Diseminasi Gender Mainstream “Wanita Bekerja, Bukan Larangan”

Muhammad Nur Hidayat
Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Sebelas Maret, Pengamat Energi Baru Terbarukan
Konten dari Pengguna
2 Maret 2023 18:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Nur Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : shutterstock
ADVERTISEMENT
Apa itu Gender?
Sebelum kita mengenal lebih jauh mengenai Gender Mainstream, alangkah lebih baiknya mengenal terlebih dahulu dasar dari Gender itu sendiri. Istilah Gender digunakan untuk menjelaskan perbedaan peran perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan. Gender adalah pembedaan peran, kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Dari adanya pembedaan tersebut memunculkan berbagai permaslahan akan ketidakadilan gender, seperti adanya marginalisasi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik, pembentukan stereotipe atau melalui pelabelan negatif, dan kekerasan (violence).
ADVERTISEMENT
Cara pikir stereotipe tentang peran gender sangat mendalam merasuki pikiran mayoritas orang. Sebagai contoh, perempuan dianggap lemah, tidak kompeten, tergantung, irrasional, emosional, dan penakut, sementara lakilaki dianggap kuat, mandiri, rasional, logis, dan berani. Selanjutnya ciri-ciri stereotipe ini dijadikan dasar untuk mengalokasikan peran untuk lelaki dan perempuan.
Konstruksi Sosial
Dalam stereotipe atau pemikiran-pemikiran yang diciptakan oleh lingkungan, nyatanya menimbulkan sebuah konstruksi sosial akan ketidakadilan gender. Sebagai contoh yaitu munculnya pemikiran bahwa wanita itu lemah sedangkan laki-laki lebih kuat, sehingga ketika dihadapi dalam dunia industry pekerjaan laki-laki akan lebih diuntungkan dan wanita akan dianggap merugikan. Padahal kenyataannya tidak semua wanita itu lemah. Hanya dikarenakan secara kondisi fisik tidak terlihat seperti lelaki, maka wanita mudah untuk di judge lemah. Hal ini pun terlihat dan berdampak pada tingkat kedudukan jabatan manajer dalam dunia industry Laki-laki memiliki nilai 69,37 % lebih besar daripada perempuan yang memiliki presentase sejumlah 30,63% (BPS,2019). Untuk menyeimbangkan hal tersebut, supaya antara laki-laki dan perempuan mendapatkan posisi yang sama perlu adanya kesetaraan gender.
ADVERTISEMENT
Gender Equality
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Kesetaraan gender merupakan sebuah isu yang ramai diperbincangkan oleh banyak orang. Hal ini diperlakukan untuk menjawab akan banyaknay diskriminasi yang dilontarkan pada kaum perempuan, sehingga kedepannya mendapat kedudukan dan porsi yang sam adalam berbagai hal. Kesetaraan gender juga merupakan target dari pembangunan berkelanjutan (SDGs), dan menjadi target nomor 5 dari 17 tujuan pembangunan berkelanjutan. Untuk mencapai target pembangunan manusia yang ideal maka diharapkan kelompok penduduk laki-laki dan perempuan memiliki akses yang sama untuk berperan dalam pembangunan, memegang kendali atas sumber daya pembangunan yang ada, serta menerima manfaat dari pembangunan yang setara dan adil.
Gender Mainstream
Untuk mencapai kesetaraan gender, maka dalam beberapa tahun terakhir ini Gender Mainstream atau pengarusutamaan gender menjadi opsi yang coba ditingkatkan dalam beberapa sektor industry energi. Gender mainstream ini merupakan suatu strategi untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender (KKG) melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Sehingga dengan ini semua orang baik laki-laki maupun perempuan memiliki porsi yang sama tanpa adanya perbedaan yang mendasar dengan gendernya masing-masing. Gender Mainstream ini perlu diterapkan diberbagai industry khususnya industry energy. Karena saat ini sudah lumayan meningkat praktik untuk menyetarakan gender sehingga wanita pun dapat merasakan bagaimana bekerja di lapangan seperti pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Wanita dalam Industri Energi
sumber: Dokumentasi Pribadi pada Materi Gender Mainstream GERILYA ESDM
Dalam dunia industri energi saat ini peran wanita telah berada diambang kesetaraan dengan laki-laki. Di Indonesia, peran perempuan masih melekat dengan peran-peran domestik. Dalam hal ini perempuan Indonesia nantinya yang menjadi penentu dalam hal effisiensi energi dan pengurangan emisi dalam lingkup skala rumah tangga. Selain itu bagi para perempuan yang berada di desa masih banyak yang menggunakan energi alternatif sehingga ketersediaan energi bersih nantinya akan membantu meringankan bebean mereka. Posisi tersebut menjadikan peran perempuan dapat mensukseskan transisi energi.
Disamping itu, dalam peran pekerjaan bidang industry energi telah muncul banyak tokoh-tokoh yang dipimpin oleh perempuan, yang diantaranya adalah Nicke Widyawati yang merupakan Direktur PT Pertamina, selain itu ada Khoiria Oktaviani selaku Projeck Manager GERILYA KESDM, kemudian adapula Desti Alkano selaku co-founder dari Energy Academy Indonesia (Ecadin), serta banyak perempuan lainnya. Hal ini sebagai dasar dan awal kebangkitan perempuan Indonesia untuk menghadapi akan ketidakadilan gender. Perempuan bukanlah larangan untuk menjalani sebuah pekerjaan. Segala bentuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi serta pertimbangan dan saran yang disampaikan oleh perempuan juga perlu didengar. Gender mainstream sebagai jalan untuk menjawab akan adanya kesetaraan gender menjadi harapan kedepannya untuk lahir dan hadirnya para perempuan sebagai bagian penting dalam industry energi guna mewujudkan transisi energi dan pembangungan berkelanjutan di masa yang akan datang.
ADVERTISEMENT