatang rokok saat melintas di turunan makam ini dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Iya suka ada yang lempar rokok, terus kalau mau lewat turunan ini jangan lupa pamitan atau ucapkan salam," ujar Nono.
Omeng (67) salah satu orang sepuh sekitar Kamojang Hill Bridge sekaligus relawan jika terjadi kecelakaan di jalur Lingkar Kamojang menyebut, total kecelakaan yang pernah terjadi di jalur ini dari tahun 2016 sampai 2024 sekitar 100 kecelakaan.
ADVERTISEMENT
Hal ini mungkin saja membangun persepsi di masyarakat bahwa, jalur Lingkar Kamojang ini angker dan membutuhkan tumbal.
Terlepas dari rumor-rumornya, Omeng tetap percaya jika kecelakaan- kecelakaan yang pernah terjadi, disebabkan oleh kelalaian para pengendara itu sendiri.
“Kita tahu bahwa hidup pasti berdampingan dengan mereka, namun tidak selamanya kecelakaan atau musibah yang menimpa manusia disebabkan oleh mereka, selagi kita tidak mengganggu dan mengusik mereka, ya harusnya aman-aman saja”, ujar Omeng.
Apon (49) pemilik warung di Kamojang Hill Bridge menyatakan, kecelakaan-kecelakaan yang terjadi memang bukan diakibatkan oleh makhluk halus. Sejak 2017, dia sudah membuka warung di Kamojang Hill Bridge, dan tidak pernah diganggu oleh makhluk halus.
“Ya selama saya disini (Kamojang Hill Bridge) tidak pernah diliatin atau diganggu, warga-warga sini juga gak ada yang pernah diganggu juga kok”, ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Omeng, selama dia menjadi relawan di jalur Lingkar Kamojang, dirinya tidak pernah sekalipun melihat makhluk halus dan semacamnya.
Karena, memang rata-rata kecelakaan yang terjadi di jalan ini diakibatkan oleh rem blong. Rem blong sendiri, sering terjadi pada motor matic, hal inilah yang membuat angka kecelakaan di jalur Lingkar Kamojang cukup tinggi.
“Saran saya, kalau misal lagi turunan jangan terus-terusan di rem, kalau misal remnya sudah panas mending istirahat dulu jangan dipaksain”, ujarnya.
Omeng menambahkan, kecelakaan-kecelakaan yang terjadi memang pure kelalaian para pengendara. Maka sebelum bepergian, para pengendara jangan lupa untuk mengecek kondisi kendaraan dan pastikan tubuh dalam keadaan yang sehat.
“Tuhan sudah menciptakan dua alam. Maka dari itu, dimanapun dan kapanpun kita harus tetap berperilaku sopan, menjaga tingkah laku, dan tetap menaati aturan-aturan yang ada, termasuk aturan yang manusia buat sekalipun”, ujar Omeng.
ADVERTISEMENT
Kepolisian Garut Tidak Menyarankan Jalur Lingkar Kamojang
Walaupun demikian, Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Garut AKP Undang Syarif Hidayat, tidak menyarankan para pemudik menggunakan jalur Lingkar Kamojang ini.
Kondisi jalan yang curam terlebih dengan fasilitas jalan yang kurang, dinilai cukup berbahaya bagi para pengendara.
"Jalur alternatif itu tidak direkomendasikan, karena kondisi jalannya sangat menanjak dan menurun, lebih baik melintasi jalan utama yang sudah disiapkan”, ucap Undang.
Meskipun, pada tahun 2019 Kepolisian Ibun sudah memasang bantal dan kasur untuk menjaga keselamatan di titik rawan kecelakaan, masih ditemukan pengendara yang harus meregang nyawanya.
“Kemarin juga itu baru-baru, waktu turunan di bawah deket makam (Cukang Monteng), ada 4 orang yang meninggal, ya mereka pakai matic juga, padahal di bawah itu kan sudah dipasang pengaman (kasur dan bantal) juga”, ucap Omeng.
ADVERTISEMENT
Lantas, apakah kecelakaan di jalur Lingkar Kamojang ini memang disebabkan oleh faktor kelalaian pengendara atau malah berkaitan dengan makhluk halus?